kalimat 2, anak kalimat memberi pewatas nomina subjek orang, tetapi tidak digunakan konjungsi yang. Sebagai pengganti, digunakan kata penunjuk itu untuk
menandai ketakrifan nomina subjek. Pada contoh kalimat 3, anak kalimat mewatasi nomina predikat direktur yang ditandai oleh konjungsi yang.
Selanjutnya, pada contoh kalimat 4, anak kalimat mewatasi nomina objek perusahaan. Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang. Pada contoh 5,
anak kalimat mewatasi nomina pelengkap yang ditandai oleh konjungsi yang. Adapun contoh kalimat yang terakhir, anak kalimat memberi pewatas nomina
keterangan rumah.
8. Anak Kalimat Pengganti Nomina
Anak kalimat ini ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi subjek atau objek dalam kalimat transitif.
Contohnya : Anak Kalimat
1 Bahwa pengurus koperasi harus segera dibentuk sudah dibahas dalam rapat
kemarin. Anak Kalimat
2 Adalah hak kita bahwa pemilihan pengurus itu harus dibicarakan dalam
rapat anggota. Anak Kalimat
3 Keinginan pemimpin kita ialah bahwa semua pengurus harus mendahulukan
kepentingan pelayanan. Anak Kalimat
Universitas Sumatera Utara
4 Pengurus lama berjanji bahwa koperasi kita akan memilih pengurus baru.
Anak Kalimat 5
Dia memberitahukan bahwa pemilihan pengurus koperasi diadakan minggu ini.
Pada contoh kalimat 1, anak kalimat menduduki fungsi subjek. Pada contoh kalimat 2, walaupun tidak posisi awal, anak kalimat itu berfungsi sebagai
subjek. Kalimat 2 itu adalah kalimat inversi pola urutan P-S. Urutan itu dapat diubah S-P. Pada contoh kalimat 3, anak kalimat termasuk sebagai pelengkap,
begitu juga contoh kalimat 4 menunjukkan bahwa anak kalimat berfungsi sebagai pelengkap. Adapun contoh kalimat terakhir menempatkan anak kalimat
sebagai objek.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Psikolinguistik dan Teori Genetik Kognitif Chomsky
Kata psikolinguistik adalah gabungan dua kata, yaitu ‘psikologi’ dan ‘linguistik’, yang merupakan dua disiplin yang berlainan dan berdiri sendiri.
Kedua disiplin ilmu ini mengkaji satu masalah yang sama, yaitu bahasa, dengan cara yang berlainan dan dengan tujuan yang berlainan. Dengan demikian banyak
juga hal yang sama yang dikaji oleh kedua disiplin ilmu ini dengan tujuan yang boleh dikatakan sama atau hampir sama tetapi dengan metode atau teori yang
berlainan. Pada dasarnya psikologi mengkaji perilaku berbahasa, sedangkan linguistik mengkaji struktur bahasa yang lahir atau tumbuh. Kedua disiplin ilmu
ini saling berdampingan dan bekerjasama atau saling membantu dalam mengkaji bahasa dan hakekat bahasa itu.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai hasil kerjasama yang lebih terarah dan sistematis lahirlah satu ilmu baru yang sekarang disebut ‘psikolinguistik’. Psikolinguistik adalah ilmu
yang mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam mereka membina pengetahuan berbahasa. Dardjowidjojo, 2005.
Tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang unggul dari segi linguistik dan psikologi yang mampu menerangkan hakekat
bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakekat struktur bahasa dan bagaimana struktur bahasa ini diperoleh
dan digunakan pada waktu bertutur dan memahami ujaran-ujaran bahasa yang terlibat dalam proses-proses kebahasaan ini.
