Sektor Pertanian SISI PENAWARAN

Grafik I.21. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan

1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2009 mengalami perkembangan yang positif dan diperkirakan tumbuh 5,73 yoy. Perbaikan kinerja tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan subsektor tanaman pangan. Produksi sektor pertanian pada triwulan ini lebih baik dibandingkan produksi pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan sektor pertanian pada triwulan IV-2009 sejalan dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan petani. Hal ini antara lain tercermin dari peningkatan nilai tukar petani NTP yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Sumut terhadap perkembangan harga-harga di kabupatenkota di Provinsi Sumut, NTP pada bulan November 2009 sebesar 101,80, meningkat 1,10 poin dibandingkan angka NTP pada bulan Oktober 2009 yang sebesar 100,70. Grafik I.22. Nilai Tukar Petani Sumut Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan penyaluran kredit perbankan ke sektor ini yang meningkat 15,10 qtq atau 28,33 yoy. Nilai kredit ke sektor pertanian mencapai Rp11,28 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp9,80 triliun. 13 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 Grafik I.23. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian a. Produksi Padi Menurut data Dinas Pertanian, pada angka ramalan Aram III-2009 produksi padi Sumut masih mencapai 3,48 juta ton atau bertambah dibandingkan dengan angka tetap Atap 2008 sebanyak 3,34 juta ton. Produktivitas selama 2009 mencapai 45,46 kwintalha di seluruh lahan padi Sumut di 27 kabupatenkota, sedangkan di 3 kabupaten sebagai daerah kontribusi terbesar dengan produktivitas tertinggi yakni 46,98-49,02 kuintalha, yakni Simalungun, Langkat, dan Deli Serdang. Adapun proyeksi 2010 produksi diharapkan mencapai 3,68 juta ton. Target produksi padi Sumut sebesar 3,68 juta ton pada tahun 2010 yaitu guna mewujudkan posisi sebagai salah satu lumbung padi nasional. Peningkatan produksi padi itu juga dibarengi dengan penambahan luas panen dan produktivitas tanaman padi per hektar. Optimisme akan swasembada beras di tahun depan dikarenakan pertanaman padi yang berhasil dengan baik karena tidak terjadinya musim kemarau hampir sepanjang tahun. Peningkatan juga didukung oleh mulai berkurangnya keluhan kelangkaan pupuk urea bersubsidi di daerah sentra padi. Sebagai sentra produksi padi di Sumut pada 2010 Kabupaten Simalungun ditargetkan memproduksi padi 450.558 ton, disusul Langkat sebanyak 388,282 ton, dan Deli Serdang 377,579 ton. Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi di Sumut itu antara lain dipicu penggunaan bibit unggul dan tetap tingginya minat bertanam padi. Produksi padi diperkirakan akan terus meningkat dilihat dari rencana pemerintah yang akan kembali menaikkan patokan harga pembelian pemerintah HPP beras dan gabah. Pada 2009, HPP di Sumut naik dibandingkan 2008 atau masing-masing sebesar Rp4.600kg untuk beras, sedangkan gabah kering panen GKP Rp2.400kg dan GKG gabah kering giling Rp3.000kg. Untuk memenuhi stok beras di Sumut tahun 2010, Bulog mendatangkan beras dari Yogyakrata, Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan total sebanyak 115.500 ton. BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 14 15 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1 Sementara itu, jika tanaman padi hibrida berhasil ditingkatkan di tahun 2010 seluas 21.820 ha, maka Sumut akan mendapatkan Bantuan Langsung Pupuk BLP untuk tiga jenis pupuk yakni NPK, Organik Granul dan pupuk organik cair. Bantuan dari Departemen Pertanian ini diperkirakan disalurkan bersamaan dengan Bantuan Langsung Benih Unggul BLBU 2010. Penggunaan padi hibrida dapat meningkatkan produktivitas tanaman hingga produksi diharapkan semakin tinggi. Berdasarkan data, Sumut akan mendapatkan BLP jenis NPK sebesar 5.455.000 kg, organik granul sebanyak 16.365.000 kg dan jenis pupuk Organik Cair sebesar 109.100 liter. Sedangkan penyaluran akan dilakukan oleh PT. Sang Hyang Seri SHS dan PT. Pertani. Untuk daerah yang mendapatkan BLP tersebut yakni di 19 kabupatenkota diantaranya terbesar yakni Kabupaten Langkat, Deliserdang, Serdang Bedagai, Simalungun dan Batubara. BLP akan diterima langsung oleh petani sesuai dengan Calon Penerima