Big Picture Mapping Value Stream Mapping

waktu penyelesaian tiap operasi, waktu berpindah distasiun kerja, serta titik bottleneck yang terjadi. 4. Penghubungan antara aliran informasi dan aliran fisik seperti rencana produksi yang diuraikan menjadi jadwal produksi yang digunakan, instruksi kerja bagi operator di lantai produksi, dari dan untuk apa informasi dan instruksi dikirim, kapan dan dimana biasanya terjadi masalah dalam aliran fisik. 5. Pelengkapan peta dengan informasi lead time, value adding time dari keseluruhan proses yang ditempatkan dibawah gambaran aliran yang dibuat. Simbol – symbol yang digunakan dalam Big picture mapping adalah sebagai berikut : Gambar 2.5 Simbol Big Picture Mapping Google.com big picture mapping Contohnya penggambaran sistem secara keseluruhan dengan Big Picture Mapping dapat dilihat seperti gambar berikut : Gambar 2.6 contoh Big Picture Mapping Google.com big picture mapping

2.8 Value Stream Mapping

Value stream mapping merupakan tool yang digunakan untuk memetakan value stream secara detail. Value stream didefinisikan sebagai aktivitas – aktivitas khusus dalam suatu supply chain yang diperlukan untuk perancangan, pemesanan dan penetapan suatu spesifik produk atau value. Value stream mapping digunakan tidak hanya untuk memetakan aliran material tetapi juga aliran informasi. Pemetaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi tahapan – tahapan value added dan non value added, selanjutnya mengeliminasi waste yang ditemukan. Berikut tujuh tools detailed mapping value stream yang umum digunakan yaitu : 1. Process Activity Mapping Process activity mapping umumnya digunakan pada aktivitas dilantai produksi. Namun penggunaanya tidak hanya pada lingkup perusahaan tetapi juga pada area lain dalam supply chain. Konsep dasar tool ini aktivitas dikategorikan dalam beberapa kategori seperti operasi, transportasi, inspeksi, delay dan storage. Kemudian mengelompokkanya kedalam tipe aktivitas yaitu value adding activities, necessary non value adding activities dan non value adding activities, lima tahapan pada Process Activity Mapping adalah : 1 Pemahaman akan aliran proses 2 Identifikasi waste 3 Pertimbangkan apakah proses dapat rearrange menjadi rangkaian yang lebih efisien. 4 Pertimbangkan aliran yang lebih baik dengan mengikutsertakan aliran layout yang berbeda serta rute transportasi. 5 Pertimbangkan apakah semua yang telah dilakukan pada tiap – tiap proses benar – benar diperlukan dan apa yang terjadi jika hal yang berlebihan dihilangkan. 2. Supply Chain Response Matrix Supply chain response matrix merupakan grafik hubungan antara lead time inventory, sehingga dapat diketahui kenaikan atau penurunan tingkat persediaan yang terjadi pada lead time pada area supply chain. Pada grafik ini terdapat 2 axis yaitu pada vertikal axis yang menunjukkan rata – rata jumlah inventory pada spesifik poin dalam supply chain, sedangkan horizontal axis menunjukkan kumulatif lead time dari produk baik internal maupun eksternal. Supply chain response matrix ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan service level kepada konsumen setiap jalur distribusi dengan biaya rendah. 3. Production Variety Funnel Production variety funnel merupakan teknik pemetaan visual dengan melakukan plot pada sejumlah variasi produk yang dihasilkan dalam tiap tahapan proses manufaktur. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi titik dimana sebuah produk diproses menjadi beberapa produk yang spesifik serta membantu menentukan target perbaikan, pengurangan inventory dan membuat perubahan untuk proses dari produk. 4. Quality Filter Mapping Quality filter mapping merupakan tool untuk mengidentifikasi permasalahan kualitas pada supply chain dan selanjutnya untuk menciptakan tingkat kualitas baik internal maupun eksternal semaksimal mungkin seperti keinginan konsumen. Terdapat tiga tipe cacat kualitas yang dapat digambarkan yaitu : 1. Product defect yaitu cacat fisik produk yang lolos proses inspeksi hingga sampai ketangan konsumen. 2. Scrap defect yaitu cacat fisik produk yang berhasil diidentifikasikan pada proses inspeksi. Cacat jenis ini sering disebut juga dengan internal defect. 3. Service defect yaitu permasalahan yang dirasakan customer berkaitan dengan cacat kualitas pelayanan. Hal yang terkait dengan cacat kualitas pelayanan seperti ketidaktepatan waktu pengiriman terlambat atau terlalu cepat, permasalahan dokumentasi, kesalahan proses packing maupun labeling, kesalahan jumlah quantity, dan permasalahan faktur. 5. Demand Amplification Mapping Demand amplification mapping merupakan pemetaan untuk memvisualisasikan perubahan demand sepanjang jalur supply chain dalam interval waktu tertentu. Pada pemetaan ini, vertikal axis menggambarkan jumlah demand sedangkan horizontal axis menggambarkan interval waktu. Tool ini dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dan analisa lebih lanjut baik untuk mengantisipasi adanya perubahan permintaan memanage fluktuasi, mengevaluasi kebijakan batch sizing dan penjadwalan serta evaluasi kebijakan inventory. Mapping ini digambarkan dalam bentuk grafik yang mendeskripsikan jumlah produk untuk tiap – tiap stage pada waktu tertentu dalam proses produksi. 6. Decision Point Analysis Decision point analysis merupakan tool yang digunakan untuk menentukan titik dimana actual demand dilakukan dengan sistem pull sebagai dasar untuk membuat forecast pada sistem push pada supply chain atau dengan kata lain titik batas dimana produk dibuat berdasarkan demand actual dan setelah titik ini selanjutnya produk dibuat dengan melakukan forecast. 7. Physical Structure Physical structure merupakan tool yang dapat digunakan untuk memahami sebuah kondisi supply chain di industri. Hal ini diperlukan untuk memahami kondisi dan fungsi – fungsi bagian dari supply chain untuk berbagai level industri. Dengan adanya pemahaman tersebut kondisi industri, bagaimana operasi dapat dimengerti. Dan dapat mengarahkan perhatian pada area yang mungkin belum mendapatkan perhatian yang cukup. Pemakaian tools yang tepat didasarkan pada kondisi perusahaan itu sendiri dan dilakukan dengan menggunakan value stream mapping tools seperti pada table 2.2 berikut : Table 2.2. Value Stream Analysis Tools process activity supply chain production variety quality filter demand amplification decision point phisical wastestructure mapping response matrix funnel mapping mapping analysis structure over production L M L M M waiting H H L M M transportation H L unappropriate H M L L processing unnecessary M H M H M L inventory unnecessary H L motion defects L H Notes : H : high correlation and usefulness M : medium correlation and usefulness L : low correlation and usefulness Keterangan : H high correlation : faktor pengali = 9 M medium correlation : faktor pengali = 3 L low correlation : faktor pengali = 1

