dokumentasi, dan tally sheet untuk mencatat hasil pengukuran lapangan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta rencana jalan dari RKT 2011.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Metode Kerja
Langkah awal dalam penelitian ini adalah menentukan areal penelitian yang telah dieksploitasi. Areal yang terpilih adalah RKT 2011 yang berisi 10 petak
tebang. Untuk mengetahui keterbukaan wilayah yang terjadi, petak tebang yang berukuran 100 ha diinventarisasi 100 jalan angkutan kayu, jalan sarad, TPn,
dan camp tarik. Kehilangan cadangan karbon keterbukaan wilayah dan penebangan kayu dihitung berdasarkan data laporan hasil cruising LHC dan
laporan hasil produksi LHP.
3.3.2 Metode Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder yang diperlukan berupa laporan hasil cruising
LHC yang digunakan untuk mengetahui potensi tegakan sebelum dilakukan penebangan dan laporan hasil produksi LHP untuk mengetahui data pohon
ditebang. Data lainnya yang diperlukan yaitu kondisi umum perusahaan, peta sebaran pohon, peta kawasan perusahaan, peta jalan angkutan, jalan sarad dan
TPn, peta areal kerja dari areal bekas tebangan yang akan diteliti di kawasan hutan perusahaan.
2. Pengukuran keterbukaan areal bekas tebangan Prasarana PWH
pembukaan wilayah hutan yang diukur untuk
mengetahui luas areal yang terbuka di petak bekas tebangan adalah jalan angkutan, jalan sarad, dan TPn. Lokasi penelitian pada areal RKT 2011 dengan
10 petak bekas tebangan ukuran 1 km x 1 km 100 ha. Pengukuran keterbukaan areal ini dilakukan di seluruh petak bekas tebangan dengan
inventarisasi 100 jalan angkutan, jalan sarad, dan TPn. Luas total keterbukaan areal dihitung dengan menjumlahkan luas jalan sarad, luas jalan
angkutan dan luas TPn. 3.
Pengukuran panjang dan lebar jalan sarad Luas areal yang terbuka akibat adanya jalan sarad ditentukan dengan
mengukur panjang dan lebar jalan sarad. Jalan sarad adalah jalan yang
melayani kebutuhan menyarad kayu dari tunggak pohon ke TPn atau tepi jalan cabang. Pengukuran panjang jalan sarad dilakukan dengan menelusuri setiap
jalan sarad yang berada di petak tebangan yang diukur dengan menggunakan GPS. Digitasi menggunakan GPS diawali dari jalan angkutan dan TPn ke jalan
sarad terjauh. Data tracking GPS dihimpun untuk diolah menggunakan komputer menjadi peta realisasi jalan dan TPn. Lebar jalan sarad diukur secara
acak untuk mengetahui lebar rata-rata jalan sarad. 4. Pengukuran panjang dan lebar jalan angkutan
Luas areal yang terbuka akibat jalan angkutan yang berada dalam petak bekas tebangan diukur panjang dan lebar jalan angkutan. Panjang jalan dapat
diketahui dengan menelusuri jalan angkutan dengan GPS. Koordinat- koordinat jalan angkutan yang didapatkan dari penelusuran setiap jalan angkutan dengan
digitasi GPS dipindahkan ke komputer untuk diolah menjadi peta jalan angkutan berdasarkan peta pohon dari data LHC. Lebar jalan angkutan diukur
dengan mengukur di setiap 100 m. Lebar jalan yang diukur adalah badan jalan, bahu jalan dan parit jalan angkutan.
5. Pengukuran TPn Bangunan TPn sebagai tempat penyimpanan kayu sementara diukur luas
arealnya dengan menggunakan GPS. Pengukuran dilakukan dengan mengelilingi TPn hingga kembali ke titik semula. Pengukuran lainnya yang
lebih akurat dilakukan dengan menggunakan sistem titik tengah Feldpausch et al. 2005.
Gambar 2 Pengukuran TPn dengan Sistem Center Point.
6 1
2
5 3
4
Sistem ini dig yang dibentuk dari te
dijumlahkan untuk m dari hasil digitasi
didapatkan dari pengukur Hasil digitasi
keterbukaan areal diol menjadi peta petak te
hasil dari LHC. Tota didapatkan dikalkula
dengan mengalikan pengukuran di lapanga
Dimana: TPn
Jalan S Jalan A
Gambar 3 Pe
3.4 Metode Analisis D 3.4.1 Perhitungan Vol