Warga Komplek dan Warga Sekitar Bertekad Agar

“Harapan saya sih yaa moga aje dah makin bae pengajianya makin banyak, kalo yang saya perhatiin sih dari tahun 2000 sampe sekarang makin banyak yaa warga yang ikut ngaji disini yaa ada kemajuan laah, karenaka yang namanya pengajian itukan dunia akherat yaa de, jadi yaa kita harus amalin itu semua, tapi semua kembali kepada hatinya masing-masing yaa.. yaa semoga aja makin banyak laah yang ngaji. Hehehe ” 46 Dari pemaparan di atas, Partisipan SK mengharapkan bahwa kegiatan yang bermanfaat didunia dan diakhirat ini berjalan semakin baik, karena sejak berdirinya pengajian Islami di komplek Sekretariat Negara RI interaksi dan integrasi antara kedua warga tersebut berjalan dengan baik, bahkan setiap tahun semakin meningkan jumlah jama’ahnya. Adapun warga sekitar komplek yang tidak aktif dalam pengajian keagamaan di Masjid Al-Ikhlas komplek Sekretariat Negara RI, yaitu partisipan NH, beliau bertekad agar silaturahim antara warga komplek dengan warga sekitar berjalan dan saling berbaur antara kedua warga dan tidak adanya perbedaan satu dengan lainnya. Hal ini sesuai wawancara peneliti dengan partisipan NH, beliau mengatakan: “Yang pertama itu pasti silaturahmi, jadi tidak ada beda warga komplek dengan warga sekitar, kalo dulu ada perbedaannya kalo ada pengajian, oh yang istilahnya itu warga kampong oh itu warga komplek tapi kalo sekarang udah gak ada beda semua sama, itu yang saya tau, lebihnya dan nilai plesnya itu Silaturahmi ungkap bu NH sambil tersenyum .” 47 Walaupun warga komplek Sekretariat Negara RI yang tidak aktif dalam kegiatan pengajian Islami di Masjid Al-Ikhlas, partisipan SN mengatakan bahwa beliau bertekad agar warga komplek dan warga sekitar lebih baik lagi dalam meningkatkan 46 SK, Wawancara, Warga Sekitar Komplek, 26 Januari 2016 47 NH, Wawancara, Warga Sekitar Komplek Tidak Aktif, 20 Desember 2015 kegiatan pengajian Islami di Masjid Al-Ikhlas. Hal ini sesuai dengan wawancara saya dengan partisipan SN: “harapan saya sih kegiatan di Masjid bisa lebih aktif dalam arti jangan menyerah untuk memajukan umat Islam, dan jangan bosen-bosen juga ingetin warga komplek sama warga sekitar buat ikut pengajin, yaa biar semakin baik aja laah hubungan antara warga komplek sama warga sekitar. Yaa walaupun saya kurang aktif. Hehehe itu aja sih harapan saya.” 48

E. Analisis Hasil Penelitian

Pada bagian ini peneliti membandingkan data hasil dengan teori ataupun hasil penelitian yang sebelumnya. Beberapa teori dan hasil penelitian yang digunakan sudah dijelaskan pada Bab 2 Kajian Teori, namun beberapa lainnya peneliti cari setelah data lapangan terkumpul. Hal ini sesuai dengan prinsip penggunaan teori pada penelitian kualitatif. Warga komplek dengan warga sekitar memiliki komunikasi yang baik, sehingga mempermudah untuk mengadakan kegiatan pengajian Islami. Peneliti melihat secara langsung bagaimana interaksi antara warga komplek dengan warga sekitar sangat baik, peneliti menilai dengan terjalinnya komunikasi ini membuat kedua warga lebih dekat dan mudah mendapatkan informasi seperti kegiatan Islam. Pendapat bapak SO dan peneliti ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Dr. Phill Astrid S. Susanto dalam bukunya yang berjudul komunikasi dalam teori dan praktek yaitu: sebagian besar kegiatan dalam hidup, komunikasi merupakan landasan pembentukan pengertian, landasan pembentukan kelompok dan penerimaan informasi. 