2.9 Value Stream Analysis tools

Value stream analysis tools VALSAT merupakan metodologi dinamis yang digunakan untuk membuat value stream yang efektif. Metodologi ini secara signifikan memiliki kelebihan dari pada metode tradisional analisa pendekatan perbaikan. Pendekatan VALSAT mampu mencakup pengukuran subyektif dan obyektif untuk dimasukkan dalam suatu perhitungan. Gambarkan dasar dari metode ini dapat dilihat seperti gambaran dasar dari metode ini dapat dilihat seperti pada gambar 2.6 sebagai berikut : waste structure weight tools [B] competitor analysis [A] [E] [C] [D] total weight [F] Gambar 2.7 Matriks seleksi untuk pemilihan value stream mapping tool. Pada gambar matriks tersebut, kolom A berisi tujuh waste yang terjadi pada perusahaan. Pada kolom E terdapat pembobotan dari masing – masing waste yang didapatkan dari hasil kuisioner yang diisi oleh bagian yang terkait. Kolom B merupakan tools pada value stream mapping. Kolom C adalah korelasi antara kolom A dan B dimana nilai korelasi antar keduanya ada 3 macam yaitu high correlation dengan bobot 9, medium correlation dengan bobot 3, low correlation bobot 1. Selanjutnya masing – masing bobot dikalikan dengan bobot yang ada pada kolom D setelah didapatkan hasilnya maka dijumlahkan dan diletakkan pada kolom E .

2.10 Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat juga sering juga disebut diagram tulang ikan fishbone diagram atau diagram Ishikawa adalah suatu diagram yang terdiri dari garis dan design symbol yang menunjukkan arti hubungan antara sebab dan akibat. Diagram Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat populer dan dipakai di seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor penyebab problem masalah. Diagram “tulang ikan” ini dikenal dengan cause and effect diagram. Kenapa diagram Ishikawa juga disebut dengan “tulang ikan” karena kalau diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan ikan, dimana ada bagian kepala sebagai effect dan bagian tubuh ikan berupa rangka serta duri-durinya digambarkan sebagai penyebab cause suatu permasalahan yang timbul. Diagram ini dimulai dengan akibat sebuah masalah dan membuat daftar terstruktur dari penyebab – penyebab potensial. Diagram ini berguna untuk : 1. Mengumpulkan ide dan masukan – masukan yang merupakan dasar dari brainstorming terstruktur. 2. Mengelompokkan penyebab – penyebab yang mungkin sehingga dapat diidentifikasi banyak kemungkinan daripada hanya menfokuskan pada beberapa area tipikal. 3. Membantu dimulainya fase analisa. Dengan menggunakan fishbone diagram dapat dilakukan identifikasi beberapa penyebab yang diduga menjadi penyebab utama.