Calon Lahan CPCL di kabupatenkota masing-masing. Penerima alokasi BLP tersebut sesuai dengan jumlah kelompok tani di tiap kebupatenkota dan Sumut merupakan daerah terbesar di luar pulau Jawa dalam hal penerimaan alokasi BLP mengingat Sumut merupakan daerah sentral agribisnis. b. Produksi Jagung Selama tahun 2009, dengan produksi jagung sebesar 1.190.822 ton, Sumut berada di peringkat kelima penghasil jagung nasional dan pada 2010, Sumut berupaya mempertahankan posisinya dalam daerah sepuluh besar dengan produksi 1.267.218 ton. Kenaikan produksi jagung tahun 2010 sebanyak 96.396 ton itu bukan hanya karena ada penambahan luas areal tanaman, tetapi juga dari produktivitas yang meningkat dibandingkan tahun 2009. Tahun 2009, produktivitas tanaman jagung Sumut rata-rata mencapai 46 kwintalha. Untuk Tanah Karo dan Simalungun produktivitasnya diperkirakan sudah mencapai 50 kwintalha. Di Sumut, daerah penghasil jagung terbesar yakni Simalungun, Tanah Karo dan Deli Serdang. Tantangan dalam pengembangan produksi jagung seperti serangan penyakit hawar daun, tetapi semakin bisa diatasi dengan adanya benih yang tahan dengan serangan penyakit itu. Dengan semakin banyaknya produksi jagung, diharapkan ketergantungan pabrikan pakan Sumut dengan jagung impor kian berkurang dan bahkan Sumut diharapkan bisa surplus. BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 16 c. Produksi Kedelai Dinas Pertanian Sumut tahun 2010 menargetkan bisa menaikkan produksi kedelai hingga 91,80 dari angka ramalan aram II-2009 atau mencapai 31.638 ton. Target peningkatan produksi yang cukup tinggi itu untuk mendukung program pemerintah yang menargetkan swasembada kedelai di tahun 2014. Pada 2014 pemerintah berharap tidak lagi mengimpor kedelai yang kini sekitar 1,1 juta ton per tahun, meski pada tahun 1992 pernah mencapai swasembada dengan produksi sekitar 1,8 juta ton. Dibandingkan dengan jenis tanaman pangan lainnya, rencana peningkatan produksi kedelai adalah yang paling tinggi. Untuk tanaman padi misalnya, target kenaikan produksinya di 2010 hanya 6,11 dibandingkan produksi di aram II-2009 dan jagung sekitar 8,09. Peningkatan produksi yang besar pada kedelai juga mengacu pada masih sangat minimnya produksi kedelai di Sumut 16.495 ton, padahal potensinya masih cukup besar. Produksi kedelai Sumut sendiri ditargetkan bisa mencapai sekitar 18 ribu tahun 2010. Dinas Pertanian optimistis bisa mencapai target produksi 2010 itu, karena beberapa perusahaan perkebunan khususnya PT.PN tertarik berbisnis kedelai. Kenaikan produksi semakin bisa diyakini tercapai karena produktivitas tanaman di Sumut juga terus naik atau sudah di kisaran 12,34 kwintalha. Penggunaan bibit unggul juga terus meningkat dan pemerintah sendiri juga memberikan bantuan benih unggul. 2. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri tumbuh lebih cepat pada triwulan ini dan memberikan sumbangan yang relatif stabil terhadap perekonomian Sumut. Pada triwulan IV-2009, sektor ini diperkirakan tumbuh 4,41 yoy lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,70 yoy. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi relatif meningkatnya pertumbuhan di sektor industri antara lain adalah kenaikan permintaan domestik yang meningkatkan penggunakan kapasitas yang sudah ada dan di sisi lain aktivitas pasar ekspor mulai bergairah kembali. Dengan kata lain, insentif pasar mulai meningkat. Sebagaimana pola periode sebelumnya, kinerja sektor industri pengolahan masih didorong oleh pertumbuhan sektor non migas, sedangkan kinerja sektor migas masih menunjukkan tren yang menurun. Sementara itu, kinerja produk utama industri Sumut seperti plastik, karet dan makanan, minuman dan tembakau diperkirakan mengalami penurunan. Terlihat dari nilai ekspor yang menurun hingga bulan November 2009. Grafik I.24. Nilai dan Volume Ekspor Grafik I.25. Nilai dan Volume Ekspor Plastik, Karet dan Produk Turunannya Makanan, Minuman dan Tembakau Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri pengolahan mengalami penurunan pertumbuhan 3,65 yoy, namun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 6,03 qtq. Nilai kredit ke sektor industri pengolahan mencapai Rp17,93 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp16,91 triliun. Grafik I.26. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran