Uji sitotoksik menggunakan metode MTT Flow cytometry

konsentrasi efektif doksorubisin dalam sel kanker. Mekanisme pemompaan oleh Pgp sangat bergantung pada aktivasi protein tersebut dan penekanan ekspresi Pgp Zhou, et al., 2006. Oleh karena itu, inaktivasi Pgp dan penekanan ekspresinya mampu mengatasi permasalahan resistensi sel kanker terhadap doksorubisin Mechetner, et al., 1998; Zhou, et al., 2006.

2.2.7 Uji sitotoksik menggunakan metode MTT

Uji sitotoksisitas dilakukan secara in vitro, yaitu untuk menentukan potensi sitotoksik suatu senyawa seperti obat antikanker. Toksisitas merupakan kejadian kompleks secara in vivo yang menimbulkan kerusakan sel akibat penggunaan obat antikanker yang bersifat sitotoksik. Respon sel terhadap agen- agen sitotoksik dipengaruhi oleh kerapatan sel Kupcsik, 2011. Metode MTT [3-4,5-dimetiltiazol-2-il-2,5-difenil tetrazolium bromida] adalah salah satu uji sitotoksisitas yang bersifat kuantitatif. Uji ini berdasarkan pengukuran intensitas warna kolorimetri yang terjadi sebagai hasil metabolisme suatu substrat oleh sel hidup menjadi produk berwarna Kupcsik, 2011. Gambar 2.7 Reduksi MTT menjadi formazan Kupcsik, 2011. Pada uji ini digunakan garam MTT. Garam ini akan terlibat pada kerja enzim dehidrogenase. MTT akan direduksi menjadi formazan oleh sistem Universitas Sumatera Utara reduktase suksinat tetrazolium, yang termasuk dalam mitokondria dari sel hidup Kupcsik, 2011. Formazan merupakan zat berwarna ungu yang tidak larut dalam air sehingga dilarutkan menggunakan HCl 0,04 N dalam isopropanol atau 10 SDS dalam HCl 0,01 N. Intensitas warna ungu terbentuk dapat ditetapkan dengan spektrofotometri dan berkorelasi langsung dengan jumlah sel yang aktif melakukan metabolisme, sehingga berkorelasi dengan viabilitas sel Kupcsik, 2011. Persentase viabilitas dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut. ���������� = ���������� ������ ���������� ������� � 100

2.2.8 Flow cytometry

Flow cytometry merupakan suatu teknologi mutakhir yang dapat diaplikasikan dalam bidang biologi sel maupun medisinal klinis. Prinsip utama dalam metode flow cytometry adalah memisahkan sel atau partikel tunggal yang terdapat dalam suatu suspensi melewat suatu celah sempit dengan waktu singkat yang ditembus seberkas sinar. Sinyal optik yang terbentuk umumnya pada daerah visible yang menunjukkan jenis senyawa kimia atau biologi tertentu. Pada umumnya sistem deteksi flow cytometry menggunakan molekul fluorescence yang menempel pada partikel yang akan diteliti. Jika partikel tersebut sel, maka bentuk penempelannya dapat di membran, sitoplasma atau inti sel. Biasanya menggunakan antibodi monoklonal atau poliklonal, sehingga dapat dimonitor lokasi dan jumlahnya melalui ikatannya dengan reseptor sel. Keuntungan metode ini adalah dapat mengukur partikel dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat, diperkirakan sekitar 100.000 partikel perdetik dengan 10 sampai dengan 20 Universitas Sumatera Utara parameter dapat dianalisis dan dengan teknologi komputer saat ini dapat dikerjakan analisis multiparametrik dengan mudah dan cepat Robinson, 2004. Sel yang melewati berkas sinar akan menyebabkan sinar berpencar scatterd kedua arah yaitu forward scatterd FS yang parallel dengan arah sinar dan side scatterd SS yang arahnya tegak terhadap arah sinar. Besarnya FS sebanding dengan ukuran sel dan dapat membedakan antara pecahan sel dengan sel hidup, sedangkan SS menunjukkan morfologi sel dan emisi sinar fluorescence yang dipancarkan fluorokrom yang digunakan untuk mewarnai sel. FS dan SS masing-masing partikel memiliki keunikan sendiri, sehingga kombinasi keduanya dapat membedakan setiap partikel. Nilai FS dan SS dikonversikan dalam bentuk digital dan histogram sehingga dapat dianalisis Rahman, 2006. Aplikasi utama dalam flow cytometry yang digunakan untuk memisahkan sel sesuai dengan sub tipe atau ekspresi epitop yang diinginkan adalah cell sorting atau analisis Fluororesence Activated Cell Sorter FACS Rahman, 2006. Ketika sampel dimasukkan dan mengalami aliran hidrodinamik, masing- masing partikel akan tersinari. Ketika nilai dari sinyal scattered dan fluorescence sesuai dengan nilai yang sudah disiapkan, maka akan terjadi proses charging pemberian muatan pada saat keluar dari nozzle sistem fluidic. Partikel bermuatan tersebut dipisahkan sesuai dengan yang diinginkan Rahman, 2006. Aplikasi penggunaan flow cytometry saat ini sangat luas, diantaranya adalah di bidang sains klinis. Aplikasi ini merupakan yang paling banyak digunakan, dengan dasar konjugat flourokrom-antibodi berikatan dengan reseptor sel. Hampir semua jenis sel manusia dapat dianalisa dengan menggunakan flow cytometry , dimana masing-masing sel memiliki reseptor seluler spesifik yang Universitas Sumatera Utara disebut cluster of differentiation CD sehingga sistem kompleks antara antigen dengan reseptornya dapat diidentifikasi. Saat ini sudah diketahui ada 166 klasifikasi dari antigen CD Robinson, 2004.

2.3 Ekstraksi