Konsep Dasar 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif
Dalam Modul Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa 2007, kebiasaan didefinisikan sebagai hal atau perbuatan yang dilakukan
secara berulang-ulang, tanpa kita sadari. Sejumlah kebiasaan bisa disebut positif atau baik misalnya: berolah-raga secara teratur, sejumlah
kebiasaan lain bisa disebut negatif atau buruk misalnya: menyalahkan orang lain, dan ada sejumlah kebiasaan bisa disebut netral contohnya:
mandi malam dengan air hangat. Lebih lanjut, dalam Modul PPKM 2007 tersebut juga dijelaskan bahwa kebiasaan yang dimiliki seseorang
dapat menuntunnya menjadi lebih baik, tapi bisa juga menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
Setiap individu adalah produk dari kebiasaannya masing-masing. Covey 1997 menjelaskan bahwa kebiasaan merupakan pertemuan dari
pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Pengetahuan merupakan paradigma teoritis yang dimiliki seseorang, apa yang harus dilakukannya,
mengapa harus dilakukan. Ketrampilan berkaitan dengan bagaimana kita melakukannya. Sedangkan keinginan merupakan motivasi, keinginan
untuk melakukan. Untuk menjadi sebuah kebiasaan, ketiga dimensi tersebut harus
terpenuhi. Sebagai contoh, kebiasaan mandi. Individu mengetahui bahwa dengan mandi maka tubuhnya menjadi lebih bersih dimensi pengetahuan,
semua individu membasahi dirinya dengan air ketika mandi dimensi keterampilan, dan kegiatan mandi tersebut akan terlaksana jika individu
tersebut memiliki keinginan untuk mandi dimensi keinginan. Salah satu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saja dimensi tersebut tidak terpenuhi, maka tidak akan ada sebuah kegiatan, dan tidak akan pernah menjadi sebuah kebiasaan. Jika
digambarkan, maka pertemuan antara pengetahuan, keterampilan, dan
keinginan sehingga membentuk kebiasaan adalah sbb.: Gambar 2.2. Pertemuan Pengetahuan-Keterampilan-Keinginan
Adapun ketujuh kebiasaan menurut Covey 1997 yang dapat membuat seseorang individu menjadi pribadi yang efektif adalah:
a. Kebiasaan 1: Jadilah Proaktif b. Kebiasaan 2: Mulai Dengan Akhir Dalam Pikiran
c. Kebiasaan 3: Dahulukan Yang Utama d. Kebiasaan 4: Berpikir Menang-Menang
e. Kebiasaan 5: Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu, Baru Dimengerti f. Kebiasaan 6: Wujudkan Sinergi, dan
g. Kebiasaan 7: Mengasah Gergaji Fokus yang ingin dituju oleh Konsep 7 Kebiasaan tersebut adalah
pribadi yang sangat efektif. Covey 1995 menjelaskan bahwa pribadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang sangat efektif merupakan individu yang mampu mendapatkan yang diinginkan dan dengan cara yang memungkinkan individu tersebut
mendapatkannya berulang-ulang. Lebih lanjut, Covey 1995 mengistilahkannya menjadi keseimbangan antara produksi dan
kemampuan produksi keseimbangan P KP. Covey 1995 menggunakan analogi dongeng “Petani dan Angsa
Bertelur Emas”. Di dongeng tersebut diceritakan bahwa ada seorang petani yang memiliki seekor angsa. Ternyata angsa tersebut mampu
menghasilkan telur emas. Kejadian itu terus berlanjut. Sampai pada akhirnya, sang petani menjadi tidak sabar untuk mendapatkan telur emas
sesegera mungkin dengan cara memotong angsanya. Akan tetapi, sang petani tidak mendapatkan apa-apa. Berdasarkan dongeng tersebut,
produksi hasil yang kita harapkan adalah telur emas tersebut, sedangkan angsanya adalah kemampuan untuk produksi atau dengan kata lain
kemampuan kita untuk secara terus menerus memberikan hasil yang diinginkan.
