Cara meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran Karakteristik PBL

Dari uraian keaktifan para ahli peneliti dapat menyimpulkan ciri-ciri siswa yang aktif adalah siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, mulai dari kegiatan fisik misalnya membaca, mendengar, menulis, dan berlatih keterampilan-keterampilan siswa berani mengungkapkan pendapat dan siswa bertanggungjawab terhadap tugas.

2.1.1.3 Cara meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran

Faktor yang menumbuhkan keaktifan menurut Brings dalam Martinis, 2007: 84 yaitu: 1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2. Menjelaskan tujuan belajar, sehingga siswa paham apa tujuan pelajaran hari ini. 3. Memberikan stimulus kepada siswa. 4. Memunculkan aktifitas atau partisipasi ssiwa dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Usman 2009: 26-27 cara untuk memperbaiki keaktifan siswa dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1. Mengabadikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar 2. Tingkatkan partisipasi siswa secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar 3. Masa transisi antara berbagai kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara cepat dan luwes 4. Berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat dan sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai. 5. Usahakan agar pengajaran dapat lebih menarik minat murid.

2.1.1.4 Indikator dalam Mengukur Keaktifan dalam kelas

Menurut Keachie dalam Daryanto, 2012: 4 keaktifan terjadi apabila terdapat partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, utama yang berbentuk interaksi antar siswa, kesempatan yang diberikan kepada siswa. Dimyati 1999: 45 berpendapat keaktifan terjadi melalui berbagai bentuk yaitu dengan kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik terdapat kegiatan seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan- keterampilan sedangkan dari kegiatan psikis terdapat kegiatan yaitu memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan. Menurut Uno 2012: 33 berpendapat indikator keaktifan 1 siswa aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya dan membuat kesimpulan 2 adanya interaksi 3 adanya kesempatan siswa menilai hasil karyanya 4 adanya pemanfaatan sumber belajar. Berdasarkan dari penjelasan para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan indikator keaktifan menjadi 3 yaitu 1 Partisipasi Siswa dalam kegiatan pembelajaran, meliputi Interaksi antar siswa satu dengan siswa yang lain, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru, membaca sumber belajar, mencatat informasi penting. 2 Keberanian mengungkapkan pendapat dan pertanyaan. 3 tanggung jawab siswa terhadap tugas, meliputi turut serta dalam mengerjakan tugas kelompok, saling mengingatkan dalam mengerjakan tugas kelompok. 2.1.2 Prestasi Belajar 2.1.2.1 Pengertian belajar Menurut Arifin 2009: 12 prestasi belajar merupakan hal yang berkenaan dengan aspek pengetahuan. Pendapat Hamalik 2008: 159, “Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar”. Menurut Hamalik prestasi merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui karena dengan adanya prestasi belajar yang diwujudkan dalam bentuk angka, simbol, maupun kalimat dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Prestasi belajar menurut Susanto 2013: 5 adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Suprijono dalam Thobroni, 2015: 20-21 hasil belajar adalah pola- pola perbuatan , nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan prestasi belajar adalah hal yang berkaitan dengan aspek pengetahuan yang penting untuk diketahui karena dengan adanya prestasi belajar yang diwujudkan dalam bentuk angka, simbol, maupun kalimat dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.1.2.2. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Mulyasa 2013: 190 faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu a bahan atau materi yang dipelajari; b lingkungan; c faktor instrumental; d kondisi peserta didik. Dari faktor-faktor di atas menunjukan bahwa prestasi belajar bukanlah suatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil sebagai faktor yang melatarbelakanginya. Dengan demikian, untuk memahami dan mendongkrak atau meningkatkan prestasi belajar. Perlu dipahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal. 1. Faktor Internal Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri internal, baik secara fisiologis maupun secara psikologis, beserta usaha yang dilakukannya. Faktor fisiologis, berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik seseorang, yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani pada umumnya dan konsisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera, sedangkan faktor fisiologis, berasal dari dalam diri seseorang seperti intelgensi, minat, dan sikap. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelgensi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat intelgensi, dan hasil belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat intelgensinya. Minat interest, yaitu kecenderungan dan kegarirahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu, minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif, berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon respon tendency dengan cara yang relatif tetap terdapat obyek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Selain faktor-faktor diatas, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh waktu time dan kesempatan engagment. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan belajar senderung memiliki prestasi yang tinggi daripada yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar. 2. Faktor eksternal Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial dan non sosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antarmanusia yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terjadi dalam berbagai situasi sosial. Ke dalam faktor ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non-sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik; misalnya: keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku- buku sumber dan sebagainya Mulyasa, 2013: 190 Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sudjana dalam Susanto, 2013: 15-18 adalah: 1. Kecerdasan anak Kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkannya atau tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajran yang diberikan. 2. Kesiapan tau kematangan Kesiapan dan kematangan adalah tingkat perkembangan dimana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar kematangan atau kesiapan sangat menentukan keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu, setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu. Karena kematangan akan erat hubungannya dengan minat dan kebutuhan anak. 3. Bakat anak Menurut Chaplin dalam Susanto, 15-18 yang dimaksud bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu. Sehubungan dengan itu maka bakat akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. 4. Kemauan Belajar Salah satu tugas guru yang kerap sukar dilaksanakan ialah membuat anak menjadi Mu dan giat belajar. Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentu berpengaruh positif dengan hasil belajar. Karena kemauan belajar menjadi salah satu penentu dalam mencapai keberhasilan belajar. 5. Minat Secara dasar minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatian lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatian yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI intensif terhadap materi itu yang memungkinkan siswa untuk lebih giat dan mencapai prestasi yang baik. 6. Model penyajian materi pelajaran Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pula pda model penyajian materi. Model materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh siswa tentu berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar atau prestasi belajar. 7. Pribadi dan sikap guru Kepribadian guru yang kreatif dan penuh inovatif dalam berperilaku maka siswa akan meniru gurunya yang aktif dan kreatif tersebut. Pribadi guru yang baik tercermin dari sikapnya yang ramah, lemah lembut, penuh kasih sayang, membimbing dengan penuh perhatian, tidak cepat marah, tanggap terhadap keluhan dan kesulitan siswa, antusias dan semangat dalam bekerja dan mengajar, memberikan penilaian yang objektif, rajin, disiplin, serta bekerja penuh dedikasi dan bertanggung jawab dalam segala tindakan yang ia lakukan. 8. Suasana pengajaran Faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalamk belajar adalah suasana pengajaran. Suasana pengajaran yang tenang, terjadi dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI proses pengajaran. Sehingga keberhasilan dalam prestasi belajar akan meningkat dan maksimal. 9. Kompetensi guru Guru yang profesional memiliki kemampuan- kemampuan tertentu. Kemampuan itu diperlukan dalam membantu siswa dalam belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru yang profesional. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompeten dalam bidang dan menguasai dengan baik bahan yang akan diajarkan serta mampu memilih metode belajar mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu bisa berjalan sebagaimana mestinya. 10. Masyarakat Dalam masyarakar terdapat juga berbagai macam tingkah laku manusia dan berbagau macam latar belkangpendidikan. Oleh karena itu, pantaslah dalam dunia pendidikan lingkungan masyarakat akan ikut mempengaruhi kepribadian siswa. Kehidupan modern dengan keterbukaan serta kondisi yang luas banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh kondisi masyarakat ketimbang oleh keluarga dan sekolah. 2.1.3 Problem Based Learning PBL 2.1.3.1 Pengertian Model PBL Menurut Trianto, 2010: 51 model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Suyanto 2013: 134 mengatakan model pembelajaran berarti suatu rencana mengajar yang memperlihatkan “pola pembelajaran” tertentu. Pola yang dimaksud adalah terlihatnya kegiatan yang dilakukan guru, siswa, serta bahan ajar yang mampu menciptakan siswa belajar, juga tersusun secara sistematis mengenai rentetan peristiwa pembelajaran. Senada dengan itu, Winataputra dalam Suyanto, 2013: 134 mengartikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan beajar tententu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang –pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar-mengajar. Sejarah PBL telah dimulai pada tahun 1920 ketika itu Celestine Freinet, seorang guru SD yang baru kembali dari Perang Dunia I pulang ke halamannya di pedesaan di Barsur-Loup di bagian tenggara Prancis. Celestine Freinet mengalami cedera yang serius dan menyebabkan tak bisa bernafas panjang. Karena sangat ingin mengajar ke SD tetapi tidak sanggup untuk bersuara keras dan lama, sebagai gantinya Celestine Freinet menggunakan metode lain menggantikan metode tradisional. Celestine Freinet meminta murid-muridnya untuk belajar mandiri dan beliau hanya memfasilitasi saja. Inilah awal pertama cikal bakal PBL diperkenalkan. Sejarah PBL dimulai pada awal tahun 1970 di Mc Master University Faculty of Health Science di Kanada. Sejak itu PBL dipakai secara luas di banyak negara Jusuf, 2009: 5-6. Model PBL adalah pembelajaran yang berbasis masalah. Pembelajaran yang dimulai dari masalah yang berbasis pada materi ajar. Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah, siswa akan belajar suatu konsep dan prinsip sekaligus memecahkan masalah Suyatno, 2009: 9. Model PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah pada dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dasar dari materi pelajaran Nurhadi, 2004: 109.

