5.5. Penyediaan Uang Yang Layak Edar
Memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal baik dari jumlah maupun kualitas yang layak edar merupakan salah satu tujuan dari kebijakan Bank Indonesia terkait dengan
transaksi pembayaran secara tunai. Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia senantiasa memantau dan menghitung jumlah uang yang berada di masyarakat dan
perbankan. Selain itu, Bank Indonesia secara periodik dan berkesinambungan melakukan penyortiran dan peracikan uang kartal yang tidak memenuhi persyaratan uang yang layak
edar. Uang yang termasuk dalam kategori tidak layak edar lusuhrusak dan uang dengan emisi yang telah ditarik dari peredaran, kemudian dicatat sebagai Pemberian Tanda Tidak
Berharga PTTB, yang selanjutnya dilakukan pemusnahan.
Grafik 5.4. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00
1,000 2,000
3,000 4,000
5,000 6,000
7,000 8,000
milyar Rp.
Inflow PTTB
I ‐6
II ‐6 III‐6 IV‐6 I‐7
II ‐7 III‐7 IV‐7 I‐8
II ‐8 III‐8 IV‐8 I‐9
II ‐9 III‐9 IV‐9
Pada triwulan IV-2009 jumlah uang kartal yang telah dicatat sebagai PTTB tercatat sebesar Rp1.476 miliar atau sebesar 31,18 dari jumlah Inflow triwulan IV-2009. Dibandingkan
dengan periode triwulan sebelumnya, jumlah uang kartal yang dicatat sebagai PTTB mengalami peningkatan yang cukup besar, dimana pada triwulan III-2009 tercatat sebesar
Rp339 miliar. Meningkatnya ratio PTTB pada periode laporan merupakan upaya Bank Indonesia untuk menjaga ketersediaan uang kartal yang layak edar dalam sistem
pembayaran tunai di wilayah Sumatera Utara. Hal ini dilakukan dengan memusnah uang yang telah dikatagorikan sebagai uang tidak layak edar dan mengedarkan uang rupiah
yang layak edar.
5.6. Transaksi Jual Beli UKA dan TC Pada PVA Non Bank
Perkembangan transaksi PVA bukan bank di wilayah Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III-2009 menunjukan pertumbuhan baik jumlah transaksi jual maupun transaksi
beli. Jumlah transaksi beli UKA dan TC tercatat sebesar USD14,50 juta atau meningkat 2,11 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
66
Perkembangan Sistem Pembayaran | Bab 5
Bab 5 | Perkembangan Sistem Pembayaran
67
USD14,20 juta. Sementara itu nilai transaksi jual UKA dan TC tercatat sebesar USD14,46 juta atau meningkat 2,55 dari USD14,10 juta pada periode yang sama tahun
sebelumnya. Dibandingkan triwulan sebelumnya, nilai transaksi beli UKA dan TC tumbuh sebesar 11,88 dimana pada triwulan II 2009 tercatat sebesar USD12,96 juta. Sedangkan
nilai transaksi jual UKA dan TC tumbuh sebesar 11,32 yang pada triwulan II 2009 tercatat sebesar USD12,99juta.
Jumlah pedagang valuta asing PVA bukan bank sampai dengan periode triwulan III-2009 tercatat sebanyak 43 PVA atau sama dengan periode sebelumnya atau tidak ada
penambahan PVA baru yang operasional.
Tabel 5.5. Perkembangan Transaksi Jual Beli UKA dan TC Ribu USD
∆ ∆
III IV
Total I
II III Q to Q YoY
1
Pembelian 38.70 46.50 14.20 17.60 56.80 10.60 12.96 14.50 11.88
2.11
2
Penjualan 38.50 46.40 14.10 11.10 50.20 10.70 12.99 14.46 11.32
2.55
3
Jumlah KP
43 41 43 43 43 43 43 43
2009 2008
No Uraian
2006 2007
Berbeda dari beberapa triwulan sebelumnya dimana pola transaksi jual selalu seiring dengan transaksi beli, pada triwulan IV-2008 terlihat bahwa nilai transaksi beli mengalami
peningkatan yang cukup signifikan sedangkan transaksi jual mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap beberapa mata uang
asing antara lain US Dollar, Singapura Dollar, Malaysia Ringgit. Faktor lainnya adalah masuknya wisatawan mancanegara wisman khususnya yang berasal dari negara-negara
ASEAN melalui 3 pintu masuk antara lain Bandar Udara Polonia, Pelabuhan Laut Belawan dan Pelabuhan Laut Tanjung Balai Asahan, Remitansi Tenaga Kerja Indonesia TKI,
Penggunaan UKA untuk keperluan medis berobat dengan negara tujuan utama adalah Malaysia dan Singapura, pendidikan, menunaikan ibadah haji, wisata rohani ke luar negeri
dan perdagangan. Jenis valuta asing yang paling dominan dalam transaksi jual beli valuta asing di wilayah
provinsi Sumatera Utara adalah mata uang Malaysia Ringgit MYR dan Singapura Dollar SGD, hal ini seiring dengan banyak transaksi masyarakat yang melakukan aktivitas
ekonomi dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura.
mKRISIS INDUSTRI PERKAYUAN DI SUMATERA UTARABOKS 5
Bantuan Benih Padi Gratis Sebanyak 7.737 ton di Sumut
Dalam beberapa periode terakhir, aliran uang di Sumut masih menunjukkan adanya kecenderungan mengalami net cash inflow. Pada tahun triwulan IV-2009 terjadi net cash
inflow walaupun dalam tingkat yang lebih kecil dibandingkan triwulan III-2009. Net cash inflow triwulan IV-2009 tercatat sebesar Rp526,73 miliar.
Juta Rp dan
Sumber: Bank Indonesia Bila ditelaah lebih lanjut, hampir di setiap waktu
arah pergerakan pertumbuhan ekonomi yoy Sumut selalu berbanding terbalik dengan arah pergerakan net cash
inflow yang tercatat, walaupun dengan derajat perubahan yang berbeda-beda. Bahkan pada periode pertengahan tahun 2008 hingga awal tahun 2009 dimana
pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sebagai dampak krisis ekonomi global, justru terjadi kenaikan net cash inflow dalam jumlah yang signifikan.
Net Cash Inflow Sumut
BOKS 3
68
Net Cash Inflow Sumut | Boks 3
Sumber: Bank Indonesia Hal ini mengkonfirmasi kondisi transaksi oleh pelaku usaha di Sumut masih didominasi
dengan penggunaan uang kartal. Ketika terjadi penurunan kegiatan perekonomian sebagai imbas perlambatan pertumbuhan ekonomi, pelaku usaha cenderung menyimpan
kembali uang kartalnya di bank. Akumulasi dari aktivitas ini mengakibatkan lonjakan net cash inflow dari perbankan di Sumut ke Bank Indonesia.
Diperlukan upaya untuk menghimbau masyarakat, khususnya pelaku usaha untuk lebih mengoptimalkan jasa transaksi perbankan lainnya sehingga secara bertahap dapat tercipta
less cash society.
69
Boks 3 | Net Cash Inflow Sumut
BAB VI
Perkembangan
Ketenagakerjaan Daerah
Dan Kesejahteraan
BAB 6 | Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
70
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN