Pembahasan Hasil Penelitian ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

93 tindakan mereka rata-rata sudah mendekati pola sikap dan tindakan orang dewasa, walaupun dari sudut perkembangan mental belum sepenuhnya demikian. Dengan demikian, anak berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua ataupun orang dewasa lainnya, menentukan pilihan sendiri, dan anak memiliki dasar nilaietika tertentu yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan kultur keluarga yang berorientasi power distance kecil 188 siswa43,82, individualism 190 siswa44,29, masculinity 162 siswa37,76, dan uncertainty avoidance sangat lemah 216 siswa50,35. Kultur keluarga tersebut seharusnya menguatkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Namun, kenyataannya anak tidak dapat menerima kultur keluarga yang kondusif. Hal ini disebabkan anak dalam masa transisi yang penuh dengan romantika, gejolak, dan tingkat kedewasaannya belum terbentuk secara sempurna, sehingga anak belum bisa mengontrol sikap maupun tindakannya. Pada masa transisi ini anak menginginkan kebebasan untuk menentukan keputusannya, tetapi mereka masih memerlukan orang tua untuk membimbing dan memberi petunjuk. Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa kultur keluarga tidak menguatkanmelemahkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Oleh karena itu, keluarga perlu memberi bimbingan yang mengarah pada sikap dewasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 anak. Selain itu, perlu adanya pengembangan pendidikan dan pelatihan di antaranya empati, kemandirian, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, sikap hormat, kemampuan beradaptasi, kemampuan memecahkan masalah, kecakapan sosial, komitmen jujur, berpikir terbuka, memiliki prinsip, kreatif, bersikap adil, bijaksana, kemampuan berkomunikasi, motivasi, dan kemampuan bekerja sama Zakarilya, Januari 2004. 2. Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha siswa ditinjau dari kultur sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan kecerdasan emosional berwirausaha hubungannya sedang berdasarkan tabel koefisien korelasi nilai r hal. 59. Hal ini didukung oleh koefisien korelasi sebesar 0,427. Interaksi antara pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan kultur sekolah terhadap kecerdasan emosional berwirausaha koefisien korelasinya sebesar 0,433 yang berarti hubungannya sedang berdasarkan tabel koefisien korelasi nilai r hal. 59. Artinya variabel kultur sekolah semakin menguatkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur sekolah. Hal ini didukung oleh nilai signifikansi koefisien regresi β 3 lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,045 α = 0,05. Artinya semakin kecil jarak kekuasaan antara guru dengan 95 siswa power distance, semakin berorientasi individualism, semakin berorientasi masculinity, semakin lemah tingkat penghindaran akan ketidakpastian uncertainty avoidance, maka semakin menguatkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Hasil penelitian di atas didukung oleh data penelitian empirik yang menunjukkan: pertama, adanya kecenderungan kultur sekolah yang berorientasi power distance kecil 191 siswa44,52. Pada kultur sekolah dengan kecenderungan power distance kecil, maka perlakuan guru terhadap siswa sama tidak pilih kasih, proses pembelajaran terpusat pada siswa, adanya kesempatan bertanya, kebebasan menyampaikan kritik, bebas mengembangkan kemampuan dan bakat, sehingga ada partisipasi aktif siswa Hofstede, 1994:34. Kondisi kultur sekolah tersebut secara konkrit berdampak pada anak dalam mengikuti kelas berwirausaha. Pada saat anak menjalankan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, anak dapat mengembangkan minat dan bakat yang dimilikinya. Karakteristik itu sejalan dengan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yaitu mengembangkan potensi akademis dan kepribadian siswa, menguasai kompetensi terstandar, serta menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Dengan demikian, kondisi kultur sekolah di atas sejalan dengan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dan 96 kultur sekolah tersebut menguatkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Kedua, adanya kecenderungan kultur sekolah yang berorientasi individualism 182 siswa42,42. Pada kultur sekolah dengan kecenderungan individualism, maka adanya kebebasan mengungkapkan pendapat, penyelesaian tugas dari guru, tingkat penerimaan diri oleh orang lain, dan sikap positif dalam mengerjakan tugas, mandiri, mempunyai tujuan berprestasi Hofstede, 1994:62. Kondisi kultur sekolah tersebut secara konkrit akan berdampak pada anak dalam hal penguasaan dasar- dasar keahlian yang luas. Setelah anak menjalankan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, anak semakin mandiri dan memiliki kemampuan sesuai dengan standar dan persyaratan kerja yang ada. Karakteristik itu sejalan dengan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yaitu mengembangkan potensi akademis dan kepribadian siswa, menguasai kompetensi terstandar, serta menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Dengan demikian, kondisi kultur sekolah di atas sejalan dengan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dan kultur sekolah tersebut menguatkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Ketiga, adanya kecenderungan kultur sekolah yang berorientasi sangat masculinity 167 siswa38,93. Pada kultur sekolah dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 kecenderungan masculinity, maka siswa suka kompetisi, beorientasi pada prestasi, dan kompentensi guru Hofstede, 1994:90. Kondisi kultur sekolah tersebut secara konkrit akan berdampak pada anak dalam menginternalisasi sikap dan etos kerja yang positif sesuai dengan persyaratan tenaga kerja profesional pada bidangnya. Pada saat anak menjalankan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, anak sungguh- sungguh mempraktekkan teori yang dipelajari di sekolah. Karakteristik itu sejalan dengan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yaitu mengembangkan potensi akademis dan kepribadian siswa, menguasai kompetensi terstandar, serta menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Dengan demikian, kondisi kultur sekolah di atas sejalan dengan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dan kultur sekolah tersebut menguatkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Keempat, adanya kecenderungan kultur sekolah yang berorientasi uncertainty avoidance sangat lemah 180 siswa41,96. Pada kultur sekolah dengan kecenderungan uncertainty avoidance lemah, maka adanya kejelasan guru dalam menerangkan materi pelajaran, menerima kekurangan guru, dan kedekatan hubungan antara guru, siswa, dan orang tua Hofstede, 1994:119. Kondisi kultur sekolah tersebut secara konkrit akan berdampak pada anak dalam hal mengantisipasi terjadinya hambatan dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Ketika anak mengalami PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 kesulitan dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, anak mempunyai inisiatif untuk menyelesaikannya. Karakteristik itu sejalan dengan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yaitu mengembangkan potensi akademis dan kepribadian siswa, menguasai kompetensi terstandar, serta menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Dengan demikian, kondisi kultur sekolah di atas sejalan dengan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dan kultur sekolah tersebut menguatkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Berdasarkan uraian di atas kultur sekolah yang kondusif berorientasi power distance kecil, individualism, masculinity, dan uncertainty avoidance lemah Hofstede, 1994:32,58,87,118 sejalan dengan tujuan dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan. Karenanya, kultur sekolah tersebut menguatkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Hal ini disebabkan adanya pengembangan pendidikan dan pelatihan di antaranya empati, kemandirian, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, sikap hormat, kemampuan beradaptasi, kemampuan memecahkan masalah, kecakapan sosial, komitmen jujur, berpikir terbuka, memiliki prinsip, kreatif, bersikap adil, bijaksana, kemampuan berkomunikasi, motivasi, dan kemampuan bekerja sama Zakarilya, Januari 2004 dan kultur sekolah yang kondusif ditandai dengan adanya iklim terbuka, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 budaya positif, budaya terbuka, dan suasana batin yang menyenangkan Arief Achmad, http:www.pikiran-rakyat.comcetak 1004110310.htm. Kultur sekolah yang semakin besar jarak kekuasaan antara guru dengan siswa power distance, semakin berorientasi collectivism, semakin berorientasi femininity, semakin kuat tingkat penghindaran akan ketidakpastian uncertainty avoidance, maka semakin melemahkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Hal ini akan nampak dari komunikasi satu arah, kurang berani mengungkapkan pendapat, kurang berani mengambil resiko, dan menolak kekurangan guru Hofstede, 1994:32,58,87,118. Kondisi kultur sekolah tersebut secara konkrit akan berdampak pada pelaksanaan pendidikan dan pelatihan baik di sekolah maupun di dunia industri, sehingga siswa kurang berani mengembangkan kemampuan dan bakat, kurang mandiri, kurang menguasai standar keahlian, dan tidak mempunyai inisiatif dalam menghadapi kesulitan. Karakteristik tersebut tidak sejalan dengan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yaitu mengembangkan potensi akademis dan kepribadian siswa, menguasai kompetensi terstandar, serta menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Dengan demikian, kondisi kultur sekolah di atas tidak sejalan dengan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dan kultur sekolah tersebut melemahkan derajat 100 pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. 3. Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha siswa ditinjau dari bakat kewirausahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan kecerdasan emosional berwirausaha hubungannya sedang berdasarkan tabel koefisien korelasi nilai r hal. 59. Hal ini didukung oleh koefisien korelasi sebesar 0,427. Interaksi antara pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan bakat kewirausahaan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha koefisien korelasinya sebesar 0,543 yang berarti hubungannya sedang berdasarkan tabel koefisien korelasi nilai r hal. 59. Artinya bakat kewirausahaan semakin menguatkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat kewirausahaan. Hal ini didukung oleh nilai signifikansi koefisien regresi β 3 lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,042 α = 0,05. Artinya semakin tinggi bakat kewirausahaan yang dimiliki siswa, maka semakin menguatkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 Hasil penelitian di atas didukung oleh data penelitian empirik yang menunjukkan adanya bakat kewirausahaan yang tinggi 247 siswa57,57. Pada bakat kewirausahaan yang tinggi, maka siswa kreatif, berani menanggung risiko, inovatif, mampu bekerjasama dalam kelompok, percaya diri, mampu mengatur kehidupannya sendiri, mudah menyesuaikan diri, knowledgeable, versatile, more carrier oriented and prepared, memiliki kemampuan manajerial yang baik, good characteristics, managerial style, desire for growth, desire for profits, restleness, dan pengendali aktivitas yang baik Suryana, 2003:31. Kondisi tersebut secara konkrit akan berdampak pada anak dalam hal pemberian bimbingan khusus, pembekalan kemampuan tambahan, dan lamanya waktu pendidikan dan pelatihan di industri yang cukup. Karakteristik itu sejalan dengan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yaitu mengembangkan potensi akademis dan kepribadian siswa, menguasai kompetensi terstandar, serta menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Dengan demikian, bakat kewirausahaan yang dimiliki siswa di atas sejalan dengan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dan bakat kewirausahaan tersebut menguatkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Berdasarkan uraian di atas bakat kewirausahaan siswa yang semakin tinggi sejalan dengan tujuan dilaksanakannya pendidikan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 pelatihan. Karenanya, bakat kewirausahaan yang semakin tinggi menguatkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Hal ini disebabkan adanya pengembangan pendidikan dan pelatihan di antaranya empati, kemandirian, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, sikap hormat, kemampuan beradaptasi, kemampuan memecahkan masalah, kecakapan sosial, komitmen jujur, berpikir terbuka, memiliki prinsip, kreatif, bersikap adil, bijaksana, kemampuan berkomunikasi, motivasi, dan kemampuan bekerja sama Zakarilya, Januari 2004. Bakat kewirausahaan siswa yang semakin rendah, maka semakin melemahkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. Hal ini akan nampak dari kurangnya kreatif siswa, kurang inovatif, kurang percaya diri, kurang mampu menyesuaikan diri, tidak mempunyai inisiatif, tidak mampu bekerja sama, dan kurang berani menanggung resiko. Kondisi tersebut secara konkrit akan berdampak dalam hal siswa kurang menerima pemberian bimbingan khusus dan pembekalan kemampuan tambahan. Karakteristik itu tidak sejalan dengan tujuan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yaitu mengembangkan potensi akademis dan kepribadian siswa, menguasai kompetensi terstandar, serta menginternalisasi sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Dengan demikian, bakat kewirausahaan yang dimiliki siswa di atas tidak sejalan dengan tujuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dan bakat kewirausahaan tersebut melemahkan derajat pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak ada pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga. Hal ini tampak dari hasil pengujian regresi yaitu, nilai koefisien regresi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan kultur keluarga β 3 sebesar 0,013 dan nilai signifikansinya sebesar 0,063 atau probabilitas di atas 0,05. 2. Ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur sekolah. Hal ini tampak dari hasil pengujian regresi yaitu, nilai koefisien regresi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan kultur sekolah β 3 sebesar 0,014 dan nilai signifikansinya sebesar 0,045 atau probabilitas di bawah 0,05. 3. Ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat kewirausahaan. Hal ini tampak dari hasil pengujian regresi yaitu, nilai koefisien regresi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan bakat kewirausahaan β 3 105 sebesar 0,008 dan nilai signifikansinya sebesar 0,042 atau probabilitas di bawah 0,05.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti tidak dapat mengetahui apakah dalam mengisi kuesioner, responden benar-benar mengisi sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. 2. Kuesioner yang digunakan bukanlah instrumen pengumpulan data yang sudah terstandar. Namun demikian, peneliti telah berusaha menempuh prosedur penyusunan kuesioner yang benar. 3. Keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga yang menyebabkan peneliti memilih lokasi tempat penelitian yang lebih dekat atau bisa terjangkau.