2.1.3.2 Karakteristik PBL

Menurut Rusmono 2012: 82 model PBL memiliki karakteristik: 1 Siswa menentukan isu-isu pembelajaran, 2 pertemuan-pertemuan pelajaran berlangsung open-ended atau berakhir dengan masih membuka peluang untuk berbagi ide tentang pemecahan masalah, sehingga memungkinkan pembelajaran tidak berlangsung dalam sekali pertemuan, 3 tutor adalah seorang fasilitator dan tidak seharusnya bertindak “pakar” yang merupakan satu-satunya sumber informasi, 4 tutorial berlangsung sesuai dengan tutorial PBL yang berpusat pada siswa. Karakteristik tutor dalam PBL meliputi: 1 memiliki pengetahuan tentang proses PBL, 2 memiliki komitmen tentang pembelajaran berpusat pada siswa atau pembelajaran yang diarahkan oleh siswa, 3 kemampuan membangkitkan lingkungan yang santai dan tidak mengancam sambil terus bertindak mengembangkan diskusi dan berpikir kritis, 4 kemampuan melakukan evaluasi siswa yang konstruktif dan kinerja kelompok. Sedangkan karakter PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI siswa dalam PBL meliputi: 1 hadir dan aktif dalam pertemuan, 2 mengtahui pengetahuan belajar PBL, 3 memiliki komitmen tentang belajar berpusat pada siswa, 4 aktif berpartisipasi dalam diskusi dan berpikir kritis, 5 mempunyai kemampuan untuk berevaluasi konstruktif terhadap diri sendiri, kelompok, dan tutor. 2.1.3.3 Langkah-langkah PBL Menurut Rusmono 2012: 81 model pembelajaran PBL terdapat lima tahapan dalam perlakuan guru yaitu: Tabel 2.1 Tahapan model pembelajaran PBL Fase Perilaku Guru Fase 1: Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk meneliti Guru mebantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar terkait dengan permasalahan Fase 3: Membantu investigasi mandiri dan kelompok Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi. Fase 4: Mengembangkan dan mempresentasikan hasil Guru membantu siswa untuk merencankan dan menyiakan hasil-hasil yang tepat, seperti laporan, rekaman, video, dan model-model dan membuat mereka untuk menyampaikan kepada orang lain. Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi Tabel 2.1 menunjukkan bahwa tahapan melakukan pembelajaran dengan model PBL. Dalam pembelajaran dengan model PBL terdapat 5 tahapan. Lima tahapan ini wajib dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajar. Guru sebagai fasilitator. Pertama memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa. Yang kedua adalah mengorganisasikan siswa untuk meneliti. Yang ketiga adalah membantu investigasi mandiri dan kelompok. Yang keempat adalah mengembangkan dan mempresentasikan hasil. Dan yang kelima adalah menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Menurut Ibrahim dalam Suprihatiningrum, 2013: 220 peran guru PBL berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru adalah: 1 Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah nyata sehari-hari. 2 Memfasilitasimembimbing penyelidikan. Guru harus memfasilitasi kegiatan belajar siswa agar tujuaj dapat tercapai. 3 Memfasilitasi dialog siswa. Selain memfasilitasi kebutuhan siswa, guru juga harus memantau dan menjaga komunikasi dengan siswa agar tidak terjadi miskomunikasi antara siswa dan guru dan menghambat proses belajar. 4 Mendukung belajar siswa Kegiatan pembelajaran menggunakan model PBL akan dapat mendukung belajar siswa.

2.1.3.4 Kelebihan PBL