Konsep KESIMPULAN DAN SARAN
10 mendefinisikan lean production sebagai sebuah filosofi dalam sistem produksi yang menitikberatkan pada usaha untuk meminimasi jumlah sumber daya termasuk
waktu yang digunakan pada aktivitas produksi di sebuah perusahaan tertentu. Menurut Womack dan Jones 2003 penerapan dari filsofi lean didasarkan pada 5
prinsip utama yaitu: 1.
Define value from the prespective the customer, value didefinisikan oleh end customer, artinya identifikasi terhadap kebutuhan customer dan kemampuan
menciptakan nilai dari sudut pandang customer. Hal tersebut merupakan salah satu competitive advantage yang harus dimiliki oleh perusahaan.
2. Identify value stream, setelah kebutuhan customer sudah didapatkan, maka
proses identifikasi terhadap value stream menjadi hal yang sangat penting. Dengan value stream seluruh aktivitas produksi dipahami dan diukur.
3. Continuous flow process, merupakan usaha untuk menghilangkan waste dengan
membuat proses berjalan atau continuous flow process. Konsep dari Continuous flow process adalah membuat produk pada waktu dibutuhkan mengalir satu –
satu dari sati stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya tanpa adanya waktu tunggu.
4. Pull system, merupakan system yang berfokus pada kebutuhan customer dimana
hanya membuat produk sesuai yang dibutuhkan customer dan pada waktu yang tepat.
5. Strive to perfection, selalu berusaha mencapai kesempurnaan dengan
menghilangkan waste secara bertahap dan berkelanjutan.
Sebagian besar lean tools dan tekniknya merupakan suatu konsep teknik industri yang baik yang dapat diterapkan pada perusahaan dengan berbagai kondisi
tanpa banyak kesulitan. Bagaimanapun dampak aplikasinya akan terasa, jika diterapkan dengan proses improvement yang berkelanjutan.
Bagian teknik tertentu akan dikembangkan, sehingga tools tersebut akan memiliki dampak terhadap investasi. Dengan pengembangan ini, akan mengurangi
waktu tunggu, waktu proses, biaya, dana pengiriman material hanya pada waktu dan tempat yang dibutuhkan.
Pemikiran dasar yang mendasari penghilangan pemborosan ini untuk mendorong persaingan yang bermanfaat didalam organisasi yang dipelopori oleh
Chief Engineer Toyota, Taiichi Onho dan sensi Shigeo Shingo dan pada dasarnya diorientasikan pada produktifitas kualitas. Alasannya adalah bahwa perbaikan
produktifitas dari lead ke perampingan Lean operasi yang dapat membantu untuk mengetahui lebih jauh pemborosan dan masalah dalam hal kualitas didalam system.
Demikian halnya pemecahan secara sistematik pada pemborosan juga merupakan pemecahan secara sistematik pada faktor-faktor yang mendasari kualitas yang buruk
Poor Quality dan sebagai dasar Management Problems atau masalah manajemen. Proses manufaktur yang bersifat ramping Lean Manufacturing merupakan
suatu sistem produksi menggunakan energi dan pemborosan yang sangat sedikit untuk memenuhi apa yang menjadi keinginan konsumen. Tujuan dari manajemen
Lean adalah mengeliminasi pemborosan atau aktifitas yang tidak bernilai tambah dari
suatu proses sehingga aktifitas-aktifitas sepanjang aliran proses mampu menghasilkan Value nilai. Melalui eliminasi pemborosan ini, Lean menunjukkan kemampuannya
yang dapat diaplikasikan dalam sebuah usaha baru tanpa menambah orang, dan peralatan modal, tanpa mempengaruhi usaha yang ada dan tanpa mempekerjakan
sumber daya yang ada melebihi kapasitas jumlahnya. Sistem produksi tradisional dikenal sebagai “berkelompok dan mengantri”
batch and queue, yang berasal dari prinsip skala ekonomi. Pada sistem ini akan ditemui sebuah kondisi dimana tingkat produksi yang tinggi, pengelompokan dalam
ukuran besar, dan waktu antri yang lama, tanpa adanya penambahan in value. Lean Management menekankan pada pengelompokan dalam ukuran kecil dan pada
akhirnya menjadi aliran tunggal, seperti halnya pada sebuah control dalam sistem produksi yaitu suatu sistem pengendalian yang tidak terpusat, jumlah prediksi tiap
tahap proses ditentukan oleh jumlah nyata yang dipakai tahap proses selanjutnya. Lima tahap proses pemikiran secara ramping adalah sebagai berikut :
Identify Value and
V l St
Eliminasi Waste
Non Value Added
PURSUE PERFECTION
Create Continous Flow
Help Customer Pull
Process Output
Gambar 2.1 Lima tahap proses pemikiran lean
Berikut merupakan tahap-tahap proses pemikiran lean : 1.
Pengidentifikasian Nilai dan Aliran Proses Identify Value and Value Stream Pada tahap ini diidentifikasi semua langkah yang dibutuhkan untuk
mendesain, memesan, dan menghasilkan produk pada seluruh aliran proses untuk mengetahui pemborosan yang tidak memberi nilai tambah.
2. Menciptakan Aliran Yang Berkelanjutan Create Continous Flow
Pada tahap ini semua tindakan yang memberi nilai tambah dibuat dalam suatu aliran yang continous Terus-menerus Tak terputus.
3. Membantu Pelanggan Menarik Hasil Proses Help Customer Pull Process
Output Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas-aktifitas penting yang
digunakan untuk membuat atau memenuhi keinginan pelanggan. 4.
