Dari tabel dapat dilihat sebesar 95,85 siswa menjawab setuju dan 4,15 siswa menjawab tidak setuju dari pernyataan yang bersifat positif.
Sedangkan dari pernyatan yang bersifat negatif sebesar 4,2 siswa menjawab setuju dan 95,8 siswa menjawab tidak setuju. Siswa yang
menyatakan adanya kegunaan dalam mengikuti pembelajaran relasi dan fungsi strategi heuristik vee dapat dilihat dari persentase jawaban siswa yang
setuju pada pernyataan yang bersifat positif dan dari persentase jawaban siswa yang tidak setuju pada pernyataan yang bersifat negatif. Dari data
tersebut dapat disimpulkan 95,83 siswa menyatakan respon positif terhadap strategi heuristik vee dan hanya 4,18 siswa yang menunjukkan
respon negatif terhadap strategi heuristik vee tersebut. Jika kita analisis dari beberapa jawaban pernyataan, sebanyak 33
siswa atau 91,7 memberikan respon positif pada pernyataan nomor 7 yang menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan strategi heuristik vee
memudahkan mereka dalam memahami konsep relasi dan fungsi. Kepahaman siswa terhadap konsep relasi dan fungsi juga terlihat baik dari
banyaknya siswa memberikan respon positif pada pernyataan nomor 9, sebanyak 36 siswa atau 100 menyatakan merasa terbantu dalam
mengerjakan soal-soal relasi dan fungsi setelah mengikuti pembelajaran relasi dan fungsi menggunakan strategi heuristik vee. Ketika siswa diberikan
pernyataan bahwa memahami konsep relasi dan fungsi tidak bermanfaat dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan pernyataan nomor 8,
terlihat sebanyak 34 siswa atau 94,4 menyatakan sangat tidak setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini dapat kita interpretasikan bahwa hampir seluruh
siswa merasa perlu memahami membuat berbagai macam bentuk representasi dalam pembelajaran relasi dan fungsi untuk menyelesaikan
soal-soal representasi matematik. Dari hasil tersebut mengindikasi bahwa siswa cenderung konsisten
menyatakan sikapnya dan memberikan keyakinan kepada kita bahwa siswa mempunyai sifat positif terhadap adanya kegunaan dalam mengikuti
pembelajaran relasi dan fungsi menggunakan strategi heuristik vee.
B. Pembahasan 1.
Hasil Penelitian Kemampuan Representasi Matematik 1
Kemampuan Representasi Matematik Siswa
Setelah uji hipotesis data gain dilakukan, maka didapat bahwa H ditolak, sedangkan H
1
diterima. Hal ini berarti H
1
yang menyatakan bahwa peningkatan kemampuan representasi matematik siswa yang diajarkan
menggunakan strategi heuristik vee lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan representasi matematik siswa yang diajarkan dengan strategi
ekspositori. Peningkatan kemampuan representasi matematik siswa dipengaruhi oleh tes kemampuan awal dan tes akhir pada penelitian ini.
Dalam penelitian ini hasil tes kemampuan relasi dan fungsi siswa secara keseluruhan dipaparkan dalam table 4.20 berikut ini:
Tabel 4.14 Kemampuan Representasi Matematik
Kemampuan Representasi Matematik
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol Rata-rata Kemampuan awal
Pretest
18,83 25,67
Rata-rata Kemampuan Akhir Postest
75,17 65,14
Rata-rata Peningkatan Gain 0,673
0,519
Dari hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata kemampuan awal pretest kemapuan representasi matematik kelas eksperimen yaitu sebesar
18.83 kemudian setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran relasi dn fungsi menggunakan strategi heuristik vee nilai rata-rata tes akhir posttest
representasi matematik meningkat menjadi 75,17. Peningkatan representasi matematik kelas eksperimen ditaksir oleh nilai rata-rata gain kelas
eksperimen yaitu sebesar 0,673. Sedangkan pada kelas kontrol, dari hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata kemampuan awal pretest representasi
matematik yaitu sebesar 25,67. Tes kemampuan awal pretest representasi matematik kelas kontrol memang lebih unggul dibanding kelas eksperimen
namun setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran relasi dan fungsi dengan strategi ekspositori ternyata kelas kontrol hanya mendapatkan nilai
rata-rata tes akhir posttest sebesar 65,14 dengan rata-rata peningkatan gain representasi matematik sebesar 0.519.
Pada kelas kontrol terlihat bahwa hasil pretestnya lebih besar dari pada hasil pretest kelas eksperimen tetapi pada hasil posttest nilai kelas
kontrol terlihat lebih kecil dibanding kelas eksperimen. Ini berarti kemampuan siswa pada kelas kontrol tidak berkembang secara maksimal.
Hal ini mungkin dikarenakan proses pembelajaran dikelas kontrol kurang dapat memaksimalkan kemampuan siswa. pembelajaran relasi dan fungsi di
kelas kontrol dilakukan dengan strategi ekspositori. Metode ceramah dan penugasan yang digunakan oleh guru, dimana guru menerangkan langsung
materi-materi relasi dan fungsi dan memberikan latihan soal yang ada di buku cetak.
Dalam proses pembelajaran siswa mendengarkan penjelasan dari guru dan bertanya ketika mengalami kesulitan dalam belajar. Proses
pembelajaran berlangsung dengan baik tapi tidak dipungkiri guru lebih mendominasi pembelajaran sehingga siswa menjadi ketergantungan
terhadap bantuan guru. Hal ini terlihat ketika mengerjakan soal siswa kurang dapat mengelola pengetahuan mereka, beberapa siswa selalu ingin
dituntun oleh guru dalam mengerjakan soal. Mereka hanya melakukan apa yang ditugaskan oleh guru. Jika mereka tidak bisa, mereka lebih senang
diam dan tidak mengerjakan soal tersebut. Walaupun ada beberapa siswa yang berusaha mengeksplor kemampuannya dalam mengerjakan soal tetapi
perbandingannya hanya sedikit saja. Pembelajaran di kelas kontrol, siswa tetap diberikan LKS peneliti
dengan tujuan agar perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen maupun kontrol tidak jauh berbeda, akan tetapi tidak setiap pertemuan
diberikan LKS, dan LKS tersebut dikerjakan secara individual bukan kelompok. LKS yang digunakan pada kelas kontrol adalah LKS yang dibuat
biasa tetapi tidak jauh berbeda dengan pembahasan yang ada dalam LKS
kelas eksperimen. Hal ini memungkinkan LKS yang diberikan kurang memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan representasi
matematik siswa. Pada kedua kelas memang terjadi peningkatan representasi
matematik. Namun peningkatan representasi matematik yang paling tinggi terdapat pada kelas eksperimen dengan nilai rata-rata peningkatan sebesar
0.673.
2 Kemampuan Representasi Matematik Per-Indikator
Dalam penelitian ini kemampuan representasi matematik yang diteliti mencakup tiga indikator yaitu visual, ekspresi matematik dan kata-
kata tertulis. Ditinjau dari indikator, skor persentase nilai posttest kemampuan representasi matematik pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.15 Persentase per-Indikator Nilai Akhir
Posttest Representasi Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Indikator Representasi Matematik
Siswa Kelas
Eksperimen Kelas
Kontrol
1 Visual
85,76 66,67
2 Ekspresi Matematik
60,76 50
3
Kata-kata tertulis
82,18 63,19
Skor Total 76,23
59,95
Dari tabel di atas terlihat bahwa sebesar 76,23 siswa kelas eksperimen mampu mencapai indikator kemampuan representasi matematik
yang diharapkan. Siswa yang mempunyai pemahaman berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memvisualisasikan soal relasi dan fungsi menjadi
bentuk lain seperti gambar, diagram dan sebagainya visual sebesar 85,76, kemampuan siswa dalam menentukan konsep-konsep yang tepat
untuk digunakan dalam penyelesaian ekspresi matematika sebesar 60,76, dan kemampuan menyimpulkan konsep yang telah diketahui sebagai
penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari kata-kata tertulis sebesar 82,18. Hal ini menunjukkan bahwa persentase kemampuan
representasi matematik yang paling besar pada kelas eksperimen terdapat pada indikator visual yaitu sebesar 85,76. Kemampuan ini tidak berbeda
jauh dengan kemampuan representasi matematik siswa dalam indikator kata-kata tertulis. Selisih dari kedua kemampuan tersebut adalah 3,58.
