Pembiayaan Usaha Penanaman JUN

jati pada seluruh Industri Kecil Menengah IKM di Kabupaten Bogor, mengingat kebu- tuhan industri di Kabupaten Bogor hanya tiga IKM Furniture yang membutuhkan bahan baku kayu jati. Prospek juga dipasarkan untuk kebutuhan industri kayu skala kecil mene- ngah wilayah Jabotabek pada pasar kayu di Klender, Jakarta Timur. Sesuai Proyeksi harga ditahun kelima pada rentang Rp 2,135.000m 3 sampai de- ngan Rp 2,408.000 m 3 , dan harga rata-rata Rp 2,314.000m 3 . Prospek nilai jual atau pendapatan dari hasil panen kayu JUN ditahun kelima, pada rentang Rp 988.630.584m 3 resiko 23,31 mati sampai dengan nilai jual Rp 1.463.532.856 resiko 13,47 mati, dan prospek nilai jual rata-rata Rp 1.279.294.179 resiko 13,47 mati. Pada tahun kelima tahun 2012, UBH-KPWN disamping menerima hasil penjual- an kayu JUN dari lokasi Kelurahan Cogreg Bogor juga memiliki prospek penjualan kayu siap tebang usia lima tahun dari wilayah lokasi tanam lain, di Kabupaten Magetan dan di Kebun Observasi Madiun di Jawa Timur. Potensi panen di Kabupaten Magetan sebanayak 26.751 pohon ditambah pada Kebun Observasi di Madiun 44 pohon, dengan asumsi nilai riap sama, maka prospek penerimaan nilai jual dari Kabupaten Magetan dan Madiun lima kali lebih besar, jika dibandingkan prospek dari Kabupaten Bogor. Prospek Harga Jual Dasar HJD kayu jati tipe A asal wilayah Jawa Tengah akan lebih mahal dari harga kayu jati tipe D asal Jawa Barat UBH-KPWN, 2010.B Sebagai perbandingan untuk prospek pemanenan jati emas jenis unggul dengan potensi tanaman 2000 pohonha, pada tahun kelima diproyeksikan dapat mencapai rata- rata diameter 20 cm, dengan tinggi 12 m. Pada tahun kelima dapat dipanen 1000 pohon jati emas dengan potensi panen 300 m 3 ha, maka nilai penjualan jati emas 300 m 3 x Rp 3000.000 m 3 sama dengan Rp 1.500.000.000, jenis tersebut akan dipanen terakhir pada tahun ke-15 dengan total potensi 1470 m 3 . Darmadi, 2003.

4.8.1 Pembiayaan Usaha Penanaman JUN

Hasil observasi di lokasi tanaman JUN dan hasil data sekunder, kegiatan UBH- KPWN membutuhkan biaya usaha dari mulai biaya pembelian bibit tanaman hingga biaya untuk pemanenan dan pemasaran hasil kayu. Biaya usaha tersebut setiap tahun ditetap- kan berdasarkan rencana kerja dan anggaran usaha. Biaya untuk pengelolaan tanaman di wilayah Kabupaten Bogor, khusus untuk di Kelurahan Cogreg seperti pada Lampiran 11. Berdasarkan perhitungan pendapatan dari penerimaan dana dari investor dan prospek pendapatan dari hasil panen JUN ditahun kelima, setelah dikurangi realisasi penggunaan biaya selama jangka pengelolaan tanaman JUN, maka akan didapatkan pros- pek keuntungan profit usaha dari pengelolaan tanaman JUN tersebut. Sesuai prospek nilai penjualan kayu JUN ditahun kelima, maka diperhitungkan nilai keuntungan usaha ditahun kelima pada rentang antara Rp 770.461.000 sampai deng- an nilai keuntungan Rp 1.245.363, serta nilai keuntungan rata-rata Rp 1.061.125.000, sebelum dikurangi pajak hasil penjualan. Berdasarkan perhitungan analisis pembiayaan dan nilai keuntungan pada lokasi tanam di Kelurahan Cogreg Kabupaten Bogor tersebut, diperhitungkan menjadi hasil analisis finansial mencakup perhitungan nilai Net Present Value NPV, Nilai Internal Rate Return IRR, dan perhitungan BC. S ebagai perbandingan b iaya pengelolaan tanaman Jati Emas jenis jati unggul, un- tuk investasi penanaman jati emas untuk masa panen 5 tahun total biaya Rp 31.439.000- ha, dan untuk panen usia 10 tahun total biaya Rp 35.169.000ha. Perhitungan biaya in- vesttasi antara umur panen 5 dan 10 tahun hanya selisih biaya sedikit, karena investasi dana yang besar hanya biaya pada awal tanaman umur tahun 0 - 1 tahun Pari et al., 2007. Berdasarkan data tersebut, biaya penanaman jati emas jauh lebih murah untuk masa panen dalam lima tahun dibandingkan penanaman JUN Rp 90.060.000ha, walau- pun potensi panen JUN lebih besar dari penanaman jati emas di tahun kelima.

4.8.2 Analisis Nilai NPV