Proses Pembelajaran di Kelas
d. Selanjutnya, Tahap pengungkapan gagasan siswa memfasilitasi siswa
untuk menuangkan ide dan gagasannya pada LKS dengan cara berdiskusi kelompok, yang dimana LKS tersebut pada bagian thinking
siswa diberikan waktu untuk mengisi sesuai dengan pengetahuan yang sudah mereka dapatkan pada tahap orientasi, inilah yang menstimulus
siswa untuk melatih membuat berbagai macam bentuk representasi. e.
Tahap pengungkapan permasalahan pada LKS berisi problem dan doing mengenai suatu masalah yang dapat dijawab berdasarkan pembelajaran
yang sudah dipelajari sebelumnya. Siswa dituntut untuk mengingat kembali pengetahuannya yang sudah didapatkan pada tahap
pengungkapan gagasan, dan mengidentifikasi informasi yang terdapat dalam soal, yang selanjutnya dikomunikasikan dalam bentuk model
matematikanya dan
diselesaikan sesuai
pertanyaan. Siswa
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan pernyataan dalam bentuk model matematikanya dengan mengerjakan tahap tersebut . Pada
langkah ini, siswa mempresentasikan hasil dari hipotesisnya dan pen- generalisasiannya. Dalam proses ini siswa antar kelompok bisa bertukar
informasi, sehingga antar kelompok saling melengkapi informasi kelompok lainnya. Guru sebagai pengatur jalannya diskusi, serta
membimbing siswa membuat kesimpulan sementara. f.
Setelah melaksanakan tahap orientasi, tahap pengungkapan gagasan siswa
dan tahap
pengungkapan permasalahan.
Pada tahap
pengkonstruksian pengetahuan baru siswa kembali bekerja secara kelompok untuk mengkonstruksi gagasan baru dari hasil kesimpulan
sementara. Pada langkah ini siswa diminta untuk membuat rangkuman dalam bentuk vee yang berkaitan dengan hasil kesimpulan sementara.
Langkah ini dilakukan untuk membuktikan hasil kesimpulan sementara dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah matematika. Untuk
membuktikan hasil pengerjaan pada tahap pengungkapan gagasan siswa dengan problem dan doing. Biasanya tahap ini dari pertanyaan,
“mengapa?” atau berikan alasannya dan pada akhir tahap ini siswa
diminta menghubungkan antara jawaban yang dibuatnya pada tahap pengungkapan gagasan siswa dengan pengungkapan permasalahan.
Pada tahap ini kemampuan siswa yang dikembangkan adalah kemampuan memberikan alasan dan kemampuan menghubungkan fakta
dengan konsep. Berikut ini akan ditampilkan contoh hasil rangkuman yang dikerjakan oleh siswa kelas eksperimen:
a
Gambar 4.7 Jawaban Rangkuman a siswa kelompok I yang benar di kelas
eksperimen pada pertemuan pertama dan b siswa kelompok 4 yang benar di kelas eksperimen pada pertemuan kedelapan
Contoh hasil jawaban rangkuman siswa di atas merupakan hasil jawaban rangkuman seorang siswa dikelas eksperimen yang
pembelajarannya menggunakan strategi heuristik vee. Pada jawaban siswa kelas eksperimen pada bagian a maupun pada bagian b di atas
tampak bahwa siswa sudah mampu merangkum dengan baik, dapat memahami apa yang ditanyakan soal dan mampu mengaitkannya
dengan konsep yang telah dipelajarinya. Secara keseluruhan jawaban
b
pada rangkuman siswa kelas eksperimen ini mengalami peningkatan dari setiap pertemuan. Dari hasil rangkuman diperoleh bahwa siswa
kelas eksperimen sudah cukup memahami setiap materi yang disampaikan dilihat dari hasil rangkuman yang didapatkan setiap
pembelajaran berlangsung. g.
