Hakekat Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW

5. Hakekat Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW

Dalam belajar kooperatif Tipe jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert), pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi, "ahli" dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain sampai mereka menjadi "ahli" di konsep yang ia pelajari.

Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assessment yang lain pada semua topik yang diberikan.

Strategi pembelajaran Jigsaw terdiri dari Tipe I dan Tipe II . Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kalau pada Tipe

I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya. Pada Tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi expert. Hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan. Penelitian ini difokuskan pada strategi pembelajaran Jigsaw tipe II.

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Jigsaw II

a) Orientasi Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam tipe pembelajaran ini. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.

b) Pengelompokan Misalkan dalam kelas ada 20 siswa, yang kita tahu kemampuan matematikanya dan sudah di-ranking (siswa tidak perlu tahu), kita bagi dalam 25% (rangking 1- 5) kelompok sangat baik, 25% (ranking 6-10) kelompok baik, 25% selanjutnya (ranking 11-15) kelompok sedang, 25% (ranking 15-20) rendah.

Selanjutnya kita akan membaginya menjadi 5 grup (A-E) yang isi tiap- tiap grupnya heterogen dalam kemampuan matematika, berilah indeks 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang dan indeks 4 untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti grup A dari kelompok sangat baik, .... , A4 grup A dari kelompok rendah).

Tiap grup akan berisi Grup A {Al, A2, A3, A4}; Grup B {B1, B2, B3, B4} Grup C {C15 C2, C3, C4} Grup D {D1, D2, D3, D4} Grup E {El, E2, E3, E4}

c) Pembentukan dan pembinaan kelompok expert Selanjutnya grup itu dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi expert, berdasarkan indeksnya lihat gambar 1.

Kelompok 1 {A 1 ,B 1 ,C 1 ,D 1 ,E 1 } Kelompok 2 {A 2 ,B 2 ,C 2 ,D 2 ,E 2 } Kelompok 3 {A 3 ,B 3 ,C 3 ,D 3 ,E 3 } Kelompok 4 {A 4 ,B 4 ,C 4 ,D 4 ,E 4 }, disajikan pada gambar 1.

Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum ia kembali ke dalam grup sebagai tim ahli "expert", tentunya peran pendidik cukup penting dalam Fase ini.

Grup E A1,A2,A3,A4

Grup A

Grup B

Grup C

Grup D

B1,B2,B3,B4 C1,C2,C3,C4 D1,D2,D3,D4 E1,E2,E3,E4

Kel 4 A1,B1,C1,D1,E1

A2,B2,C2,D2,E2

A3,B3,C3,D3,E3

A4,B4,C4,D4,E4

Gambar 2.2 Pembentukan Kelompok Jigsaw II

d). Diskusi (Pemaparan) kelompok ahli dalam grup Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini kelima grup (1-5) memiliki Ahli dalam konsep-konsep tertentu (Worksheet 1-4). Selanjutnya pendidik mempersilakan anggota grup untuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing- masing, satu persatu. Proses ini diharapkan akan terjadi shearing pengetahuan antara mereka.

Aturan dalam fase ini adalah: (1) Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan. (2) Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep. (3) Tanyakan pada anggota grup sebelum tanya pada pendidik. (4) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak menggangu grup lain. (5) Akhiri diskusi dengan "merayakannya" agar memperoleh kepuasan.

e) Tes (Penilaian) Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak e) Tes (Penilaian) Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak

f) Pengakuan Kelompok Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.

Selanjutnya dari www. jigsaw.org/steps.htm mengatakan ada 10 Langkah Mudah dalam Jigsaw . Kelas Jigsaw sangat mudah digunakan. Jika Anda seorang guru, cukup ikuti langkah-langkah: (1) Bagi siswa dalam 5 – 6 orang kelompok jigsaw. Kelompok-kelompok harus beragam dalam hal gender, etnis, ras, dan kemampuan. (2) Menunjuk salah satu siswa dari setiap grup sebagai pemimpin. Awalnya, orang ini harus menjadi murid paling dewasa di dalam kelompok. (3) Bagi pelajaran hari itu menjadi 5-6 segmen. Misalnya, jika Anda ingin siswa sejarah untuk belajar tentang Eleanor Roosevelt, Anda mungkin membagi sebuah biografi singkat ke dalam segmen yang berdiri sendiri di : a) Masa kecil-nya b) Keluarganya hidup dengan Franklin dan anak-anak mereka, c) Hidupnya setelah Franklin tertular polio, d) Pekerjaannya di Gedung Putih sebagai First Lady, dan

e) Kehidupan dan bekerja setelah kematian Franklin. (4) Tugaskan setiap siswa untuk belajar satu segmen, memastikan siswa memiliki akses langsung hanya untuk segmen mereka sendiri. (5) Berikan waktu siswa untuk membaca di segmen

mereka setidaknya dua kali dan menjadi akrab dengannya. Tidak perlu bagi mereka untuk menghafalnya. (6) Membentuk “kelompok ahli” sementara dengan memiliki satu siswa dari setiap grup jigsaw bergabung dengan siswa lain yang ditugaskan di segmen yang sama. Berikan waktu pada kelompok ahli untuk mendiskusikan poin segmen utama mereka dan untuk berlatih presentasi mereka yang akan dibawakan kelompok jigsaw mereka. (7) Bawa para siswa kembali ke kelompok jigsaw mereka. (8) Mintalah setiap siswa untuk berpartisipasi dalam grup. Mendorong setiap siswa dalam kelompok untuk mengajukan pertanyaan untuk klarifikasi. (9) Float dari kelompok ke kelompok, mengamati proses. Jika kelompok mengalami kesulitan apapun (misalnya, anggota yang mendominasi atau mengganggu), membuat intervensi yang tepat. Akhirnya, yang terbaik bagi pemimpin kelompok untuk menangani tugas ini. Pemimpin dapat dilatih dengan membisikkan instruksi tentang bagaimana melakukan intervensi, sampai pemimpin mendapatkan menggantung itu. (10) Pada akhir sesi, memberikan kuis pada materi sehingga siswa dengan cepat menyadari bahwa sesi ini bukan hanya menyenangkan dan permainan tetapi skor benar-benar dihitung, dilanjutkan dengan pemberian penghargaan terhadap kelompok dengan skor tertinggi.

Selanjutnya dalam www.jigsaw.org/steps.htm disebutkan: Tips on Implementation : Masalah Siswa Dominan : Banyak guru jigsaw merasa berguna untuk menunjuk salah satu siswa untuk menjadi pemimpin diskusi untuk setiap sesi, atas dasar yang berputar. Adalah tugas pemimpin untuk memanggil siswa secara adil dan mencoba untuk menyebar partisipasi merata. Selain itu, siswa dengan cepat Selanjutnya dalam www.jigsaw.org/steps.htm disebutkan: Tips on Implementation : Masalah Siswa Dominan : Banyak guru jigsaw merasa berguna untuk menunjuk salah satu siswa untuk menjadi pemimpin diskusi untuk setiap sesi, atas dasar yang berputar. Adalah tugas pemimpin untuk memanggil siswa secara adil dan mencoba untuk menyebar partisipasi merata. Selain itu, siswa dengan cepat

Masalah dari Lambat Siswa : Guru harus memastikan bahwa siswa dengan kemampuan belajar miskin tidak ada laporan lebih rendah daripada kelompok jigsaw. Jika ini terjadi, pengalaman teki mungkin menjadi bumerang (situasi akan mirip dengan pemain baseball berbakat menjatuhkan bola terbang rutin dengan basis dimuat, produktif murka rekan tim). Untuk mengatasi masalah ini, jigsaw technigue bergantung pada " kelompok ahli". Sebelum penyajian laporan ke kelompok jigsaw mereka, setiap siswa memasuki sebuah kelompok ahli yang terdiri dari siswa lain yang telah mempersiapkan sebuah laporan pada topik yang sama. Dalam kelompok ahli, siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan laporan mereka dan memodifikasi itu berdasarkan saran dari anggota lain dari kelompok ahli mereka. Sistem ini bekerja sangat baik. Pada tahap awal, guru mungkin ingin memantau kelompok ahli hati-hati, hanya untuk memastikan bahwa setiap siswa berakhir dengan laporan yang akurat untuk membawa kepadanya atau kelompok jigsaw-nya. Kebanyakan guru menemukan bahwa setelah kelompok ahli memahami itu, pemantauan ketat menjadi tidak perlu.

Masalah Siswa Menjadi Bosan : Kebosanan bisa menjadi masalah di kelas, apapun teknik belajar yang digunakan. Penelitian menunjukkan, bagaimanapun, bahwa ada sedikit kebosanan di ruang kelas jigsaw daripada di ruang kelas tradisional. Anak-anak di kelas jigsaw menyukai laporan sekolah yang lebih baik, Masalah Siswa Menjadi Bosan : Kebosanan bisa menjadi masalah di kelas, apapun teknik belajar yang digunakan. Penelitian menunjukkan, bagaimanapun, bahwa ada sedikit kebosanan di ruang kelas jigsaw daripada di ruang kelas tradisional. Anak-anak di kelas jigsaw menyukai laporan sekolah yang lebih baik,

Masalah Siswa yang telah terlatih untuk Bersaing : Penelitian menunjukkan jigsaw yang memiliki efek yang kuat jika diperkenalkan di sekolah dasar. Ketika anak-anak telah terkena jigsaw dalam tahun-tahun awal mereka, sedikit lebih dari satu tembakan "booster" (satu jam per hari) dari jigsaw di sekolah menengah dan sekolah tinggi diperlukan untuk mempertahankan manfaat dari pembelajaran kooperatif. Tapi bagaimana kalau jigsaw tidak digunakan di sekolah dasar? Harus diakui, ini adalah perjuangan berat untuk memperkenalkan pembelajaran kooperatif untuk anak umur 16 tahun yang belum pernah mengalaminya. Kebiasaan lama yang tidak mudah pecah. Tapi mereka dapat dibagi, dan tidak pernah terlalu terlambat untuk memulai. Pengalaman menunjukkan bahwa meskipun secara umum membutuhkan waktu sedikit lebih lama, kebanyakan pelajar SMA berpartisipasi dalam jigsaw untuk pertama kalinya menampilkan kemampuan luar biasa untuk mendapatkan keuntungan dari struktur koperasi.

Ibrahim (2001:21) jigsaw telah dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson dan kemudian diadaptasi oleh slavin. Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar Ibrahim (2001:21) jigsaw telah dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson dan kemudian diadaptasi oleh slavin. Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar

Para anggota dari kelompok lain yang bertugas mendapat topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan didalam klompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri. Dalam Pembelajaran Kooperatif, 2001:56).

Adapun kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif Tipe JIGSAW adalah sebagai berikut: Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw: (1) Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posistif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda; (2) Menerapkan bimbingan sesama teman; (3) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi; (4) Memperbaiki kehadiran; (5) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar; (6) Sikap apatis berkurang; (7) Pemahaman materi lebih mendalam; (8) Meningkatkan motivasi belajar.

Kelemahan metode kooperatif jigsaw: (1) Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet; (2) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya dibonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam Kelemahan metode kooperatif jigsaw: (1) Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet; (2) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya dibonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam

Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikaitkan dengan hakekat strategi pembelajaran, strategi pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam pelelitian ini disajikan pada tabel 2.8. di bawah ini:

Tabel 2.8. Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Uraian Kegiatan Instruksional Waktu Dalam Menit