Keterbukaan Wilayah Kehilangan Cadangan Karbon pada Pemanenan Secara Mekanis (Studi Kasus Konsesi Hutan PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut Provinsi Sumatera Barat)
Tabel 9 Keterbukaan wilayah pada blok RKT 2011
Petak Luas ha
Jenis keterbukaan
Luas keterbukaan ha
Keterbukaan wilayah 262
100 Jalan utama
- 7,08
Jalan cabang 3,16
Jalan sarad 3,56
TPn 0,36
Total 7,08
263 100
Jalan utama -
4,95 Jalan cabang
1,57 Jalan sarad
3,01 TPn
0,37 Total
4,95 264
100 Jalan utama
- 5,83
Jalan cabang 1,79
Jalan sarad 3,30
TPn 0,44
Camp tarik 0,30
Total 5,83
265 100
Jalan utama -
3,92 Jalan cabang
1,37 Jalan sarad
2,34 TPn
0,21 Total
3,92 290
100 Jalan Utama
- 6,55
Jalan Cabang 2,80
Jalan sarad 3,33
TPN 0,42
Total 6,55
291 100
Jalan utama 1,91
9,12 Jalan cabang
2,78 Jalan sarad
3,77 TPn
0,66 Total
9,12 292
100 Jalan utama
2,43 6,80
Jalan cabang 0,67
Jalan sarad 3,01
TPn 0,69
Total 6,80
318 100
Jalan utama -
4,16 Jalan cabang
1,00 Jalan sarad
2,97 TPn
0,19 Total
4,16
Tabel 9 lanjutan
Petak Luas
ha Jenis
keterbukaan Luas keterbukaan
ha Keterbukaan wilayah
319 100
Jalan Utama 1,84
9,36 Jalan Cabang
3,73 Jalan sarad
3,27 TPN
0,52 Total
9,36 348
62 Jalan Utama
- 6,69
Jalan Cabang 1,47
Jalan sarad 2,53
TPN 0,15
Total 4,15
Jumlah 962
61,88 64,46
Rata-rata 96,20
6,19 6,45
Simp. baku 12,02
1,97 1,84
Petak tebang 265 merupakan petak tebang dengan wilayah terbuka terkecil sedangkan petak tebang 319 memiliki wilayah terbuka paling besar. Keterbukaan
wilayah dipengaruhi oleh banyaknya areal terbuka akibat aktivitas pemanenan di lokasi penelitian. Banyaknya areal terbuka disebabkan oleh banyaknya TPn yang
berada dalam petak tebang dan padatnya lalu lintas pengangkutan kayu baik itu dari dalam tegakan hutan maupun pengangkutan dari TPn menuju TPK.
Keterbukaan wilayah pada lokasi penelitian sebagian besar diakibatkan oleh adanya jalan sarad dalam petak tebang. Hal ini terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Jenis keterbukaan dan keterbukaan wilayah pada blok RKT 2011.
Keterbukaan wilayah pada lokasi penelitian sebesar 61,88 ha yang terdiri dari jalan utama 6,17 ha, jalan cabang 20,30 ha, jalan sarad 31,10 ha, TPn
4,01 ha dan camp tarik 0,30 ha. Keterbukaan wilayah dipengaruhi oleh banyaknya pohon yang ditebang dalam setiap petak tebang. Jalan sarad memiliki
luas areal terbuka paling besar karena jalan sarad merupakan akses satu-satunya untuk mencapai tegakan. Keterbukaan wilayah paling kecil diakibatkan oleh
adanya camp tarik sedangkan untuk prasarana PWH dalam pengangkutan kayu, keterbukaan wilayah paling kecil dimiliki oleh TPn. Berdasarkan data pada Tabel
9 dapat diketahui bahwa penebangan 1 m
3
menyebabkan areal yang terbuka seluas 13,31 m
2
atau keterbukaan wilayah sebesar 0,13. Pembuatan prasarana PWH menyesuaikan dengan volume tebangan dalam
petak tebang. Semakin banyak volume penebangan dalam petak tebang maka kecenderungan areal terbuka akan semakin banyak pula dan sebaliknya jika
volume tebangan sedikit maka kecenderungan areal hutan yang terbuka juga sedikit. Hubungan antara volume tebangan dan keterbukaan wilayah ditunjukkan
dalam Gambar 5.
Gambar 5 Hubungan volume tebangan dan keterbukaan wilayah. Grafik pada Gambar 5 menunjukkan bahwa volume tebangan tidak terlalu
berpengaruh pada keterbukaan wilayah yang terjadi pada lokasi penelitian. Penelitian ini menunjukkan volume penebangan 47,89 m
3
ha menyebabkan keterbukaan wilayah 6,45 dari total luas blok RKT 2011. Penelitian Firma
2012 pada lokasi yang sama yang hanya mengukur luas areal terbuka akibat
jalan sarad menunjukkan keterbukaan wilayah sedikit lebih rendah sebesar 6,20 dengan volume tebangan 78,81 m
3
ha. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh proses pengambilan data. Pengambilan data oleh Firma 2012 dilakukan dengan
sampling 10 petak dengan total 10 ha di daerah penebangan kayu sedangkan penelitian ini mengambil data dengan inventarisasi 100 prasarana PWH di blok
RKT 2011 sehingga dapat terjadi bias akibat perhitungan dengan sampling. Perbedaan juga terlihat dari volume tebangan Firma 2012 yang jauh lebih besar
dibandingkan penelitian kali ini. Volume tebangan yang tinggi menyebabkan wilayah yang terbuka semakin besar.
Bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Feldpausch et al. 2005 yang dilakukan di hutan tropis Amazon Selatan, volume tebangan yang
terjadi sebesar 6,4-15,0 m
3
ha menghasilkan keterbukaan areal yang terjadi sebesar 9,8-16,2 dari dua blok tebangan dengan masing- masing luasan
sebesar 1397 ha dan 1037 ha.