mengalami peningkatan 11,43 yaitu dari yang sebelumnya 66,87 menjadi 78,3. Pada siklus I masih ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM yaitu 35,
namun pada siklus II nilai terendahnya adalah 60 dan sudah tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Peningkatan hasil belajar jika disajikan
dalam diagram batang adalah sebagai berikut:
Diagram 5 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa
10 20
30 40
50 60
70 80
Siklus I Siklus II
Tes Hasil Belajar N
ila i R
a ta
-r a
ta
3. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Terbalik Reciprocal Teaching Respon siswa terhadap pembelajaran dalam setiap tindakan penting
untuk disajikan sebuah pertimbangan ataupun perbaikan bagi penyusunan rencana pembelajaran berikutnya. Respon siswa tersebut disusun dalam jurnal harian
siswa yang diberikan kepada siswa pada akhir tindakan pembelajaran. Respon yang dikemukakan siswa beragam, ada yang berkomentar positif, komentar
negatif, komentar netral bahkan ada yang tidak berkomentar. Jurnal harian yang telah disusun kemudian dihitung persentase jenis pendapatnya dan hasilnya
dirangkum pada tabel 14 berikut:
Tabel 14 Rekapitulasi Persentase Respon Siswa siklus I dan II
Rata-rata Persentase Pada Siklus ke- Kategori
I II Rata-rata
Positif 64,33 76,08 70,20 Netral 8,40
8,40 Negatif 26,21 23,91 25,06
Tidak Berkomentar
5,26 0 5,26
Berdasarkan tabel 14 persentase rata-rata dikonversikan dalam diagram 5:
Persentase Respon Siswa
64,33 76,08
8,4 26,21
23,91 5,26
20 40
60 80
Siklus I Siklus II
P er
sen tase
Positif Netral
Negatif Tidak Berkomentar
Diagram 6 Persentase Respon Siswa
4. Hasil Wawancara Selain data yang diperoleh dari lembar observasi, jurnal harian dan tes
hasil belajar, penelitian ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada guru dan siswa. Wawancara dilakukan sebelum tindakan dan setelah
tindakan. Pada wawancara yang dilakukan pada guru sebelum tindakan penelitian
pendahuluan diperoleh informasi bahwa tingkat kemampuan siswa kelas VII-D rata-rata masih di bawah KKM, metode yang selama ini digunakan guru adalah
ceramah, siswa jarang sekali bertanya, kemampuan siswa dalam mengerjakan soal rendah tentang materi pelajaran dan masih ada sebagian kecil siswa yang sering
acuh saat guru menjelaskan ataupun memberi pertanyaan. Para siswa juga kadang merasa bosan saat belajar matematika yang selalu mengerjakan soal.
Adapun hasil wawancara dengan guru dan siswa pada siklus II memberikan informasi bahwa siswa sangat merespon baik model pembelajaran
terbalik reciprocal teaching ini dan guru kelas juga menganggap bahwa penerapan model pembelajaran terbalik reciprocal teaching ini telah
dilaksanakan dengan sangat baik karena siswa dituntut untuk menggali kemampuannya dalam belajar dan aktivitas siswa menjadi meningkat, sehingga
dapat dikatakan berhasil.
D. Pembahasan Temuan Penelitian
1. Penerapan model pembelajaran terbalik reciprocal teaching dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa
Penerapan model pembelajaran terbalik reciprocal teaching dapat meningkatkan aktivitas siswa karena prinsip pembelajaran ini adalah sebuah
pembelajaran yang menerapkan empat strategi kognitif yang mengarahkan siswa untuk mandiri, aktif dalam memahami suatu materi. Jadi dalam setiap
pembelajaran yang lebih berperan aktif adalah siswa. Peningkatan aktivitas belajar matematika pada penelitian pendahuluan diperoleh rata-rata skor aktivitas
siswa yaitu 47,5. Dan setelah tindakan siklus I diperoleh skor rata-rata aktivitas siswa sebesar 60,40 sedangkan setelah tindakan dengan siklus II diperoleh skor
rata-rata aktivitas belajar matematika siswa sebesar 76,83 ini artinya terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika, hal ini terjadi karena
pada siklus II siswa sudah mulai berani dalam mengemukakan pendapatnya, siswa juga sudah pintar dalam membuat pertanyaan maupun menjadi guru siswa.
Sedangkan melaui lembar observasi aktivitas kelompok siswa pada siklus I mendapat skor dengan rata-rata 57,75 sedangkan pada siklus II mengalami
peningkatan menjadi 71,12 dan sudah mencapai rata-rata skor ketercapaian yaitu 63 atau skor 25. Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
terbalik reciprocal teaching memberikan pengaruh yang besar terhadap aktivitas belajar matematika siswa.
2. Siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran matematika
dengan penerapan model pembelajaran terbalik reciprocal teaching
Pada siklus I dari hasil pengamatan menunjukkan siswa cukup senang dan semangat belajar dengan diterapkannya model pembelajaran terbalik
reciprocal teaching. Dengan adanya antusias dan semangat siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran terbalik reciprocal
teaching dapat menginformasikan bahwa model pembelajaran ini dapat menciptakan respon positif siswa terhadap pelajaran matematika. Siswa juga
terlihat semakin pandai dan berani dalam menerapkan model pembelajaran terbalik.
Jurnal harian siswa melengkapi data yang sudah ada tujuannya agar data yang diperoleh kuat keberadaannya yaitu untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan model pembelajaran terbalik. Berdasarkan hasil jurnal harian diperoleh respon positif siswa dari siklus I sebesar 64,33 menjadi 76,08 pada siklus II.
Sehingga mengalami peningkatan sebesar 11,75 dengan rata-rata keseluruhan siswa yang memberikan respon positif pada siklus I dan siklus II sebesar 70,20,
sedangkan rata-rata siswa yang memberikan respon yang negatif pada siklus I dan siklus II sebesar 25,06, ini artinya sebagian besar siswa memiliki respon yang
positif terhadap proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran terbalik reciprocal teaching.
3. Penerapan model pembelajaran terbalik reciprocal teaching dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa
Seiring dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran tematik maka hasil belajar siswa juga mengalami
peningkatan. Peningkatan hasil belajar matematika siswa yang diperoleh dari nilai tes akhir siklus I menunjukkan rata-rata yang cukup baik yaitu mencapai 66,67.
Rata-rata nilai pada siklus II mengalami peningkatan 11,43 yaitu dari yang sebelumnya 66,67 menjadi 78,30. Pada siklus I masih ada 8 orang siswa yang
mendapat nilai dibawah KKM yaitu 55, namun pada siklus II nilai terendahnya adalah 60 dan sudah tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.