kehidupan sosial untuk dapat menyesuaikan diri. Kemampuan untuk merespon ini tergantung pada kemampuan komunikasi yang dimiliki anak dan interaksi dengan
orang lain yang menggunakan bahasa dan komunikasi non verbal. Benard dalam Tarsidi, 2009 mengemukakan bahwa kompetensi sosial mencakup kualitas-
kualitas pribadi seperti bersifat responsif, terutama kemampuan untuk membangkitkan respon positif dari orang lain; fleksibilitas, termasuk kemampuan
untuk bergaul dengan orang-orang dari bermacam-macam latar belakang budaya; kemampuan untuk berempati; ketrampilan berkomunikasi dan dan memiliki rasa
humor. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial
adalah keefektifan seseorang dalam berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain, dapat beradaptasi pada lingkungan yang dinamis, memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi, mampu untuk mengambil perspektif orang lain, dan menganalisa perilaku yang dipilihnya sehingga menjadi efektif.
2. Elemen Kompetensi Sosial
Crick dan Dodge dalam Clikeman 2007 mengusulkan sebuah model pemrosesan informasi sosial untuk memahami kompetensi sosial. Ada enam
langkah pada model ini yang penting pada proses interaksi sosial, yaitu : a.
Mengkode stimulus yang relevan – anak harus menyimak petunjuk sosial non verbal atau verbal dan antara petunjuk yang jelas dan tertutup.
b. Menginterpretasi kode – anak harus mengerti apa yang terjadi seperti
penyebab dan maksud dari interaksi.
Universitas Sumatera Utara
c. Menetapkan tujuan – anak menetapkan apa yang dia inginkan dari
interaksi dan bagaimana memahaminya. d.
Representasi dari situasi dikembangkan – anak butuh untuk membandingkan pengalaman dari situasi sebelumnya dan mengulang
reaksinya pada situasi yang sama sebaik apa yang dihasilkan dari interaksi tersebut.
e. Memilih respon yang mungkin – respon yang dipilih berdasarkan persepsi
dari suatu kejadian dan ketrampilan pada pembendaharaan anak. f.
Anak bertindak dan sukses dalam mengevaluasi tindakannya. Pendapat lain dikemukakan oleh La Fontana dan Cillesen dalam Papalia,
2002 yang menyatakan bahwa kompetensi sosial dapat dilihat sebagai perilaku prososial, altruistik dan dapat bekerja sama. Lamb dan Baumrind dalam Tarsidi,
2009 mengemukakan bahwa karakteristik anak yang memiliki kompetensi sosial itu mencakup kemampuan untuk mempersepsikan orang lain, asertif, ramah
kepada teman sebaya, dan santun kepada orang dewasa. Cavell et al dalam Clikeman, 2007 menyarankan model three-tiered
yang dapat mengkonseptualisasikan kompetensi sosial, yaitu : a.
Level yang paling tinggi adalah penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial dimana anak dikembangkan untuk mencapai tujuan sosial. Level ini
merefleksikan bagaimana baiknya anak menyesuaikan harapan dari orangtua, guru dan masyarakat.
b. Level berikutnya adalah social performance atau sebaik apa anak
berperilaku pada situasi sosial.
Universitas Sumatera Utara
c. Level dasar adalah ketrampilan sosial atau kemampuan khusus yang
digunakan anak pada suatu situasi sosial. Level ini mencakup bagaimana anak bereaksi pada suatu situasi.
Elemen-elemen dari kompetensi sosial lebih rinci dikemukakan oleh Clikeman 2007 yang terdiri dari enam elemen, yaitu :
a. Bahasa dan kemampuan untuk berkomunikasi
Garfield et al dalam Clikeman 2007 menyatakan bahwa kemampuan untuk mengerti apa yang dimaksudkan oleh orang lain
bergantung pada kemahiran berbahasa dan pertumbuhan pemahaman anak yang dikembangkan melalui percakapan dan interaksi dengan orang lain.
Kemampuan berkomunikasi yang dimaksud disini adalah kemahiran berbahasa yang sama dengan lawan bicaranya, yakni dalam ketrampilan
mendengarkan dan menyampaikan pendapat sehingga dapat dipahami. b.
Kemampuan secara akurat menyampaikan dan menerima pesan emosional Halberstadt et al, dalam Clikeman, 2007
Kemampuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan pertemanan dan hubungan dengan orang lain mencakup kemampuan untuk mengambil
kesimpulan pada pesan emosional dari orang lain. Memahami pesan emosional dari orang lain pada suatu situasi membutuhkan pengkodean
dari petunjuk non verbal mencakup ekspresi wajah, isyarat dan gesture. Ekspresi yang ditunjukkan oleh orang lain membuat anak mengerti
bagaimana suasana hati orang tersebut dan reaksinya terhadap perilaku anak.
Universitas Sumatera Utara
c. Kemampuan untuk belajar
Kemampuan ini mencakup kemampuan yang mengizinkan anak untuk mengevaluasi perilaku yang telah ditunjukkannya pada suatu situasi
tertentu kemudian menilai apakah perilaku tersebut telah tepat dan membuat perubahan untuk memperbaikinya di masa yang akan datang
ketika situasi yang sama terjadi. Elemen ini lebih kepada proses yang dilakukan anak ketika menilai perilakunya dan mengantisipasi ketika
situasi yang sama kembali dialami oleh anak. d.
Kemampuan untuk mengambil perspektif orang lain Anak memahami apa yang dipikirkan oleh orang lain. Anak
menyadari bahwa orang lain tidak melihat suatu tindakan dan situasi yang sama dengannya. Anak mengembangkan kemampuan untuk mengarahkan
apa yang dimaksud orang lain dan menganalisanya secara objektif. Tanpa adanya hal ini, maka akan sulit bagi anak untuk mengerti bagaimana
perilaku mereka mempengaruhi orang lain dan untuk mengubah perilaku mereka yang tidak sesuai.
e. Kemampuan untuk mengatur perilakunya sendiri
Kemampuan ini mencakup pengekspresian perasaannya sendiri, sadar dengan perasaannya sehingga menghasilkan suatu perilaku yang
ditunjukkan. Konsep ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi dan mengubah perilakunya sendiri sesuai
dengan lingkungan. Elemen ini lebih kepada perilaku nyata yang
Universitas Sumatera Utara
ditunjukkan oleh anak dalam suatu situasi untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya.
f. Kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain
Salah satu kemampuan yang penting lainnya untuk dapat diterima oleh teman sebaya adalah kemampuan untuk bekerja sama, dapat
bernegosiasi dan melakukan suatu kegiatan bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Sosial