Kemampuan produksi tersebut merupakan aspek fisik dan mental, spiritual. Dalam konteks industri, aspek fisik diantaranya mesin-mesin di
pabrik, kendaraan milik kantor, dll. Sedangkan dalam konteks pribadi, aspek fisik adalah keadaan tubuh kesehatan kita. Aspek mental berkaitan
dengan pikiran individu. Pikiran di sini mengacu pada konteks kognitif seseorang, bagaimana pengetahuan seseorang terhadap info-info baru, apa
saja yang telah dipelajarinya, dsb. Aspek mental juga berkaitan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keadaan jiwa seseorang. Seseorang yang mempunyai tujuan hidup cita- cita produksi tapi tidak mampu menjaga kemampuan produksinya,
seperti tidak pernah belajar hal-hal baru, tidak pernah menjaga kesehatan tubuhnya, tidak pernah menjaga relasinya dengan rekan-rekan ataupun
keluarganya, maka di tidak akan mampu mencapai efektivitas karena dia tidak mampu memelihara aset kemampuan produksi yang dimilikinya.
Untuk mencapai efektivitas dengan menerapkan 7 Kebiasaan, individu perlu mengetahui paradigmanya dan mengetahui perlunya sebuah
perubahan paradigma. Covey 1997 menjelaskan bahwa paradigma berkaitan dengan persepsi, pengertian, dan penafsiran seseorang tentang
keadaan di sekitarnya. Seringkali orang menganggap bahwa cara pandangnya paradigmanya sudah sesuai dengan segala sesuatu
sebagaimana adanya, atau realitas yang ada. Akan tetapi, sebenarnya seseorang memiliki paradigma sebagaimana pribadinya sendiri. Seseorang
cenderung memiliki pendapat persepsinya berdasarkan dirinya sendiri, berdasarkan pengalamannya sendiri. Jika ada orang lain yang tidak setuju
dengan pendapat kita, maka kita cenderung berpikir bahwa orang lain itu yang salah.
Paradigma merupakan sumber dari sikap dan perilaku seseorang, terlepas dari benar atau salahnya paradigma tersebut. Paradigma yang
kemudian memengaruhi sikap dan perilaku seseorang tersebut kemudian juga memengaruhi hubungan dengan orang lain. Covey 1997
menjelaskan bahwa untuk mengatasi adanya perbedaan sikap dan perilaku PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kita dengan orang lain, maka perlu adannya sebuah perubahan paradigma. Lebih lanjut, Covey 1997 juga menjelaskan bahwa banyak orang
mengalami perubahan paradigma justru ketika orang individu tersebut menghadapi krisis yang mengancam jiwa dan tiba-tiba melihat
prioritasnya dengan cara yang berbeda, atau ketika tiba-tiba melangkah dalam sebuah peran yang baru, seperti menjadi ayah, menjadi kakek
nenek, dsb. Untuk membuat sebuah perubahan paradigma membutuhkan waktu
dan tenaga yang cukup banyak. Akan tetapi, untuk membuat perubahan kuantum perubahan yang mendadak dan berjangka panjang, maka yang
perlu diubah adalah paradigma kita Covey, 1997. Paradigma yang harus dimiliki oleh seseorang seharusnya adalah
paradigma yang berpusat pada prinsip. Covey 1997 menggunakan analogi kapal perang dan mercu suar untuk menjelaskan paradigma yang
berpusat pada prinsip. Ada kapal perang yang membawa peralatan perang komplit sedang berlayar. Suatu hari badai menyerang kapal yang sedang
berlayar tersebut. Kapten kapal dikabari oleh salah seorang awaknya bahwa ada sesuatu di depan kapal dan kalau tidak ada yang berbelok maka
mereka akan bertabrakan. Kapten lalu memerintahkan awak untuk mengirimkan kode yang meminta benda di depan kapal itu untuk berbelok
karena mereka adalah kapal perang yang membawa peralatan tempur yang lengkap. Lalu datang kode balasan yang menyatakan bahwa kapal perang
tersebut yang harus berbelok karena yang ada di depannya adalah mercu suar.
Covey 1997 menjelaskan bahwa prinsip itu seperti layaknya mercu suar. Prinsip merupakan hukum alam yang tidak dapat dilanggar. Hukum
alam tetap tidak akan pernah bisa diubah, terlepas dari kita menyetujuinya atau tidak. Prinsip merupakan pedoman berperilaku yang terbukti
mempunyai nilai langgeng, permanen, dan bersifat mendasar. Covey 1997 lebih lanjut menjelaskan, semakin sejajar paradigma seseorang
dengan prinsip yang ada, maka seseorang akan memandang sesuatu secara lebih objektif, hingga kemudian akan memberi dampak pada sikap dan
perilaku seseorang, dan kemudian pada akhirnya juga akan mempengaruhi efektivitas yang dicapai.