C. Saran

1. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga. Kultur keluarga yang berorientasi power distance kecil, individualism, masculinity, dan uncertainty avoidance sangat lemah. Dengan kultur keluarga tersebut seharusnya menguatkan pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha, peneliti menyarankan bahwa pihak keluarga perlu memberikan sarana dan prasarana pendidikan, menciptakan situasi belajar yang efektif, dan mengajarkan sikap mandiri kepada anak sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 membentuk anak menjadi wirausaha yang memiliki kecerdasan emosional berwirausaha. 2. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur sekolah. Peneliti menyarankan bahwa pihak sekolah perlu meningkatkan kompetensi guru, memberikan fasilitas dan peralatan praktik yang memadai, membentuk kultur sekolah yang positif yaitu adanya komukasi dua arah, memberikan kebebasan untuk mengembangkan kemampuan dan bakat siswa, dan melakukan pola kerjasama yang efektif antara sekolah, keluarga, masyarakat pemakai tenaga kerja, dan dunia industri. 3. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari bakat kewirausahaan. Peneliti menyarankan bahwa pihak sekolah perlu melakukan pengaturan waktu dalam pendidikan dan pelatihan di sekolah maupun di dunia kerjaindustri sehingga selaras dan seimbang, memberikan pembinaan dan pelatihan melalui kelas berwirausaha, dan memberikan kemampuanketrampilan tambahan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh pelaksanaan diklat terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survey pada siswa-siswa kelas 2 pada 6 SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kotamadya Yogyakarta, Propinsi DIY.

0 2 187

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa : survey siswa-siswi SMP negeri dan swasta di Kabupaten Kulon Progo.

0 1 294

Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survei Siswa-siswi pada 6 SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kabupaten Bantul, Propinsi DIY.

0 0 235

Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survei siswa-siswi pada 6 SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kabupaten Sleman, Propinsi DIY.

0 1 234

geologi regional kulon progo, kabupaten kulon progo, yogyakarta

6 49 9

Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survei siswa-siswi pada 6 SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kabupaten Sleman, Propinsi DIY -

0 0 232

Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survei Siswa-siswi pada 6 SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kabupaten Bantul, Propinsi DIY -

0 0 233

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa : survey siswa-siswi SMP negeri dan swasta di Kabupaten Kulon Progo - USD Repository

0 0 292

Pengaruh pelaksanaan diklat terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survey pada siswa-siswa kelas 2 pada 6 SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kotamadya Yogyakarta, Propinsi DIY -

0 0 185

Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survei siswa-siswi kelas tiga SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kabupaten Kulon Progo, ... -

0 0 244