Persentase terkecil yaitu pada kemampuan ekspresi matematika sebesar 60,76. lihat lampiran 33
Sebesar 59,95 siswa kelas kontrol mampu mencapai indikator kemampuan representasi matematik yang diharapkan. Siswa yang
mempunyai pemahaman berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menerjemahkan kalimat dalam memvisualisasikan soal relasi dan fungsi
menjadi bentuk lain seperti gambar, digram dan sebagainya visual sebesar 66,67, kemampuan siswa dalam menentukan konsep-konsep yang tepat
untuk digunakan dalam penyelesaian ekspresi matematika sebesar 50, dan kemampuan siswa menyimpulkan konsep yang telah diketahui sebagai
penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari kata-kata tertulis sebesar 63,19. Hal ini sama dengan kelas eksperimen bahwa persentase
kemampuan representasi matematik yang paling besar yaitu pada indikator visual sebesar 66,67 dan yang paling kecil persentasenya pada
kemampuan siswa dalam indikator ekspresi matematika sebesar 50. lihat lampiran 33
Terlihat dari persentase rata-rata kemampuan representasi matematik kedua kelas, persentase terkecil terdapat pada indikator ekspresi
matematika. Hal ini dimungkinkan karena masih ada siswa yang hanya menghafal rumus fungsi sehingga belum mampu mengaitkan konsep rumus
fungsi dengan konsep-konsep lainnya dalam permasalahan kehidupan sehari-hari.
Hasil akhir tes kemampuan representasi matematik pada materi relasi dan fungsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat
perbedaan. Perbedaan tersebut melihatkan bahwa terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan representasi matematik pada materi relasi dan fungsi dari kedua kelas tersebut. Untuk lebih jelasnya, perbedaan tersebut
dapat kita lihat dari analisis jawaban posttest masing-masing kelas berdasarkan indikator.
3 Analisis Jawaban Siswa Berdasarkan Indikator
Berdasarkan data hasil Pretest dan posttest, perbedaan rata-rata peningkatan gain kemampuan representasi matematik antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan strategi heuristik vee lebih baik dari pada pembelajaran
matematika dengan strategi ekspositori. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dalam penelitian ini
kemampuan representasi matematik yang diteliti terdiri atas tiga indikator, yaitu visual, ekspresi matematik dan kata-kata tertulis.
Indikator 1 : Visual
Untuk melihat peningkatan representasi matematik dalam indikator visual peneliti menganalisa hasil posttest yang diberikan. Pertanyaan yang
dapat melihat bagaimana siswa mempunyai pengungkapan gagasan yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menerjemahkan soal agar dapat
menentukan hubungan antara kedua himpunan jika dua sisi lain diketahui adalah soal nomor 1, 9 dan 11.
Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai peningkatan representasi matematik siswa pada indikator visual, berikut ini akan
ditampilkan soal beserta jawaban posttest siswa eksperimen dan kelas kontrol dalam idndikator visual sebagai berikut:
Soal: Andaikan A adalah titik sudut dari
dan B adalah himpunan warna lampu lalu lintas. Buatlah tiga diagram panah untuk menunjukkan
korespodensi satu-satu dari himpunan A ke himpunan B Jawaban:
Gambar 4.3 Jawaban
Posttest nomor 11 a siswa yang benar di kelas kontrol dan b siswa yang benar di kelas eksperimen
Contoh hasil tes representasi matematik siswa di atas merupakan hasil posttest seorang siswa dikelas eksperimen dan seorang siswa dikelas
kontrol yang sama-sama mendapatkan skor maksimum soal nomor 11 pada posttest. Pada jawaban siswa kelas eksperimen pada bagian a maupun
kelas kontrol pada bagian b di atas tampak bahwa siswa sudah mampu
a
b
menerjemahkan soal kedalam bentuk gambar dengan baik, dapat memahami apa yang ditanyakan soal dan mampu mengaitkannya dengan konsep
korespodensi satu-satu dengan memahaman relasi suatu himpunan A ke himpunan B dimana korespodensi satu-satu memasangkan tepat satu
pasangan untuk kedua himpunan tersebut. Dalam penyelesaiannya dapat menggunakan konsep korespodensi satu-satu bahwa kedua himpunan harus
tepat satu-satu sesuai dengan anggota A dan anggota B yang diketahui. Secara keseluruhan jawaban pada posttest siswa kelas eksperimen
maupun kelas kontrol sudah banyak yang benar namun jika ditinjau dari hasil posttest kedua kelas, kelas eksperimen memiliki peningkatan yang
lebih besar dibanding kelas kontrol. Dari hasil posttest diperoleh bahwa peningkatan kemampuan representasi matematik dalam indikator visual
kelas eksperimen sebesar 85,76 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 66,67.
