Kondisi Tegakan Sebelum Pemanenan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Tegakan Sebelum Pemanenan

Kegiatan inventarisasi tegakan sebelum penebangan ITSP dilakukan untuk mengetahui potensi tegakan berdiameter ≥ 20 cm dan pohon layak tebang. Data ITSP digunakan sebagai pedoman dalam menentukan rencana tebangan yang akan dilakukan di dalam petak tebang. ITSP dilakukan pada 10 petak tebang pada blok RKT rencana kerja tahunan 2011 dan dicatat dalam LHC laporan hasil cruising. Data ITSP digunakan untuk membuat peta pohon untuk mengetahui posisi pohon layak tebang. Lokasi penelitian dilakukan pada blok RKT 2011 dengan total luas 962 ha. Berdasarkan data LHC RKT 2011, diketahui rata-rata jumlah pohon yang berdiameter ≥ 20 cm dalam petak tebang adalah 76,11 ±7,88 pohonha dengan jumlah pohon terbanyak terdapat pada petak tebang 265 dan petak tebang 262 memiliki jumlah pohon paling sedikit. Potensi volume tegakan pada blok RKT 2011 bervariasi dalam setiap petak dengan rata-rata volume sebesar 176,13 ±41,09 m 3 ha. Rata-rata 1 pohonha dapat menghasilkan 2,31 m 3 ha. Data kondisi tegakan sebelum dilakukan kegiatan pemanenan kayu pada petak pengamatan ditunjukkan pada Tabel 4. Jika dilihat berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4, jumlah pohon terbanyak dalam suatu petak tebang tidaklah menunjukkan bahwa petak tersebut memiliki potensi volume terbesar. Hal ini disebabkan oleh perbedaan diameter pohon-pohon dalam petak tebang. Semakin banyak pohon layak tebang maka volume tegakan akan semakin besar pula. IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera melakukan penebangan pada pohon berdiameter ≥ 50 cm. Potensi volume dan jumlah pohon layak tebang perlu diketahui untuk menentukan target produksi penebangan kayu komersial dalam blok RKT 2011. Tabel 4 menunjukkan jumlah pohon layak tebang dalam setiap petak tebang bervariasi dengan rata-rata jumlah pohon 16,47 ±3,48 pohonha sedangkan potensi volume tegakan juga bervariasi dengan rata-rata volume 118,58 ±35,94 m 3 ha. 21 Tabel 4 Kondisi awal tegakan sebelum dilakukan penebangan pada blok RKT 2011 Petak Luas ha Pohon berdiri ≥ 20 cm up Pohon layak tebang ≥ 50cm up Jumlah pohon Volume m 3 Biomassa ton Jumlah pohon Volume m 3 Biomassa ton 262 100 6126 15207 14537 1612 11797 10977 263 100 7203 19031 17942 1740 13918 13336 264 100 7700 23327 18869 1583 14857 12933 265 100 8916 14032 12247 1334 8093 7231 290 100 7086 18487 14639 1418 10836 9039 291 100 7911 22375 21147 2213 16746 15162 292 100 7528 18046 17861 1895 14048 13398 318 100 7173 13179 13756 1565 8786 8733 319 100 6841 14230 13837 1541 9094 9014 348 62 6737 11518 9646 950 5912 4909 Jumlah 962 73221 169433 154481 15851 114087 104732 Rata-rata 96,20 7322 16943 15448 1585 11409 10473 Simp. baku 12,02 758 3953 3449 335 3457 3227 Semakin banyak jumlah pohon layak tebang ≥ 50 cm maka potensi volume layak tebangnya semakin besar pula. Hal ini terlihat pada Tabel 4, petak tebang 348 memiliki jumlah pohon dan volume layak tebang paling sedikit dan petak tebang 291 memiliki jumlah pohon dan volume layak tebang paling banyak dibandingkan petak tebang lainnya. Potensi biomassa kayu yang diamati pada lokasi penelitian adalah potensi biomassa total dan potensi biomassa layak tebang. Potensi biomassa kayu pada setiap petak bervariasi disebabkan perbedaan diameter pohon dalam tegakan hutan. Rata-rata potensi total biomassa pada setiap petak tebang sebesar 160,58 ±35,85 tonha dan potensi biomassa layak tebang sebesar 108,86 ±33,54 tonha. Biomassa layak tebang sebesar 67,79 dari biomassa total. Brown 1997 menyatakan bahwa 50 biomassa pohon adalah karbon. Berdasarkan Tabel 4, potensi karbon pada lokasi penelitian adalah 80,20 ±13,94 ton Cha. Wayana 2011 menyatakan bahwa potensi cadangan karbon pada hutan alam tropis di Provinsi Kalimantan Tengah IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber berdiameter ≥ 20cm sebesar 114,14 ton Cha. Hasil penelitian lain yang dilakukan di hutan alam tropis Amazon Selatan Feldpausch et al. 2005, potensi cadangan karbon berdiameter ≥ 10cm sebesar 138,10 ton Cha. Berdasarkan hasil pengamatan pada blok RKT 2011 yang ditunjukkan dalam Tabel 4, maka dapat dikatakan dalam 1 m 3 tegakan menghasilkan biomassa sebesar 0,91 tonha atau karbon sebesar 0,46 ton Cha.

