pada dasarnya konsumen tidak akan melakukan pembelian dengan toko online yang tidak mereka percayai.
3. Kepribadian
Kepribadian sebagai hal utama yang mencerminkan perbedaan konsumen sebagai individu karena setiap individu tidak mungkin memiliki ciri kepribadian
atau karakter yang sama Prasetijo Ihalauw, 2005. Kepribadian sebagai suatu sistem psikologis individu yang dinamis dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungan tertentu Setiadi, 2008. Adapun yang termasuk faktor kepribadian seperti usia dan tahapan siklus hidup, pekerjaan, status ekonomi, konsep diri, nilai
dan gaya hidup konsumen. Keputusan pembelian kembali juga dipengaruhi oleh faktor psikologis konsumen Blackwell, Miniard Engel, 2001.
B. Post Purchase Dissonance
B. 1. Definisi Dissonance
Disonansi merupakan sebuah konsep yang terjadi dimana manusia mencoba untuk menyeimbangkan konsistensi dan keharmonisan diri terhadap
pendapat, perilaku
maupun nilai-nilai
yang muncul
karena adanya
ketidaknyamanan psikologis sebagai hasil dari situasi tersebut Festinger, 1958. Festinger dalam Ginting 2009 mengatakan bahwa “Kemunculan disonansi akan
menimbulkan tekanan tersendiri untuk mengurangi atau menghilangkannya. Kekuatan dari tekanan untuk mengurangi disonansi tersebut sebenarnya adalah
fungsi dari besarnya sebuah dison ansi”, yang artinya munculnya disonansi akan
mengarah dan memotivasi individu untuk menurunkan tingkat disonansi itu
Universitas Sumatera Utara
sendiri. Biasanya hal ini dilakukan dengan cara mengubah perilaku ataupun mengubah pandangan atau kognitif mengenai disonansi tersebut.
B. 2. Definisi Post Purchase Dissonance
Disonansi kognitif yang timbul setelah pembelian disebut Post Purchase Dissonance disonansi setelah pembelian, yaitu adanya perasaan tidak nyaman
mengenai belief mereka atau perasaan yang cenderung mengubah sikap mereka agar sesuai dengan perilaku mereka Schiffman Kanuk, 2007. Post purchase
dissonance terjadi ketika konsumen ragu terhadap keputusan membeli yang telah dilakukannya. Biasanya konsumen yang telah mengalami disonansi ini akan
menyimpan atau membuang produk tersebut. Namun ada juga konsumen yang tetap melakukan pembelian sekalipun telah mengalami post purchase dissonance
Hawkins, Mothersbaugh, Best, 2007. Semua hasil dari proses pembelian berakhir pada tingkat kepuasaan yang dialami konsumen, dimana akan ada
konsumen yang menjadi loyal terhadap suatu barangproduk, konsumen yang kembali melakukan pembelian, ataupun konsumen yang berganti produkbarang.
Sweeney, Hausknecht, Soutar 2000 menjelaskan adanya keraguan ataupun kecemasan merupakan reaksi umum dari post purchase dissonance. Hawkins
1972 mengatakan bahwa kecemasan ini disebut state anxiety atau kecemasan yang bersifat sementara. State anxiety adalah kondisi emosional yang mengalami
perubahan karena adanya situasi yang mengancam baik itu secara fisik maupun psikologis Cattell Scheier, 1961.
Berdasarkan sejumlah uraian di atas maka dapat disimpulkan postpurchase dissonance merupakan kondisi keraguan yang terjadi setelah pembelian yang
Universitas Sumatera Utara
kemudian konsumen akan melakukan sejumlah perilaku untuk mengubah atau menyesuaikan diri dengan disonansi yang terjadi.
B. 3. Indikator Pengukuran Post Purchase Dissonance