Analisis Nilai NPV Prospek Usaha Secara Finansial

kan berdasarkan rencana kerja dan anggaran usaha. Biaya untuk pengelolaan tanaman di wilayah Kabupaten Bogor, khusus untuk di Kelurahan Cogreg seperti pada Lampiran 11. Berdasarkan perhitungan pendapatan dari penerimaan dana dari investor dan prospek pendapatan dari hasil panen JUN ditahun kelima, setelah dikurangi realisasi penggunaan biaya selama jangka pengelolaan tanaman JUN, maka akan didapatkan pros- pek keuntungan profit usaha dari pengelolaan tanaman JUN tersebut. Sesuai prospek nilai penjualan kayu JUN ditahun kelima, maka diperhitungkan nilai keuntungan usaha ditahun kelima pada rentang antara Rp 770.461.000 sampai deng- an nilai keuntungan Rp 1.245.363, serta nilai keuntungan rata-rata Rp 1.061.125.000, sebelum dikurangi pajak hasil penjualan. Berdasarkan perhitungan analisis pembiayaan dan nilai keuntungan pada lokasi tanam di Kelurahan Cogreg Kabupaten Bogor tersebut, diperhitungkan menjadi hasil analisis finansial mencakup perhitungan nilai Net Present Value NPV, Nilai Internal Rate Return IRR, dan perhitungan BC. S ebagai perbandingan b iaya pengelolaan tanaman Jati Emas jenis jati unggul, un- tuk investasi penanaman jati emas untuk masa panen 5 tahun total biaya Rp 31.439.000- ha, dan untuk panen usia 10 tahun total biaya Rp 35.169.000ha. Perhitungan biaya in- vesttasi antara umur panen 5 dan 10 tahun hanya selisih biaya sedikit, karena investasi dana yang besar hanya biaya pada awal tanaman umur tahun 0 - 1 tahun Pari et al., 2007. Berdasarkan data tersebut, biaya penanaman jati emas jauh lebih murah untuk masa panen dalam lima tahun dibandingkan penanaman JUN Rp 90.060.000ha, walau- pun potensi panen JUN lebih besar dari penanaman jati emas di tahun kelima.

4.8.2 Analisis Nilai NPV

Untuk menganalisis kelayakan finansial berdasarkan nilai prospek pendapatan tersebut, perlu dihitung nilai Net Present Value NPV, untuk menilai kelayakan usaha penanaman JUN yang dilaksanakan UBH-KPWN. Perhitungan dilakukan terhadap nilai biaya investasi yang dikeluarkan out flow dengan prospek nilai pendapatan penerimaan dana investasi dan nilai penjualan kayu jati pada tingkat suku bunga 15 dan tingkat suku bunga 9,4. Tingkat suku bunga ditentukan sesuai bisnis plan UBH-KPWN, yaitu Discount Factor DF 15 suku bunga bank komersial dan DF 9,4 sesuai suku bunga Danareksa UBH-KPWN, 2007. Hasil perhitungan nilai NPV sesuai prospek penjualan seperti pada Lampiran 12. Sesuai hasil perhitungan tersebut, nilai NPV untuk prospek penerimaan terkecil dari pen- jualan hasil panen kayu JUN pada tahun kelima, dengan suku bunga 15 diperoleh nilai NPV Rp 351.970.000, dan untuk nilai NPV menggunakan suku bunga 9,4 diperoleh nilai NPV Rp 469.522.000. Hasil perhitungan nilai NPV sesuai prospek penerimaan rata-rata dari penjualan hasil panen kayu JUN pada tahun kelima, dengan suku bunga 15 diperoleh nilai NPV Rp 496.482.000, dan untuk nilai NPV menggunakan suku bunga 9,4 diperoleh nilai NPV Rp 655.005.000. Hasil perhitungan nilai NPV sesuai prospek penerimaan tertinggi dari penjualan hasil panen kayu JUN pada tahun kelima, dengan suku bunga 15 diperoleh nilai NPV Rp 588.081.000, dan untuk nilai NPV menggunakan suku bunga 9,4 diperoleh nilai NPV Rp 772.574.000. Berdasarkan nilai NPV tersebut nilai terendah sampai tertinggi pada tingkat suku bunga discount factor yang berbeda, semua nilai NPV lebih besar dari nol, maka secara finansial UBH-KPWN tersebut layak untuk dijalankan Rahardja dan Manurung, 2008. Dibandingkan data Bisnis Plan UBH-KPWN selama masa 10 tahun 2007 sd 2016, dengan target penanaman 4,5 juta pohon, dan diproyeksikan akan menarik investasi dari investor sebesar Rp 37,5 milyar, maka diperhitungkan pada tahun ke-10 nilai NPV 142.811.355.523, menunjukkan usaha tersebut layak dikelola Rahardja dan Manurung, 2008.

4.8.3 Analisis Nilai IRR