5.2 Kegiatan Pemanenan

5.2.1 Deskripsi Umum Kegiatan Pemanenan

PT Salaki Summa Sejahtera memiliki areal hutan dataran rendah kering tropis. Sistem pemanenan dilakukan secara mekanis. Kegiatan pemanenan yang dilakukan yaitu perencanaan, pembuatan prasarana PWH Pembukaan Wilayah Hutan, penebangan, pembagian batang, penyaradan, pengumpulan kayu di TPn, pengangkutan, muat, bongkar, dan penimbunan kayu di TPK. Proses penebangan pohon dilakukan oleh regu tebang yang terdiri dari chainsawman dan helper dengan menggunakan sistem borongan. Pembagian wilayah kerja regu tebang ditentukan berdasarkan luas kepemilikan suku yang telah menyetujui daerah itu ditebang Indriyati 2010. Keadaan topografi yang sulit dan tingginya curah hujan menyebabkan penebangan dilakukan di daerah punggung dan mendahulukan penebangan pohon yang besar ≥60 cm dan mudah dijangkau. Penebangan di daerah punggung dilakukan untuk menghindari jatuhnya kayu ke daerah curam sehingga mempermudah pengangkutan kayu dari tegakan hutan. Penyaradan kayu menggunakan traktor sarad Caterpillar D7G yang memiliki lebar 4 m dengan kemampuan menyarad optimal sejauh 500 m. Teknik penyaradan dilakukan dengan teknik double skidding yaitu penyaradan kayu secara bertahap menuju TPn. Kegiatan pengangkutan kayu dari TPn menuju TPK dilakukan pada kondisi jalan kering menggunakan logging truck tipe Scania dan Nissan.

5.2.2 Intensitas Pemanenan

Data ITSP yang didapatkan dari LHC RKT 2011 menjadi pedoman dalam menentukan besaran pohon yang layak ditebang dalam petak-petak pengamatan penelitian. Intensitas pemanenan dipengaruhi oleh keadaan lapangan berupa topografi, keadaaan jalan sarad, dan kondisi pohon yang akan ditebang. Penyusunan laporan hasil produksi LHP RKT 2011 berdasarkan data pohon ditebang dan mampu disarad sampai ke TPn. Besarnya intensitas pemanenan ditunjukkan dalam Tabel 5. Intensitas pemanenan bervariasi dalam setiap petak tebang dengan rata-rata tebangan sebanyak 5,80 ±1,61 pohonha dan rata-rata volume pohon ditebang dalam sebesar 47,89 ±14,07 m 3 ha. Semakin banyak jumlah pohon yang ditebang tidak selalu menunjukkan volume pohon komersial yang ditebang semakin besar pula. Hal ini disebabkan oleh bervariasinya diameter dan tinggi pohon yang mempengaruhi besarnya volume kayu ditebang. Perbandingan antara volume tebangan dengan jumlah pohon ditebang paling besar didapatkan pada petak tebang 264 sebanyak 9,80 m 3 ha sedangkan perbandingan terkecil dimiliki oleh petak tebang 348 sebanyak 7,60 m 3 ha. Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata penebangan 1 pohon menghasilkan volume tebangan sebesar 8,25 m 3 . Penebangan pohon hanya dilakukan pada jenis pohon komersial dan pohon-pohon yang mampu disarad sampai ke TPn sehingga tidak semua pohon layak tebang dipanen.