Mengeliminasi Pemborosan Eliminasi Waste Pada tahap ini dilakukan eliminasi terhadap waste yang terjadi.
5. Menuju Penyempurnaan Pursue Perfection
Perbaikan yang telah dilakukan sebaiknya dilakukan secara terus-menerus sehingga pemborosan yang terjadi dapat dihilangkan secara total dari proses
yang ada.
Tabel 2.1 Pendeskripsian Produksi Lean
PRODUKSI SPESIALIS
PRODUKSI MASSA
PRODUKSI LEAN
Tenaga Kerja
Memiliki skill tinggi dalam mendwsain, operasi mesin
dan fitting, tenaga ahli Tenaga kerja dibagi dalam
divisi-divisi, peningkatan tanggung jawab
Tim kerja yang fleksibel terhadap proses, peningkatan
tanggung jawab pada semua tenaga kerja dalam
organisasi Organisasi Terdesentralisasi
tetap, terpusat, parts didesain dan
dibuat oleh mesin shop kecil, dikoordinasi oleh pemilik
Integrasi vertical, organisasi terpusat, teknik desain dan
produksi pada 1 tempat Jaringan kerja antara supplier
dengan teknik desain, perbaikan sepanjang
rangkaian penyediaan Alat-alat
Peralatan atau mesin dengan tujuan umum
Mesin Khusus Peralatan atau mesin dengan
tujuan umum Produk
Produksi dengan volume sangat rendah – 1000 atau
lebih rendah per tahunnya Produksi dengan volume
tinggi, Siklus hidup produk panjang
Siklus hidup produk mengalami penurunan
cenderung pendek
Untuk mengaplikasikan lean kita harus memahami konsumen dan nilai mereka. Untuk memfokuskan pada hal ini maka perlu untuk mendefinisi value stream
yang terjadi didalam perusahaan. Menurut Hines Taylor value stream adalah segala aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Untuk memuaskan
konsumen maka waste yang terjadi dalam value stream perlu dihilangkan atau dikurangi.
Lean yang diterapkan pada keseluruhan perusahaan disebut sebagai lean enterprise sementara yang diterapkan pada perusahaan manufaktur disebut lean
manufacturing sedangkan yang diterapkan pada bidang jasa disebut sebagai lean service.
Terdapat beberapa prinsip pada lean manufacturing. Prinsip – prinsip pada lean manufacturing dengan produk berupa barang :
1. Spesifikasi secara tepat nilai produk yang diinginkan oleh pelanggan.
2. Identifikasi value stream untuk setiap produk.
3. Eliminasi semua pemborosan yang terdapat dalam aliran proses setiap
produk agar nilai dapat mengalir tanpa henti 4.
Menetapkan sistem tarik pull system menggunakan kanban yang memungkinkan pelanggan menarik nilai dari produsen.
5. Mengejar keunggulan untuk mencapai kesempurnaan zero waste
melalui peningkatan terus menerus secara radikal radical continuous improvement.
Aktivitas produksi yaitu mengubah bahan baku menjadi produk setengah jadi atau produk jadi adalah kegiatan yang memberikan nilai tambah. Nilai tambah
tersebut harus dikaitkan dengan perspektif pelanggan. Artinya, perubahan bahan baku menjadi produk jadi adalah sesuatu yang punya nilai bagi pelanggan karena produk
tersebut punya fungsi atau bisa dimanfaatkan oleh pelanggan. Kegiatan memindahkan material tidak memberikan nilai tambah namun sering kali tidak bisa dihilangkan
kecuali dengan melakukan perombakan dramatis pada tata letak fasilitas produksi. Demikian halnya dengan kegiatan transportasi dan penyimpanan. Kedua kegiatan ini
tidak memberikan nilai tambah namun sering kali dilakukan. Pada lingkungan manufaktur atau logistik dimana yang dominan adalah aktivitas
fisik., aktivitas non-value adding biasanya dominan. Secara umum, menurut Hines dan Taylor , rasio ketiga jenis aktivitas di atas adalah sebagai berikut :
a. 5 aktivitas yang memberikan nilai tambah
b. 60 aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dan mungkin bisa
dikurangi c.
35 aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah namun perlu dilakukan Seperti yang tercantum dalam The Toyota Way 2006, menghilangkan
pemborosan atau Muda dalam istilah bahasa Jepang menjadi fokus dari upaya lean manufacturing. Namun ada dua M lain yang sama pentingnya untuk membuat lean
manufacturing berjalan. Ketiga M tersebut adalah : 1.
Muda – tidak menambah nilai Merupakan tujuh pemborosan aktivitas yang tidak berguna yang dapat
memperpanjang lead time, menimbulkan gerakan tambahan, menciptakan kelebihan persediaan atau berakibat pada waktu menunggu.
2. Muri – memberi beban berlebih pada orang atau peralatan
Memanfaatkan mesin atau orang di luar batas kemampuannya. Membebani orang secara berlebih menimbulkan masalah dalam keselamatan kerja dan
kualitas. Membebani peralatan secara berlebihan menyebabkan kerusakan dan produk cacat.
3. Mura – ketidakseimbangan
Muda merupakan akibat dari Mura. Ketidakseimbangan diakibatkan oleh jadwal produksi yang tidak teratur atau
volume produksi karena masalah kerusakan mesin, kekurangan komponen atau produk cacat.. Ketidakseimbangan tingkat produksi berarti perlu
memiliki peralatan, material dan orang untuk melakukan tingkat produksi yang tertinggi.
Gambar 2.2 Tiga M Muda, Muri, Mura