Indikator 2: Ekspresi matematik
Untuk melihat peningkatan representasi matematik dalam indikator ekspresi matematik peneliti menganalisa hasil posttest yang diberikan.
Pertanyaan yang dapat melihat bagaimana siswa mempunyai pemahaman dalam menggunakan konsep sebagai konsep yang tepat untuk digunakan
dalam menentukan suatu rumus fungsi, range fungsi, himpunan pasangan berurutan, nilai minimum, nilai perubahan fungsi, nilai fungsi suatu variabel
dan rumus bentuk fungsinya adalah soal nomor 6 dan 10. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan representasi matematik siswa
pada indikator ekspresi matematik, berikut ini akan ditampilkan soal masalah beserta jawaban posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Salah satu hasil kerja siswa adalah sebagai berikut: Soal :
Suatu fungsi ditentukan dengan rumus gx = ax+b. Jika diketahui g-2=7 dan g3=-3, tentukan :
a. Nilai a dan b
b. Bentuk fungsinya
Jawaban:
Gambar 4.4 Jawaban
Posttest nomor 10 a siswa yang salah di kelas kontrol dan b siswa yang benar di kelas eksperimen
Gambar di atas merupakan jawaban hasil posttest soal nomor 10 pada kedua kelas. Pada jawaban siswa kelas eksperimen pada bagian b
a
b
siswa sudah mampu menafsirkan soal dengan benar, siswa ini menuliskan rumus fungsinya dengan baik dan mengetahui bahwa 7 itu hasil dari g-2
dan -3 itu hasil dari g3 yang ditanyakan nilai a dan b, siswa ini mampu menerapkan aturan atau pola bahwa sebelum mencari a dan b tersebut harus
diketahui terlebih dahulu kedua persamaannya dari g-2 = 7 dan g3 = -3 tersebut dan untuk mencari a dan b dari persamaan tersebut dapat dikaitkan
dengan konsep eliminasi dan subsitusi. Dengan perhitungan yang benar siswa ini dapat menyelesaikan jawaban pertanyaan nomer 5. Sedangkan
pada jawaban siswa kelas kontrol pada bagian a siswa belum mampu dalam menjawab soal, siswa ini juga belum mampu menafsirkan soal
dengan benar, siswa ini belum mampu membuat ilustrasi suatu fungsi dengan baik dan belum memahami bahwa 7 itu hasil dari g-2 dan -3 itu
hasil dari g3 yang ditanyakan nilai a dan b, namun siswa ini mampu menerapkan aturan atau pola bahwa sebelum mencari a dan b tersebut harus
diketahui terlebih dahulu kedua persamaannya dari g-2 = 7 dan g3 = -3 tersebut namun terdapat kesalahan pada siswa kelas kontrol ini, siswa ini
mendapatkan hasil yang salah dalam menafsirkan soal dengan benar dan belum mampu membuat ilustrasi suatu fungsi dengan baik tetapi dalam
menggunakan konsep eliminasi dan subsitusi siswa kontrol sudah benar, walaupun hasil akhir yang didapat juga salah.
Ditinjau dari hasil posttest diperoleh bahwa peningkatan kemampuan representasi matematik materi relasi dan fungsi dalam indikator penafsiran
kelas eksperimen sebesar 60,76 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 50.
Indikator 3: Kata-kata tertulis
Untuk melihat peningkatan representasi matematik dalam indikator kata-kata tertulis peneliti menganalisa hasil posttest yang diberikan.