Terakhir siswa diminta membuat kesimpulan akhir pada tahap evaluasi. Untuk mengetahui gagasan mana yang paling sesuai untuk
mengungkapkan masalah yang dipelajari dan pengkonstruksian pengetahuan baru, siswa diminta untuk melakukan tanya jawab
diskusi kelas yang dipandu oleh guru. Guru kemudian mencatat ide- ide pokok yang sesuai dengan konsep di papan tulis. Guru juga
mendiskusikan jawaban siswa yang salah. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa proses pembelajaran pada
kelas eksperimen yang menggunakan strategi heuristik vee terbukti kemampuan representasi matematik siswa pada kelas eksperimen secara
keseluruhan meningkat dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan semua tahapan heuristik vee dapat meningkatkan kemampuan representasi
matematik siswa, tetapi pada salah satu tahapan strategi heuristik vee pada tahapan pengungkapan gagasan siswa dapat menuangkan ide dan gagasan
siswa, inilah yang menstimulus siswa untuk melatih membuat berbagai macam bentuk representasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, paha tahap
pengungkapan gagasan siswa lebih baik untuk meningkatkan kemampuan representasi matematik siswa dibandingkan tahapan yang lainnya.
Terlihat respon yang diberikan siswa saat pertama kali mengenal strategi heuristik vee sangat antusias, karena pembelajaran bersifat
berkelompok dan menggunakan LKS berbeda dengan cara mereka belajar sebelumnya. Namun respon yang baik ini belum sejalan dengan keefektifan
pembelajaran berkelompok pada pertemuan pertama. Hal tersebut disebabkan karena siswa tidak terbiasa. Siswa kurang percaya diri dalam
mengerjakan LKS, hal ini terlihat dari seringnya siswa bertanya pada guru jawaban tersebut benar atau salah. Selain itu, siswa juga tidak terbiasa
mengungkapkan pendapatnya secara tertulis. Pada LKS terdapat beberapa pernyataan yang menanyakan pendapat. Guru membimbing siswa secara
lisan dan siswa tersebut mampu menemukan alasan. Tapi jika siswa tersebut diminta menuliskan hasil bimbingannya dengan guru pada LKS, siswa
tersebut merasa kesulitan dan kembali bertanya kepada guru. Proses diskusi tersebut dapat terlihat pada gambar 4.13 Berikut ini:
Gambar 4.8 Siswa sedang berdiskusi Kelompok
Kendala-kendala pada
pertemuan pertama
menunjukan perkembangan pada pertemuan selanjutnya. Siswa mulai terbiasa dalam
mengungkapkan pendapat dan ide-idenya dalam LKS. Ini terlihat dari rangkaian kalimat dalam mengungkapkan alasan sudah mulai tertata rapi.
Gambar 4.9 Cara Menjawab Siswa dalam Memberikan Alasan Pada LKS 1
Gambar 4.10 Cara Menjawab Siswa dalam Memberikan Alasan Pada LKS 2
Di lain pihak pembelajaran relasi dan fungsi di kelas kontrol dilakukan dengan strategi ekspositori. Metode ceramah dan penugasan yang
digunakan oleh guru, dimana guru menerangkan langsung materi-materi relasi dan fungsi dan memberikan latihan LKS.
Dalam proses pembelajaran siswa mendengarkan penjelasan dari guru dan bertanya ketika mengalami kesulitan dalam belajar. Proses
pembelajaran berlangsung dengan baik tapi tidak dipungkiri guru lebih mendominasi pembelajaran sehingga siswa menjadi ketergantungan
terhadap bantuan guru. Hal ini terlihat ketika mengerjakan soal siswa kurang dapat mengelola pengetahuan mereka, beberapa siswa selalu ingin
dituntun oleh guru dalam mengerjakan soal. Mereka hanya melakukan apa yang ditugaskan oleh guru. Jika mereka tidak bisa, mereka lebih senang
diam dan tidak mengerjakan soal tersebut. Walaupun ada beberapa siswa yang berusaha mengeksplor kemampuannya dalam mengerjakan soal.
Pembelajaran di kelas kontrol, siswa tetap diberikan LKS peneliti dengan tujuan agar perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen
maupun kontrol tidak jauh berbeda, akan tetapi tidak setiap pertemuan diberikan LKS, dan LKS tersebut dikerjakan secara individual bukan
kelompok. LKS yang digunakan pada kelas kontrol adalah LKS yang dibuat biasa tetapi tidak jauh berbeda dengan pembahasan yang ada dalam LKS
kelas eksperimen. Hal ini memungkinkan LKS yang diberikan kurang memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan representasi
matematik siswa.