49 48 SN, Wawancara, Warga Komplek Tidak Aktif, 23 Januari 2016 49 Phill Astrid S. Susanto, komunikasi dalam teori dan praktek, Bandung: PT. Bina Cipta, 1974, hal. 366 Pengurus Masjid Al-Ikhlas telah berjuang agar warga komplek dan warga sekitar percaya terhadap pengurus masjid dalam segi keuangan pengurus masjid dengan kepengurusan yang baik, amanah dan menciptakan komunikasi yang baik terhadap kedua warga, sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Richard West dan Lynn H. Turner dalam bukunya yang bejudul “Pengantar Teori Komunikasi ”, yaitu: Kegagalan dalam komunikasi dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi sebuah organisasi. 50 Dalam hal integrasi sosial yang melibatkan warga komplek dan warga sekitar, yang ditandai dengan terjalinnya kerukunan antar kedua warga sebagai wujud dari integrasi tersebut. Terlihat dari data yang telah terkumpul bahwa masyarakat warga komplek dan warga sekitar selalu akttif dalam mengikuti setiap kegiatan yang diadakan di sekitar tempat tinggal mereka. Seperti pendapat bapak SK dan peneliti bahwa pengajian Islami yang diadakan di Masjid Al-Ikhas sangat ramai diikuti warga sekitar. Warga sekitar menghormati warga komplek yang telah mengundang mereka untuk mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh William F. Ogburn dan Mayor Nimkoff yang dikutip oleh Kamanto Sunarto mengemukakan berhasilnya suatu integrasi sosial yaitu: anggota masyarakat merasa telah berhasil mengisi satu kebutuhan satu dengan yang lainnya, masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menjadi pedoman hidup, masyarakat telah menjalani nilai dan norma secara konsisten. 51 Pada kegiatan peringatan hari besar Islam warga sekitar banyak sekali yang hadir seperti Hari Raya Idul Fitri, mereka banyak yang melaksanakan sholat Idul Fitri di Masjid Al-Ikhlas, dan sehabis melaksanakan sholat, warga sekitar mendatangi rumah-rumah warga komplek untuk saling maaf-memaafkan, begitupun sebaliknya warga komplek datang kerumah warga sekitar dengan 50 Richard West, pengantar teori komunikasi, Jakarta: Salemba Humanika 2008, Hal. 4 51 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Lembanga Penerbit FE-UI, 2000 Hal. 68. tujuan bersilaturahim untuk meningkatkan solidaritas sesama umat muslim. Pendapat Ibu MA dan peneliti ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Durkheim yang menyatakan bahwa agama merupakan suatu sistem interpretasi diri kolektif. Dengan kata lain agama adalah sistem simbol di mana masyarakat bisa menjadi sadar akan dirinya yang berfikir tentang eksistensi secara kolektif. 52 Pengurus Masjid Al-Ikhlas memiliki peranan penting dalam integrasi kegiatan keagamaan Islami antara kedua warga tersebut, karena dengan terbentuknya pengurus Masjid Al-Ikhlas, warga komplek dan warga sekitar memiliki aktivitas seperti adanya pengajian mingguan dan peringatan hari besar Islam. Pendapat ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh M. Munandar Sulaeman yang menyatakan bahwa dengan adanya agama akan membentuk sebuah sistem budaya yang bertujuan untuk menata dan memantapkan tindakan- tindakan serta tingkah laku manusia. 53 Pengurus masjid berasal dari warga komplek Sekretariat Negara RI saja, namun setiap kegiatan selalu melibatkan warga sekitar. Karena Masjid Al-Ikhlas sudah terbentuk struktur kepengurusan. Tujuan dengan pembentukan struktural tersebut adalah memudahkan warga sekitar untuk melakukan rutinitas kegiatan keagamaan hal ini sesuai dengan tujuan dari fungsi agama menurut Thomas F. Odea bahwa agama sebagai sarana hubungan transcendental melalui kegitan rutinitas yang akan di agendakan oleh pengurus masjid sehingga pemujaan dan upacara ibadat berjalan dengan lancar. 