Pertanyaan atau soal yang dapat melihat bagaimana siswa mempunyai pemahaman bahwa konsep relasi dan fungsi merupakan konsep yang dapat
digunakan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari dengan menerapkannya dalam memberikan alasan matematik
adalah soal nomor 3 dan 8. Sebagai gambaran umum hasil penelitian mengenai kemampuan representasi matematik materi relasi dan fungsi siswa
pada indikator kata-kata tertulis, berikut ini akan ditampilkan soal masalah beserta jawaban posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Salah
satu hasil kerja siswa adalah sebagai berikut: Soal :
Relasi- relasi ini menunjukkan relasi “menyukai warna” dari himpunan P
= {Bastian, Iqbal, Kiki, Aldi} ke himpunan Q = {Putih, Hitam, Biru, Coklat} dinyatakan dalam himpunan pasangan berurutan berikut :
l. {Bastian, Putih, Iqbal, Hitam, Kiki, Biru, Aldi, Coklat} ll. {Iqbal, Hitam, Kiki, Coklat, Aldi, Coklat, Bastian, Biru}
lll. {Morgan, Putih, Kiki, Hitam, Iqbal, Biru, Bastian, Coklat} lV. {Kiki, hitam, Iqbal, Biru, Bastian, Putih, Iqbal, Coklat}
Keempat relasi tersebut, manakah yang merupakan korespodensi satu- satu? Jelaskan jawabanmu
Jawaban :
a
Gambar 4.5 Jawaban
Posttest nomor 3 a siswa yang benar di kelas kontrol dan b siswa yang salah di kelas eksperimen
Gambar di atas merupakan jawaban hasil posttest soal nomor 3 pada kedua kelas. Pada jawaban siswa kelas kontrol pada bagian a siswa sudah
mampu mengeksplorasi kemampuan representasinya dalam menjawab soal dengan benar, siswa mengetahui bahwa relasi itu hubungan. Dengan melihat
gambar diagram panah tersebut siswa dapat melihat bahwa tanda panah merupakan hubungan yang menyatakan kedua himpunan sehingga siswa
mengaitkan konsep relasi untuk mendapatkan hasilnya. Setelah dipahami barulah siswa membuat relasi dengan memperhatikan pernyataan dalam soal
b
yang terdapat himpunan pasangan berurutan tersebut. Sedangkan pada jawaban siswa kelas eksperimen pada bagian b walaupun siswa ini sudah
mempunyai pemahaman bahwa relasi hubungan, tetapi siswa ini salah dalam menafsirkan soal, salah dalam mengelompokkan anggota
himpunannya masing-masing dan untuk mencari relasi korespodensi satu- satu dapat menggunakan konsep relasi tetapi siswa ini lupa akan konsep
korespodensi yang dimana kedua himpunan harus tepat satu pasangan. Jika ditinjau dari hasil posttest diperoleh bahwa peningkatan kemampuan
representasi matematik dalam indikator kata-kata tertulis kelas eksperimen sebesar 82,18 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 63,19.
Berdasarkan uraian
di atas
terlihat bahwa
pembelajaran menggunakan strategi heuristik vee. yang diterapkan dalam proses
pembelajaran dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap kemampuan representasi matematik siswa. Siswa yang diajar dengan menggunakan
strategi heuristik vee memiliki peningkatan kemampuan representasi matematik yang lebih baik dibandingkan siswa yang diajar dengan strategi
ekspositori.
2. Proses Pembelajaran di Kelas
Kegiatan pembelajaran dengan strategi ekspositori berpusat pada guru teacher centered. Siswa hanya datang, duduk, dengar, catat dan hafal
di kelas sehingga pembelajaran berlangsung secara monoton dan kurang mengaktifkan siswa. Selain itu dalam pembelajaran dengan strategi
ekspositori guru hanya menitikberatkan pada soal-soal drill atau soal-soal rutin saja sehingga tidak banyak siswa yang paham akan konsep yang
diberikan. Sebagai bukti ketika siswa diberi soal yang berkaitan dengan representasi matematik. Beberapa siswa yang tidak bisa ketika disuruh
memberikan alasan terhadap jawaban yang mereka peroleh, masih banyak siswa yang kebingungan. Hal ini dikarenakan siswa hanya terbiasa
menghafal soal dan penyelesaiannya saja sehingga siswa belum mampu memberikan dugaan atas penyelesaian suatu masalah, siswa belum mampu
untuk menarik kesimpulan dari beberapa fakta yang dibuat, serta siswa belum mampu mengaitkan konsep yang tepat terhadap suatu masalah.
