mengandung kapur dengan pH 6 bersifat basa. Kondisi iklim Kabupaten Bogor termasuk tipe iklim B Schmid Ferguson dengan curah hujan antara 1200 mm sampai
1500 mm, sehingga kondisi tersebut sangat cocok untuk tanaman jenis Jati. Sampai tahun 2005 potensi tanaman Jati yang dikelola masyarakat masih relatif kecil, seperti jati Emas
dan Jati Birma. Saat itu luas area tanaman masih sangat kecil atau lebih kurang 10 ha yang tersebar di wilayah Kecamatan Ciampea, Kecamatan Jonggol dan Rumpin Supriadi,
2006. Sampai tahun 2009 kondisi hutan di wilayah Kabupaten Bogor lebih banyak
didominasi jenis rimba campuran, pada kawasan taman nasional Gunung Gde Pangrango dan Taman Nasional Gunung Salak - Halimun. Untuk kawasan hutan rakyat lebih secara
berurut sesuai luasnya yaitu; jenis Sengon, Mahoni, Pinus dan Jati Damayanti, 2010. Lokasi penelitian untuk pengukuran sampel tanaman JUN, secara khusus pada
lokasi tanaman JUN yang berusia tiga tahun. Lokasi tersebut merupakan areal kebun praktek seluas 7,5 ha, milik Yayasan Universitas Nusa Bangsa UNB sebagai penyedia
lahan, yang terletak di Kelurahan Cogreg, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Realisasi tanaman JUN dari tahun 2007 sampai tahun 2010 seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Realisasi penanaman JUN Usia Tiga Tahun Pada Lokasi Lahan UNB
No Usia Tanam
Jumlah Awal Tanaman
Pohon Jumlah
Tanaman mati pohontahun
Pohon matitahun
Jumlah Pohon Hidup
pohon Keterangan
1 1 Tahun
7120 92
1,29 7028
Disulam 92 2
2 Tahun 7120
556 7,81
6564 Sisa Hidup
3 3 tahun
6564 403
5,66 6075
Sisa Hidup 4
Jumlah ditahun
ketiga 7120
959 13,47
6075 Sisa Hidup
5 Rata-
ratatahun 2025
350 4,92
2025 Tanaman
hidup 6
Prediksi tahun ke-5
6075 1660
23,31 5460
Sisa Hidup
Sumber : UBH-KPWN 2010.B Keterangan : Hasil evaluasi tanaman JUN usia 1, 2 dan 3 tahun
4.3 Inventarisasi Potensi Tanaman JUN
Inventarisasi potensi tanaman JUN pada lokasi penelitian tersebut, telah dilaksa- nakan pada sampel tanaman JUN yang berusia tiga tahun. Hasil pengambilan sampel
tanaman sebanyak 2,5, dari 6075 pohon populasi tanaman hidup atau sebanyak 152 pohon. Kondisi populasi tanaman JUN berusia tiga tahun di lokasi kebun praktek UNB,
seperti pada Gambar 7 :
Pengambilan sampel tanaman dilakukan secara stratifikasi sesuai petak tanaman. Jumlah petak tanaman yang dikelola petani penggarap terdiri 24 petak tanaman, yang
masing-masing petak dikelola oleh seorang petani penggarap. Jumlah pohon atau tanam- an JUN yang dikelola masing-masing petani antara 90 pohon per petak sampai 557 pohon
per petak. Sampel untuk pengukuran potensi pohon, diambil 2,5 dari jumlah tanaman tiap
petak tersebut, yaitu antara 3 – 14 pohonpetak. Sesuai jumlah sampel tiap petak tersebut,
ditetapkan pohon sampel awal secara acak sesuai nomor pohon terpilih. Selanjutnya secara sistematis ditetapkan nomor pohon sampel yang akan menjadi subjek pengukuran.
Apabila saat pengukuran sampel pohon di lapangan ternyata pohon sampel telah mati atau ditetapkan untuk dimatikan karena pertumbuhan abnormal, maka sampel pohon dipindah
ke nomor selanjutnya yang masih hidup normal. Pengukuran sampel potensi tanaman berusia tiga telah dilakukan yaitu ;
1 Keliling tanaman diukur pada 10 cm diatas tanah dan pada posisi ujung pohon pada posisi bebas cabang utama, serta keliling batang diukur pada posisi setinggi dada +
152 cm dari tanah. 2 Tinggi pohon diukur mulai dari posisi pangkal batang, hingga posisi ujung pohon
pada posisi bebas cabang utama.