54 Warga komplek yang beragama selain Islam, turut mendukung kegiatan pengajian yang diselenggarakan oleh pengurus Masjid Al-Ikhlas, karena di komplek ini mayoritas beragama Islam tidak membuat mereka menjauh bahkan mereka yang selain agama Islam sangat mendukung dan tidak ada protes kepada 52 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 Hal. 122 53 M. Munandar Sulaeman, Ilmu Budaya Dasar, Bandung: Ilmu Budaya Dasar, 2012 Hal 3 54 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 Hal. 130 pengurus Masjid Al-Ikhlas. Pendapat pengurus masjid dan peneliti ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ali yaitu: “Sikap toleransi dimana dengan adanya toleransi maka akan dapat melestarikan persatuan dan kesatuan bangsa, mendukung dan menyukseskan pembangunan, serta menghilangkan kesenjangan. Hubungan antar umat beragama didasarkan pada prinsip persaudaraan yang baik, bekerjasama untuk menghadapi musuh dan membela golongan yang menderita. ” 55 Warga komplek Sekretariat Negara RI dan warga sekitar memiliki tekad agar integrasi sosial tentang pengajian keagamaan Islami terus berjalan dengan baik, karena dengan adanya kegiatan pengajian tersebut, warga komplek dengan warga sekitar mereka mudah berinteraksi dan saling membantu satu sama lain. Ketika satu sama lain saling membutuhkan contohnya ketika warga komplek kebanjiran, warga sekitar membantu dan warga komplekpun membantu warga sekitar. Seperti adanya pengajian dan santunan anak yatim piatu dan kaum fakir miskin. Pendapat pengurus Masjid, warga komplek, sekitar dan peneliti ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Emile Durkheim yaitu: bentuk solidaritas sosial dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya karena dengan bersolidaritas adanya rasa saling percaya, cita-cita bersama, kesetiakawanan, dan rasa sepenanggungan diantara individu sebagai anggota kelompok karena adanya perasaan emosional dan moral yang dianut bersama. 56 55 Lely Nisvilyah, Journal Kajian Moral dan KewargenegaraanNomor 1 Volume 2 Tahun 2013 Hal 384 56 M. Rahmat Budi Nuryanto, Journal Konsentrasi SosiologiVolume 2, Nomor 3, 2014 Hal 4 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab I peneliti telah menjelaskan tujuan dari penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana integrasi sosial dalam kegiatan keagamaan antara warga komplek Sekretariat Negara RI dan warga sekitar. Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori tentang integrasi sosial yang dikemukakan oleh William F. Ogburn dan Mayor Nimkoff dalam bukunya yang dikutip oleh Kamanto Sunarto dengan judul Pengantar Sosiologi, Teori ini menyebutkan bahwa integrasi sosial akan berjalan dengan baik apabila masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menjadi pedoman hidup. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih jauh bagaimana integrasi sosial dalam kegiatan keagamaan antara warga komplek dan warga sekitar di Masjid Al-Ikhlas komplek Sekretariat Negara RI Pondok Kacang Barat, Tangerang Selatan. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dimana peneliti berusaha untuk menguraikan temuan hasil penelitian dengan menggunakan kata- kata atau kalimat dalam suatu struktur yang logik, serta menjelaskan konsep- konsep dalam hubungan yang satu dengan lainnya. Pendekatan kualitatif dipilih karena dapat mempresentasikan karakteristik penelitian secara baik, dan data yang didapatkan lebih lengkap, lebih mendalam, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Dari data yang telah dianalisa, maka peneliti menyimpulkan bahwa integrasi sosial antara warga komplek Sekretariat Negara RI dengan warga sekitar berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menjadi pedoman hidup. Proses integrasi sosial antara warga komplek dengan warga sekitar serta melibatkan pengurus masjid yang berdampak pada terjalinnya kebersamaan dan keharmonisan. Kemudian, tidak ada perbedaan satu sama lain baik itu dari segi sosial maupun keagamaan. Dengan terjalinnya