Ketetapan MPRS No. XMPRS1966, tentang kedudukan lembaga-lembaga negara Ketetapan MPRS No. XIMPRS1966, tentang pemilihan umum. Ketetapan MPRS No. XIIMPRS1966, tentang penegasan kembali landasan kebijakan Ketetapan MPRS No. XVIIMPRS1966, tentang Pemimpin Be

IPS Terpadu SMP dan MTS Kelas IX 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 liar di sekitar istana dan bahwa ABRI khususnya TNI-AD tetap setia dan taat kepada Presiden Soekarno. MenteriPangad Letjen Soeharto mengizinkan ketiga perwira tinggi tersebut pergi ke Istana Bogor, disertai pesan untuk disampaikan kepada Presiden Soekarno, bahwa Letjen Soeharto sanggup mengatasi keadaan apabila diberi kepercayaan. Di Bogor perwira tinggi itu menghadap presiden yang didampingi Dr. Soebandrio, Dr. Chairul Saleh, dan Dr. Leimena yang sementara itu telah menyusul ke Bogor serta ajudan presiden Brigadir Jenderal M. Sabur. Setelah mengadakan pembicaraan dan pembahasan yang cukup mendalam akhirnya Presiden Soekarno memutuskan untuk memberikan surat perintah kepada Letjen Soeharto. Ditugaskanlah kepada yang hadir yaitu tiga waperdam dan tiga perwira tinggi serta M. Sabur untuk merumuskan surat perintah tersebut. Pukul 19.00 surat perintah tersebut sudah siap disusun dan ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Surat perintah tersebut dibawa langsung ketiga perwira tinggi dan disampaikan pada malam hari itu juga kepada Letjen Soeharto di Jakarta. Mandat itu kemudian dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret Surat Perintah Sebelas Maret Surat Perintah Sebelas Maret Surat Perintah Sebelas Maret Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar Supersemar Supersemar Supersemar Supersemar. Istilah tersebut juga digunakan oleh Presiden Sukarno di berbagai kesempatan, termasuk di dalam dokumen pelengkap pidato Nawaksara yang diserahkan kepada MPRS. Menurut Presiden Sukarno dalam pidato pada tanggal 17 Agustus 1966, mandat yang berupa surat perintah itu bukan merupakan pengalihan kekuasaan pemerintahan. Berdasarkan surat perintah itu, Letjen Suharto atas nama PresidenPangti ABRI Mandataris MPRSPBR menandatangani Keppres No. 131966 tertanggal 12 Maret 1966 yang menyatakan pembubaran PKI. Langkah selanjutnya yang diambil oleh pengemban Supersemar adalah pada tanggal 18 Maret 1966 mengamankan menteri-menteri yang tergabung dalam kabinet Dwikora. Gambar 13.2 Gambar 13.2 Gambar 13.2 Gambar 13.2 Gambar 13.2 Dari kiri ke kanan: Basuki Rachmat, dan M. YusufAmir Machmud Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka Ketetapan-Ketetapan MPRS Ketetapan-Ketetapan MPRS Ketetapan-Ketetapan MPRS Ketetapan-Ketetapan MPRS Ketetapan-Ketetapan MPRS Selanjutnya dalam rangka menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, maka pada tanggal 20 Juni – 5 Juli 1966 dilaksanakan Sidang Umum IV MPRS. Sidang ini menghasilkan ketetapan-ketetapan penting berikut. 1. Ketetapan MPRS No. IXMPRS1966, tentang pengesahan dan pengukuhan Supersemar.

2. Ketetapan MPRS No. XMPRS1966, tentang kedudukan lembaga-lembaga negara

tingkat pusat dan daerah.

3. Ketetapan MPRS No. XIMPRS1966, tentang pemilihan umum.

4. Ketetapan MPRS No. XIIMPRS1966, tentang penegasan kembali landasan kebijakan

politik luar negeri.

5. Ketetapan MPRS No. XIIIMPRS1966, tentang pembentukan Kabinet Ampera.

Di unduh dari : Bukupaket.com

Bab 13 Pemerintahan Orde Baru dan Terjadinya Reformasi

2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3

6. Ketetapan MPRS No. XVIIMPRS1966, tentang Pemimpin Besar Revolusi.

7. Ketetapan MPRS No. XXMPRS1966, tentang sumber tertib hukum Republik Indone-

sia dan tata urutan petraturan perundang-undangan Republik Indonesia.

8. Ketetapan MPRS No. XXVMPRS1966, tentang pembubaran PKI dan pernyataan

bahwa PKI sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

9. Ketetapan MPRS No. XXIXMPRS1966, tentang pahlawan Ampera

10. Ketetapan MPRS No. XXXMPRS1966, tentang pencabutan bintang mahaputra kelas III dari D.N. Aidit.

Perubahan politik penting mulai terjadi sejak Letnan Jenderal Suharto diberi tugas untuk membentuk Kabinet Ampera. Hal ini merupakan awal terjadinya dualisme kepemimpinan nasional. Pada awal pembentukan kabinet Presiden Sukarno masih tetap memegang kekuasaan pemerintahan dan kepala negara, namun mulai tanggal 11 Oktober 1966, Presiden Sukarno hanya sebagai kepala negara dan Letjen Suharto sebagai kepala pemerintahan. Sejak dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret 1966, tatanan perikehidupan rakyat, bangsa dan negara dilaksanakan atas dasar kemurnian Pancasila dan UUD 1945. Jadi bangsa Indonesia memasuki tatanan baru yang dikenal dengan sebutan Orde Baru Orde Baru Orde Baru Orde Baru Orde Baru. Ciri pokok Orde Baru adalah pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Orde Baru memiliki landasan.

1. Landasan tetap, terdiri dari: