Analisa dan Pembahasan ANALISA DAN PEMBAHASAN

629,6 menit. Berdasarkan perhitungan kuisioner pemborosan diidentifikasi bahwa terdapat 4 jenis waste yang memiliki rata-rata skor paling besar yaitu menunggu 7,58, transportasi 2, defect 6,4, kecacatan 5,75, proses yang tidak tepat 4,38, persediaan yang tidak perlu 3,89, gerakan yang tidak perlu 3,61, produksi berlebihan 2,88. Process Activity Mapping merupakan tools yang digunakan untuk me-record seluruh aktivitas dari suatu proses dan berusaha untuk mengurangi aktivitas yang kurang penting, menyederhanakannya, sehingga dapat mengurangi waste. Dalam tool ini, aktivitas akan dikategorikan dalam beberapa tipe, yaitu operasi, transportasi, inspeksi, storage, dan delay. Pemetaan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang proses produksi lampu neon, mengelompokkan aktivitas tersebut apakah menambah nilai tambah atau waste, dan mengidentifikasi kemungkinan redesign metode kerja dengan mengubah urutan kerja, mengurangi beberapa aktivitas, dan menyederhanakannya. Dari hasil pengolahan menggunakan Process Activity Mapping pada proses produksi lampu neon aktivitas yang paling sering dilakukan adalah operation sebesar 79 aktivitas 54,48 diikuti dengan aktivitas tipe inspection sebesar 26 aktivitas 17,93, delay 23 aktivitas 15,86, transportation 15 aktivitas 10,34 dan storage sebanyak 2 aktivitas 1,37 dari total 145 aktivitas yang ada. Waktu yang paling besar adalah operation sebesar 2051,6 menit 61,35, diikuti dengan waktu untuk tipe transportation dengan jumlah waktu sebanyak 582,6 menit 17,42 , delay sebesar 457,2 menit 13,67, inspection 219,5 menit 6,56, storage 32,8 0,98. Tahap perbaikan disajikan dalam bentuk tabel Failure Mode Effect Analysis FMEA dikarenakan perusahaan belum bisa memberikan kepastian untuk dapat melaksanakan perbaikan ini atau tidak. Adapun usulan rencana perbaikan berdasarkan nilai RPN terbesar yang didapatkan dari tabel FMEA, adalah sebagai berikut: a. Waste menunggu dari faktor manusia RPN = 210 dengan usulan perbaikannya adalah sebaiknya pengecekan kualitas awal material dan membuat ukuran perbandingan yang baik untuk bahan baku seperti ukuran pengisian gas argon pada tube agar tidak terjadi pengecekan ulang sehingga menunggu yang begitu lama dapat dikurangi, faktor metode RPN=150 dengan usulan perbaikannya adalah melakukan penjadwalan penggantian craft berdasar data historis, melakukan pencatatan kapan terakhir kali dilakukan penggantian craft, diadakan pelatihan tentang prosedur kerja yang tepat, faktor manusia RPN=120 dengan usulan perbaikannya adalah sebaiknya melakukan teguran dan sanksi kepada operator jika sering melakukan kesalahan, mengawasi kinerja operator dengan lebih intensif, faktor mesin RPN=96 dengan usulan perbaikannya adalah membersihkan mesin setiap awal shift, melakukan pengecekan terhadap kondisi mesin pada awal dan akhir shift agar kondisi tetap terjaga. b.Waste transportasi dari faktor metode RPN=192 dengan usulan perbaikannya adalah dibuat standart operasi untuk setting mesin sehingga operator tidak lupa lalai melakukan pengecekan, faktor mesin RPN=162 dengan usulan perbaikannya adalah mengganti peralatan yang lebih sederhana menjadi semi otomatis, merubah tata letak mesin agar tidak terlalu berjauhan, faktor material RPN=126 merubah layout pabrik agar dekat dengan area persiapan raw material, faktor manusia RPN=90 dengan usulan perbaikannya adalah melakukan teguran atau sanksi pada operator yang bercanda. c. Waste kecacatan dari faktor mesin RPN=192 dengan usulan perbaikannya adalah mengganti cutter sebelum cutter itu aus, dengan melakukan pemeriksaan secara rutin, faktor metode RPN=168 dengan usulan perbaikannya adalah penjadwalan perawatan mesin secara berkala agar tidak menyebabkan ketidakjelasan dalam mengganti rubber, faktor manusia RPN=150 usulan perbaikannya meningkatkan konsentrasi operator dengan memperhatikan makanan dan kesehatan dan juga jam istirahat yang cukup, faktor material RPN=126 usulan perbaikannya material dijaga dalam penyimpanan nya agar tidak mmepengaruhi dalam proses produksi. d. Waste proses yang tidak tepat dari faktor mesin RPN=168 usulan perbaikannya perlu adanya penambahan mesin baru yang memiliki kapasitas produksi lebih besar, faktor metode RPN=120 usulan perbaikannya perlu adanya komunikasi yang baik tiap penanggung jawab agar tidak terjadi kesalahan dalam proses produksi, factor material RPN=108 usulan perbaikannya memeriksa material apakah material itu siap untuk diproses, faktor manusia RPN=90 usulan perbaikannya perlunya menambah konsentrasi operator dalam menjalankan mesin dengan memperhatikan kesehatannya dan training jika ada penambahan mesin baru

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian di PT.Philips Indonesia dengan penerapan Lean Manufacturing adalah sebagai berikut : 1. Dari kuisioner pemborosan yang disebarkan di lantai produksi pembuatan lampu neon dan pengolahan yang dilakukan dapat diketahui tipe-tipe seven waste dalam lean manufacturing mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah menunggu 7,58, transportasi 6,44, kecacatan 5,75, proses yang tidak tepat 4,39, persediaan yang tidak perlu 3,89, gerakan yang tidak perlu 3,61, dan produksi berlebihan 2,89. 2. Adapun usulan rencana perbaikan berdasarkan nilai RPN terbesar yang didapatkan dari tabel FMEA, adalah sebagai berikut: a. Waste menunggu dari faktor manusia RPN = 210 dengan usulan perbaikannya adalah sebaiknya pengecekan kualitas awal material dan membuat ukuran perbandingan yang baik untuk bahan baku seperti ukuran pengisian gas argon pada tube agar tidak terjadi pengecekan ulang sehingga menunggu yang begitu lama dapat dikurangi, faktor metode RPN=150 dengan usulan perbaikannya adalah melakukan penjadwalan penggantian craft berdasar data historis, melakukan pencatatan kapan terakhir kali dilakukan penggantian craft, diadakan pelatihan tentang prosedur kerja yang tepat, faktor manusia RPN=120 dengan usulan perbaikannya adalah sebaiknya melakukan teguran dan sanksi kepada operator jika sering melakukan kesalahan, mengawasi kinerja operator dengan lebih intensif, faktor mesin RPN=96 dengan usulan perbaikannya adalah membersihkan mesin setiap awal shift, melakukan pengecekan terhadap kondisi mesin pada awal dan akhir shift agar kondisi tetap terjaga. b. Waste transportasi dari faktor metode RPN=192 dengan usulan perbaikannya adalah dibuat standart operasi untuk setting mesin sehingga operator tidak lupa lalai melakukan pengecekan, faktor mesin RPN=162 dengan usulan perbaikannya adalah mengganti peralatan yang lebih sederhana menjadi semi otomatis, merubah tata letak mesin agar tidak terlalu berjauhan, faktor material RPN=126 merubah layout pabrik agar dekat dengan area persiapan raw material, faktor manusia RPN=90 dengan usulan perbaikannya adalah melakukan teguran atau sanksi pada operator yang bercanda. c. Waste kecacatan dari faktor mesin RPN=192 dengan usulan perbaikannya adalah mengganti cutter sebelum cutter itu aus, dengan melakukan pemeriksaan secara rutin, faktor metode RPN=168 dengan usulan perbaikannya adalah penjadwalan perawatan mesin secara berkala agar tidak menyebabkan ketidakjelasan dalam mengganti rubber, faktor manusia RPN=150 usulan perbaikannya meningkatkan konsentrasi operator dengan memperhatikan makanan dan kesehatan dan juga jam istirahat yang cukup, faktor material RPN=126 usulan perbaikannya material dijaga dalam penyimpanan nya agar tidak mmepengaruhi dalam proses produksi. d. Waste