Pada hakekatnya psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi kepada masalah-masalah bahasa, seperti pengajaran
bahasa, pemebelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan lanjutan, kedwibahasaan bilingualism, kemultibahasaan multilingualism, penyakit
bertutur, seperti afasia, gagap dan sebagainya. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa psikolinguistik merupakan satu ilmu yang dilahirkan
sebagai akibat dari satu kesadaran, bahwa pengkajian bahasa merupakan sesuatu yang sangat sulit dan dan rumit sehingga satu disiplin ilmu secara sendiri tidak
mungkin mampu mengkaji dan menerangkan hakekat bahasa itu. Sama halnya dengan Piaget, Chomsky juga tidak pernah memperkenalkan
teori pemerolehan dan pembelajaran bahasa secara khusus. Namun, karena teori linguistik yang diperkenalkannya 1957, 1965, 1968dan juga artikel ulasannya
mengenai buku Skinner “Verbal Behavior”, 1957 dalam Language 1959 telah mengubah secara drastis perkembangan psikolinguistik, maka satu teori
Universitas Sumatera Utara
pemerolehan dan pembelajaran bahasa telah dapat disimpulkan dari teori generatif transformasinya yang kini dikenal dengan nama teori genetik kognitif Chaer,
2003 : 108. Teori ini digolongkan ke dalam kelompok teori kognitif karena teori ini menekankan pada otak akal, mental sebagai landasan dalam proses
pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Chomsky 1969 dengan keras menentang teori pembiasaan operan dalam
pemerolehan bahasa yang dikemukakan Skinner. Menurut Chomsky tidaklah ada gunanya sama sekali untuk menjelaskan proses pemerolehan bahasa tanpa
mengetahui dengan baik apa sebenarnya bahasa sebagai benda yang sedang diperoleh itu. Untuk dapat menerangkan hakikat proses pemerolehan bahasa, di
samping memahami apa sebenarnya bahasa itu, kita tidak boleh menyampingkan pengetahuan mengenai struktur dalam organisme manusia, yakni bagaimana
cara-cara perilaku berbahasa itu diatur. Semua cara ini ditentukan oleh struktur awal yang dibawa sejak lahir yang sangat rumit, dan proses perkembangannya
diatur menurut proses pematangan genetik dan pengalaman-pengalaman yang telah lalu.
Teori genetik kognitif ini didasarkan pada satu hipotesis yang disebut hipotesis nurani the innateness hyphothesist. Hipotesis ini mengatakan bahwa
otak manusia dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa. Untuk itu otak manusia dipersiapkan telah dilengkapi dengan struktur bahasa universal yang
disebut Language Acquisition Device LAD. Dalam proses pemerolehan bahasa LAD ini menerima “ucapan-ucapan” dan data-data lain yang berkaitan melalui
pancaindra sebagai masukan dan membentuk rumus-rumus linguistik berdasarkan masukan itu yang kemudian dinuranikan sebagai keluaran. Menurut Chomsky,
Universitas Sumatera Utara
teori behaviorisme S – R sangat tidak memadai untuk menerangkan proses- proses pemerolehan bahasa sebab masukan data linguistiknya sangat sedikit untuk
dapat membangkitkan rumus-rumus linguistik. Chomsky berpendapat tidak mungkin seorang kanak-kanak mampu menguasai bahasa ibunya dengan begitu
mudah yaitu tanpa diajar dan begitu cepat dengan masukan yang sedikit kalimat- kalimat tidak lengkap, berputus-putus, salah, dan sebagainya tanpa adanya
struktur universal dan LAD itu di dalam otaknya secara genetik. Dalam proses pemerolehan bahasa, tugas kanak-kanak dengan alat yang
dimilikinya yaitu LAD adalah menentukan bahasa masyarakat manakah masukan kalimat-kalimat yang didengarnya itu akan dimasukkan. Struktur awal
atau skema nurani yang dimilikinya semakin diperkaya setelah “bertemu” dengan masukan dari bahasa masyarakatnya bahasa ibunya, dan kanak-kanak akan
membentuk teori tata bahasanya berdasarkan itu. Tata bahasa itu terus-menerus disempurnakan berdasarkan masukan yang semakin banyak, dan sesuai dengan
proses pematangan otaknya. Sesudah mencapai umur tiga atau empat tahun, tata bahasa ini sudah hampir sama baiknya dengan tata bahasa yang dimiliki orang
dewasa. Keadaan ini merupakan hal yang luar biasa mengingat betapa nuraninya bahasa yang sedang diperolehnya.
Untuk lebih memperkuat teorinya atau hipotesisnya Chomsky mengajukan hal-hal berikut :
1. Proses-proses pemerolehan bahasa pada semua kanak-kanak boleh
dikatakan sama.
Universitas Sumatera Utara
2. Proses pemerolehan bahasa tidak ada kaitannya dengan kecerdasan.
Maksudnya, anak yana IQ-nya rendah juga memperoleh bahasa pada waktu dan cara yang hampir sama.
3. Proses pemerolehan bahasa juga tidak dipengaruhi oleh motivasi dan
emosi kanak-kanak. 4.
Tata bahasa yang dihasilkan oleh semua kanak-kanak boleh dikatakan sama.
Semua ini tidak mungkin terjadi apabila kanak-kanak itu tidak dilengkapi dengan LAD dan skema nurani seperti yang disebutkan di atas.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berbahasa Indonesia Anak
Kemampuan berbahasa Indonesia anak sangat mempengaruhi bahasa pertamanya. Anak dalam memperoleh bahasa pertama bervariasi, ada yang
lambat, sedang, bahkan ada yang cepat. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan oleh Chomsky, Piaget, Lenneberg dan
Slobin berikut ini:
1. Faktor Alamiah