Hasil Karakterisasi Isolat KL I dengan Spektrofotometri Sinar Ultra Violet Hasil Karakterisasi Isolat KL I dengan Spektrofotometri Infra Merah

Hasil KLT isolat KL I di atas, dilanjutkan dengan KLT dua arah dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak I n-heksana:etilasetat 80:20 dengan Rf 0,46 sedangkan fase gerak II adalah toluena:etilasetat 90:10 dengan Rf 0,53 dengan penyemprot Liebermann-Burchard dalam metanol. Dari perlakuan ini dihasilkan satu noda berwarna merah ungu 22,9 mg, kromatogram KLT dua arah ditunjukkan pada Gambar 4.8.

4.13 Hasil Karakterisasi Isolat KL I dengan Spektrofotometri Sinar Ultra Violet

Hasil analisis spektrofotometri ultraviolet terhadap isolat murni KL I menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang λ max 205,8 nm menunjukkan gugus kromofor yang memiliki ikatan rangkap non konyugasi. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa senyawa isolat KL I diduga golongan steroid yang mengandung ikatan rangkap Supratman, 2010. Spektrum ultraviolet isolat KL I pada Gambar 4.9. Gambar 4.8 Kromatogram KLT dua arah isolat KL I Noda KLT setelah dielusi dua arah Universitas Sumatera Utara

4.14 Hasil Karakterisasi Isolat KL I dengan Spektrofotometri Infra Merah

Pengukuran dengan spektrofotometri infra merah dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi dari suatu senyawa. Dengan menyinari sebuah molekul dengan sinar infra merah yang berbeda-beda frekuensi atau bilangan gelombangnya maka gugus-gugus fungsi dari tingkatan energi yang sesuai akan bergetar Supratman, 2010. Gugus fungsi tersebut akan menyerap sinar infra merah dengan bilangan gelombang yang akan direkam dalam puncak sebuah spektrum seperti pada Gambar 4.10. Tabel 4.3 Interpretasi spektrum IR Isolat terhadap serapan dan bilangan gelombang Gambar 4.9 Spektrum ultraviolet isolat KL I Gambar 4.10 Spektrum infra merah isolat KL I Universitas Sumatera Utara Bilangan gelombang cm -1 Bentuk pita Intensitas Interpretasi 3387 Melebar Sedang Gugus OH 2939,52 Tajam Kuat CH 3 1589,34 Tajam Sedang C=C non konjugasi 1450,47 Tajam Sedang C-H pada CH 2 1373,32 Tajam Sedang C-H pada CH 3 1049,28 Tajam Sedang C-O Hasil analisis spektrum infra merah dari isolat murni KL I menunjukkan adanya serapan melebar pada bilangan gelombang 3387,00 cm -1 yang diduga adalah serapan uluran stretching dari gugus OH 3200-3500 cm -1 dan dugaan ini diperkuat oleh adanya serapan pada daerah bilangan gelombang 1049,28 cm -1 yang menunjukkan adanya uluran C-O 990-1060 cm -1 , adanya pita pada daerah bilangan gelombang ini memberikan gambaran bahwa senyawa isolat merupakan senyawa siklik yang mengandung gugus OH. Adanya pita yang tajam dan kuat pada bilangan gelombang 2939,52 cm -1 adalah merupakan uluran C-H dari CH 3 dan pita serapan dengan bilangan gelombang 1373,32 cm -1 yang menunjukkan adanya tekukan C-H dari CH 3 rocking, 1350-1370 cm -1 dan pita serapan pada bilangan gelombang 1450,47 cm -1 menunjukkan adanya tekukan C-H dari CH 2 scissoring, 1450-1470 cm -1 . Pita serapan pada bilangan gelombang 1589,34 cm -1 yang tajam menunjukkan adanya uluran C=C non konjugasi 1500-1900 cm -1 Berdasarkan interpretasi data di atas dapat disimpulkan bahwa isolat KL I Silverstein, et al., 2005 dan Supratman, 2010. mengandung inti siklik, gugus hidroksi, alkil CH 3 dan CH 2 Tabel 4.4 Korelasi Frekuensi C-O dengan Stereokimia dan ena non konjugasi. Adanya ikatan C- OH yang mempunyai kedudukan beta β, ekuatorial dijelaskan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Struktur Konformasi Uluran C-O, cm -1 Steroid Alkohol Steroid Metoksi Steroid Asetat AB trans, 3 β Ekuatorial 1037-1040 1100-1102 1025-1031 AB trans, 3 α Aksial 996-1002 1086 1013-1022 Δ 5 Ekuatorial C=C, 3 β 1050-1052 1104 1030 Δ 5 Aksial C=C, 3 α 1034 AB trans, 2 α Ekuatorial 1030-1035 AB trans, 2 β Aksial 1010 AB trans, 4 α Ekuatorial 1040 AB trans, 4 β Aksial 1000 Cole, 1963. Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dikatakan bahwa gugus OH pada kolesterol adalah berkedudukan β-ekuatorial, hal ini didukung oleh adanya puncak pada serapan 1049,28 serapan ini lebih besar dari 1037-1040. Adanya substitusi gugus pada atom C-3, sehingga berada pada posisi ekuatorial, agar posisinya jauh dari ring cincin, sedangkan jika berada dalam kedudukan aksial akan mengalami tolak menolak dengan atom H aksial, yang disebut dengan antaraksi 1,3-diaksial Ahmad, 1987.

4.15 Spektrum NMR Karbon-13