c. Kelompok Sandang
Inflasi kelompok sandang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 0,95 menjadi 2,69. Kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 0,41 terhadap inflasi
Sumut. Seperti triwulan sebelumnya, kenaikan harga emas perhiasan kembali menjadi penyumbang utama inflasi kelompok sandang. Harga emas perhiasan meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni sebesar 5,22.
Grafik 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut
5,61 6,24
‐1,38 0,57
3,64 7,22
‐3,20 0,95
2,69
‐4 ‐2
2 4
6 8
Des Mar
Jun Sep
Des Mar
Jun Sep
Des 2007
2008 2009
Sumber : BPS, diolah
d. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan IV-2009 mencapai 2,37, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,65.
Grafik 2.10. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok Tembakau di Sumut
1,82 1,15
4,92
2,19 2,46
1,89 1,81 2,65
2,37 1
2 3
4 5
6
Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des 2007
2008 2009
Sumber : BPS, diolah
Subkelompok makanan jadi adalah penyumbang terbesar inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Meskipun inflasi subkelompok ini lebih rendah
35
Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2
dibandingkan inflasi subkelompok tembakau dan minuman beralkohol, sumbangan subkelompok makanan jadi lebih besar. Kenaikan harga makanan jadi, khususnya kue kering
berminyak gorengan, donat, dan mie disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakunya, seperti tepung terigu dan minyak goreng.
e. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dan merupakan inflasi tertinggi dari seluruh kelompok penyumbang
inflasi Sumut, yang semula 0,64 menjadi 2,91. Kelompok ini menyumbang inflasi sebesar 0,11 terhadap inflasi Sumut. Subkelompok perumahan merupakan penyumbang utama
kenaikan inflasi kelompok ini menyusul mulai meningkatnya harga jual rumah di Sumut.
Grafik 2.11. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas Bahan Bakar di Sumut
1,35 1,16
2,74 3,12
1,16 0,56
0,06 0,64
2,91
1 1
2 2
3 3
4
Des Mar
Jun Sep
Des Mar
Jun Sep
Des 2007
2008 2009
Sumber : BPS, diolah
Bisnis properti khususnya perumahan di Sumut sejak akhir tahun 2009 dan memasuki tahun 2010 diperkirakan tumbuh semakin baik, menyusul membaiknya daya beli dan tren
menurunnya suku bunga kredit pemilikan rumah KPR dari 13 sepanjang tahun 2009 menjadi sebesar 7,5. Asumsi membaiknya daya beli karena dampak krisis global sudah
mulai bisa teratasi, sehingga selain bisa membeli untuk kebutuhan sendiri juga dijadikan investasi.
Dengan membaiknya bisnis properti, maka harga jual juga diperkirakan akan naik. Rata-rata harga jual rumah pada triwulan IV-2009 untuk rumah tipe kecil mencapai Rp69,65 juta, naik
3,86 dibandingkan triwulan III-2009 sebesar Rp67,06 juta, rumah tipe sedang mencapai Rp206,47 juta, naik 7,46 dari Rp192,14 juta. Sementara itu, untuk rumah tipe besar pada
triwulan laporan mengalami penurunan 13,57 dari Rp461,63 juta menjadi Rp398,99 juta. Meskipun mengalami kenaikan, diperkirakan permintaan tetap tinggi menyusul kemampuan
ekonomi yang semakin membaik dan kebutuhan yang masih tetap ada.
BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah
36
Tabel 2.3. Rata-Rata Harga Jual Rumah di Sumut dalam Rp
f. Kelompok Kesehatan