Gambar 7. Tanaman JUN Usia Tiga Tahun di Kelurahan Cogreg
3 Diameter pohon dihitung dengan mengubah data hasil pengukuran keliling keliling pangkal, keliling ujung dan keliling pada setinggi dada menjadi data diameter.
4 Rata-rata diameter pangkal dan diameter ujung, dihitung tiap pohon sampel. Pelaksanaan pengukuran keliling dan tinggi pohon seperti pada Gambar 8 :
Gambar 8. Kegiatan Pengukuran Potensi tanaman JUN berusia tiga tahun
Hasil pengukuran sampel tanaman tiap lokasi petani seperti pada Lampiran 6.
Sesuai hasil pengukuran dan pengolahan data tersebut didapat rata-rata keliling 0,34 m tiap pohon, atau rata-rata diameter 0,11 m tiap pohon, dan rata-rata tinggi pohon 4,74 m
tiap pohon, serta rata-rata volume 0,044 m
3
pohon. Apabila jumlah tiap hektar 1000 pohon jarak tanam 2m x 5m, maka potensi
tanaman JUN diperhitungkan 44 m
3
ha. Secara keseluruhan potensi tanaman yang berusia tiga tahun di Kelurahan Cogreg sebesar 266,28 m
3
. Potensi tanaman tersebut dikelola oleh 24 petani penggarap, sehingga rata-rata potensi tanaman tiap blok petani 11,10 m
3
.
Berdasarkan rentang data hasil pengukuran tersebut, diperoleh data tertinggi dari tiap pohon sampel, yaitu keliling 0,45 m, diameter 0,14 m, tinggi 5,60 m, dan volume
0,07 m
3
pohon. Data terendah hasil pengukuran dari tiap pohon sampel, yaitu keliling 0,28 m, diameter 0,09 m, tinggi 4,33 m dan volumenya 0,03 m
3.
Hasil perhitungan potensi volume pohon tiap petani seperti pada Lampiran 7, dan hasil rekapitulasi potensi
rata-rata seluruh populasi pohon sampel seperti pada Lampiran 8. Hasil pengukuran tersebut, menunjukkan data yang berbeda dengan hasil pengu-
kuran tanaman JUN yang berusia tiga tahun, yang dilaksanakan Tim Evaluasi UBH- KPWN. Hasil pengukuran Tim UBH-KPWN, tanaman JUN yang berusia tiga tahun rata-
rata keliling 0,29 m atau diameternya 0,09 m, dan rata-rata tinggi 7,83 m, sehingga
volumenya rata-rata 0,05 m
3
pohon UBH-KPWN, 2010.B. Perbedaan tersebut terjadi pada hasil pengukuran tinggi, karena Tim UBH-KPWN melakukan pengukuran dengan
metode penaksiran seluruh tinggi pohon, sebagai volume pohon berdiri standing stock, sedangkan pada penelitian tersebut, pengukuran tinggi sampai batang bebas cabang, untuk
memperhitungkan potensi panen atau harvesting stock Simon, 2007 Sebagai perbandingan lain hasil pengukuran potensi tanaman JUN yang berusia
tiga tahun, yang dilakukan Tim Evaluasi UBH-KPWN di Kabupaten Magetan, pada wilayah tiga kecamatan yang tersebar pada 19 lokasi desa. Hasil rekapitulasi pengukuran
sampling dari 26.751 pohon JUN yang hidup, menunjukkan rata-rata keliling 21,05 cm atau diame-ter rata-rata 0,07, dan rata-rata tinggi pohon 6.41 m, sehingga diperhitungkan
volume rata-rata 0,023 m
3
pohon UMM,
2010
. Hasil rata-rata pengukuran pada berbagai lokasi tanaman JUN yang berusia tiga
tahun seperti terlihat pada Tabel 11 : Tabel 11. Perbandingan Hasil Pengukuran Potensi Tanaman JUN Usia Tiga Tahun pada
beberapa Lokasi Tanaman.
Lokasi Jumlah
Tanaman Hidup
pohon Rata
2
Keliling m
Rata
2
Tinggi m
Rata
2
Diameter m
Rata
2
Volume M
3
Bulan Evaluasi
Kabupaten Desa
jumlah Magetan
Pengukuran UBH-KPWN
19 26.751
0,21 6,41
0,07 0,023
Pebruari 2010
Madiun Pengukuran
UBH-KPWN Kebun
Observasi 44
0,40 8,25
0,13 0,106
Mei 2010
Bogor Pengukuran
UBH-KPWN Kelurahan
Cogreg 6.075
0,29 7,83
0,09 0,051
Pebruari 2010
Bogor Hasil
Penelitian Kelurahan
Cogreg 6.075
0,34 4,77
0,11 0,044
Juni 2010
Jumlah 38.945
1,24 22,49
0,29 0,179
Rata-rata 9.736
0,31 5,62
0,07 0,045
Sumber : Universitas Merdeka Madiun 2010 bekerjasama dengan Tim UBH-KPWN.
Pengukuran potensi tanaman JUN yang berusia tiga tahun pada lokasi kebun observasi di Desa Rejomulyo Mess UBH-KPWN Kabupaten Madiun. Hasil rekapitulasi
dari 44 pohon JUN yang dievaluasi, menunjukkan hasil ukur rata-rata keliling setinggi
dada 40,10 cm atau rata-rata diameter 0,13 m dan rata-rata tinggi pohon 7,80 m, sehingga diperhitungkan volumenya rata-rata 0,10 m
3
pohon UMM,
2010
. Rata-rata keliling dan diameter hasil penelitian di Kelurahan Cogreg Bogor lebih
besar dari data hasil pengukuran Tim Evaluasi UBH-KPWN di Kabupaten Magetan dan Kabupaten Bogor, tetapi hasil rata-rata tinggi hasil penelitian di Cogreg lebih kecil jika
dibandingkan hasil Tim Evaluasi UBH-KPWN. Sesuai data pada Tabel 11 tersebut, data hasil pengukuran di lokasi kebun obser-
vasi di Madiun menunjukkan lebih besar dari hasi pengukuran dilokasi lain, dengan volume rata-rata 0,106 m
3
pohon. Rata-rata potensi volume dari ketiga lokasi tersebut 0,045 m
3
pohon atau setara dengan 45 m
3
ha, hal tersebut lebih mendekati rata-rata volume hasil penelitian di Kelurahan Cogreg 0,044 m
3
pohon atau 44 m
3
ha. Secara umum perbedaan hasil ukur karena dilakukan pada sampling tanaman yang
berbeda dan menggunakan metode pengukuran yang berbeda. Perbedaan tersebut karena pada penelitian menggunakan rata-rata dua kali pengukuran keliling keliling pangkal dan
ujung, sedangkan UBH-KPWN hanya mengukur keliling setinggi dada. Perbedaan hasil pengukuran tinggi disebabkan pada pengukuran Tim Evaluasi UBH-KPWN hanya
melakukan penaksiran tinggi dengan galah ukur, sedangkan pada penelitian tersebut dilakukan pengukuran tinggi tanaman sampai posisi bebas cabang. Hasil evaluasi UBH-
KPWN tidak melakukan perhitungan volume pohon, sedangkan pada penelitian tersebut dihasilkan perhitungan volume sebagai nilai potensi yang diestimasi pada saat pemanenan
kayu JUN. Perbedaan pertumbuhan tanaman jati sangat dipengaruhi oleh kelas kesuburan
tanah bonita di lokasi tanaman, dan juga dipengaruhi oleh teknik silvikultur budidaya yang diterapkan. Umumnya kelas kesuburan tanah di daerah Jawa Timur dan Jawa
Tengah, lebih baik di bandingkan kelas kesuburan tanah di daerah jawa Barat Iskak et al., 2005.
Hasil evaluasi pertumbuhan Jati Plus Perhutani JPP pada usia lima tahun, dengan perlakuan budidaya intensif silvikultur intensif menunjukkan rata-rata diameter tanaman
17,2 cm dan tingginya 17 m. Untuk JPP yang berusia lima tahun tanpa perlakuan sil- vikultur intensif Silin, menunjukkan data rata-rata diameter 9,5 cm dan tingginya 9,3 m.
4.4 Evaluasi dan Perhitungan Riap tumbuh