untuk memisahkan minyak dari bagian bukan minyak. Skim santan diolah menjadi konsentrat protein berupa butiran atau tepung.
2.4.1. Standar Mutu BahanProduk
Suatu teknik pembuatan Virgin Coconut Oil VCO hanya akan berguna apabila produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi syarat mutu yang telah ditetapkan dan
berlaku.
Tabel 2.2. Standar Mutu Virgin Coconut Oil VCO Karakteristik
Nilai
Kadar air 0,05
Asam Lemak Bebas 0,01
Densitas 60 C
0,91 Bilangan Iod
10 Bilangan Penyabunan
251
Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur Departemen TI – USU
2.4.2. Bahan yang Digunakan
Dalam proses produksi harus menggunakan bahan-bahan pilihan yang memiliki kualitas yang baik. Untuk itu laboratorium Proses manufaktur Departemen Teknik
Industri Universitas Sumatera Utara telah mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan sebelum melakukan proses pembuatan produk. Adapun bahan-bahan yang digunakan
pada percobaan praktikum adalah :
2.4.2.1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan Virgin Coconut Oil VCO, dimana jika bahan tersebut tidak ada maka pembuatan Virgin
Universitas Sumatera Utara
Coconut Oil VCO tidak dapat dilakukan. Adapun bahan baku pembuatan Virgin Coconut Oil VCO adalah daging buah kelapa umur 10 - 12 bulan.
2.4.2.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ada pada produk akhir Virgin Coconut Oil VCO, tetapi tidak ikut serta dalam proses produksi dan dapat menambah nilai jual suatu
produk. Bahan tambahan yang digunakan adalah botol.
2.4.2.3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi Virgin Coconut Oil VCO, tetapi tidak merupakan bahan yang ada pada produk akhir
Virgin Coconut Oil VCO. Bahan penolong dalam proses produksi Virgin Coconut Oil VCO adalah batu zeolit yang berguna untuk memurnikan hasil Virgin Coconut Oil
VCO.
2.4.3. Mesin dan Peralatan 2.4.3.1. Mesin Produksi
Mesin produksi yang digunakan untuk pembuatan minyak kelapa murni VCO adalah sebagai berikut:
a. Mesin parut kelapa
Fungsi : Memarut daging kelapa hingga menjadi kelapa parut yang
siap untuk peras.
Universitas Sumatera Utara
Cara kerja : Pemarut yang memiliki pisau tajam berputar dan memarut daging
kelapa. Kapasitas
: minimal 100kgjam Daya motor
: minimum 1 HP Putaran motor
: 1400 rpm b.
Mesin Evaporator Vaccum Kapasitas
: ± 7 kgproses Volume minyak goreng
: 52 liter Kebutuhan gas LPG
: 0,3 – 0,75 kgjam Kebutuhan Daya pompa Vaccum
: 1500 watt Kebutuhan Daya spinner pengering
: 300 watt Ukuran mesin
: 120 x 120 x 60 Cm
2
Keterangan: 1.
Pompa vakum water jet, berfungsi untuk menghisap udara di dalam ruang penggorengan sehingga tekanan menjadi rendah, serta untuk menghisap uap air bahan.
2. Tabung penggorengan, berfungsi untuk mengkondisikan bahan sesuai tekanan yang
diinginkan. Di dalam tabung dilengkapi keranjang buah setengah lingkaran. 3.
Kondensor, berfungsi untuk mengembunkan uap air yang dikeluarkan selama penggorengan. Kondensor ini menggunakan air sebagai pendinginan.
4. Unit pemanasan, menggunakan kompor gas LPG.
5. Unit Pengendali Operasi Box Control. Berfungsi untuk mengaktifkan alat vakum dan
unit pemanas
Universitas Sumatera Utara
6. Bagian pengaduk penggorengan, berfungsi untuk mengaduk buah yang berada dalam
tabung penggorengan. Bagian ini per sil yang kuat untuk menjaga kevakuman tabung.
2.4.3.2. Peralatan Produksi
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses produksi VCO antara lain adalah sebagai berikut:
a. Parang
Fungsi parang adalah untuk membelah kelapa. b.
Ember dan Baskom Fungsi ember dan baskom antara lain adalah sebagai wadah yang menampung hasil
dari masing-masing proses baik berupa hasilnya ataupun waste berupa ampas c.
Sendok Fungsi sendok dalam proses produksi adalah membantu untuk mengambil ampas
yang tersangkut pada saat proses pada mesin vacuum friying. d.
Corong Corong berfungsi untuk membantu dalam memasukkan minyak VCO ke dalam botol.
e. Kain Putih
Kain putih berfungsi untuk memeras santan. f.
Timbangan Timbangan berfungsi untuk menimbang atau mengukur berat bahan dan hasil produk
VCO. g.
Erlenmeyer Erlenmeyer berfungsi untuk mengukur volume bahan dan hasil produk VCO.
Universitas Sumatera Utara
2.4.4. Safety and Fire Protection
Kenyamanan dan Keselamatan Kerja K3 merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pihak laboratorium dalam proses produksi baik untuk tenaga kerja maupun
laboratorium itu sendiri. Dengan usaha pencegahan terjadinya gangguan Kenyamanan dan Keselamatan Kerja K3 maka efisiensi kerja dapat ditingkatkan.
Laboratorium Proses Manufaktur Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara membuat kebijakan-kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai
berikut : 1. Menyadari dengan sepenuhnya bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah
satu tujuan untuk mencapai efesien dalam laboratorium. 2. Mematuhi segala bentuk perundangan dan peralatan mengenai keselamatan dan serta
lingkungan kerja yang berlaku. 3. Mengutamakan keselamatan dan kesehatan dalam setiap aspek pekerjaan.
4. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit dengan merawatmengawasi alat kerja yang disediakan serta membudayakan hidup disiplin, bersih dan menjaga
stabilitas keamanan lingkungan. 5. Melakukan pekerjaan sesuai prosedur, mendukung dan mempromosikan keselamatan
dan kesehatan di tempat kerja.
Universitas Sumatera Utara
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Pendahuluan
Response Surface Methodology RSM telah banyak digunakan dalam mengoptimalkan sejumlah unit industri, proses dan sistem. Di dalam telah mancakup
teknik statistik untuk membangun suatu model empiris, melalui desain eksperimen, metodologi ini dapat mencari suatu reaksi yang berhubungan dengan variabel output
sebagai respon dan variabel input sebagai predikator. Para peneliti-peneliti sehingga menggunakan RSM sebagai upaya mencari fungsi yang tepat untuk mempredikasi dan
mengoptimalkan respon. Variabel yang diteliti dalam desain eksperimen RSM tergantung terhadap yang
diteliti. Sebagai contoh, respon atau variabel output didalam penelitian dibidang kimia bisa saja berupa daya pandang terhadap plastik dengan satuan tertentu dan variabel input
yang mempengaruhi hasil tersebut dapat berupa konsentrasi zat semprot dan posisi penyemprotan pada plastik sewaktu reaksi terjadi.
Desain eksperimen RSM membutuhkan faktor penting yang berpengaruh secara signifikan terhadap proses. Identifikasi dapat dilakukan dengan percobaan penyaringan,
dimana dipilih faktor yang dianggap paling berpangaruh terhadap proses. Pada umumnya dipilih 2 atau 3 faktor untuk diteliti selanjutnya. Penerapan RSM yang paling efektif dan
paling banyak digunakan adalah untuk penentuan titik optimal pada setting mesin yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi.
Universitas Sumatera Utara