Pada penelitian ini diketahui bahwa perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan representasi matematik siswa antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol menunjukkan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi heuristik vee lebih baik dari pada pembelajaran dengan strategi
ekspositori yang diterapkan di sekolah. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dudy Maulana tentang pengaruh
pembelajaran matematika dengan strategi heuristik vee terhadap peningkatan kemampuan representasi matematik siswa SMA. Hasil
penelitian menyatakan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi heuristik vee secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan
representasi matematik siswa SMA dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori. Sikap siswa terhadap
strategi pembelajaran heuristik vee dalam meningkatkan kemampuan representasi matematik adalah positif. Untuk menerapkan strategi heuristik
vee pada kelas eksperimen, pembelajaran memanfaatkan LKS yang terdiri dari tahap orientasi, pengungkapan gagasan siswa, pengungkapan
permasalahan, pengkonstruksian dan evaluasi. Berikut adalah gambaran saat kegiatan inti pembelajaran dengan menggunakan strategi heuristik vee
dikelas eksperimen : a.
Sebelum siswa diberikan pengarahan oleh guru pembelajaran
menggunakan strategi heuristik vee dengan paparan power point, selalu dilakukan
apersepsi yang
di dalamnya
disampaikan tujuan
pembelajaran, mengingatkan materi pra-syarat, dan memotivasi tentang materi yang akan dipelajari.
b. Lalu
tahap orientasi siswa diberikan pengarahan oleh guru pembelajaran menggunakan strategi heuristik vee dengan paparan
power point. Tahap awal pembelajaran ini dimulai dengan mengaitkan konsep yang akan dipelajari baik dengan kehidupan sehari-hari ataupun
dengan pembelajaran sebelumnya. Pembelajaran tersebut dapat terlihat pada gambar 4.8 Berikut ini:
Gambar 4.6 Siswa memperhatikan guru sedang menjelaskan point-point
penting
c. Pada tahap orientasi siswa sudah mendapatkan pengetahuan awal,
kemudian siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil, yang beranggotakan 4-5 orang. Siswa dibagikan satu lembar kerja siswa serta
selembar summary in heuristik vee. Sebagian besar siswa dalam kelas eksperimen sangat antusias, di awal pembelajaran memang suasana
kelas agak sedikit berisik hal ini dikarenakan baru pertama kalinya mereka melakukan pembelajaran matematika menggunakan alat bantu
power point, lks, summary in heuristik vee dan secara berkelompok.
d. Selanjutnya, Tahap pengungkapan gagasan siswa memfasilitasi siswa
untuk menuangkan ide dan gagasannya pada LKS dengan cara berdiskusi kelompok, yang dimana LKS tersebut pada bagian thinking
siswa diberikan waktu untuk mengisi sesuai dengan pengetahuan yang sudah mereka dapatkan pada tahap orientasi, inilah yang menstimulus
siswa untuk melatih membuat berbagai macam bentuk representasi. e.
Tahap pengungkapan permasalahan pada LKS berisi problem dan doing mengenai suatu masalah yang dapat dijawab berdasarkan pembelajaran
yang sudah dipelajari sebelumnya. Siswa dituntut untuk mengingat kembali pengetahuannya yang sudah didapatkan pada tahap
pengungkapan gagasan, dan mengidentifikasi informasi yang terdapat dalam soal, yang selanjutnya dikomunikasikan dalam bentuk model
matematikanya dan
diselesaikan sesuai
pertanyaan. Siswa
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan pernyataan dalam bentuk model matematikanya dengan mengerjakan tahap tersebut . Pada
langkah ini, siswa mempresentasikan hasil dari hipotesisnya dan pen- generalisasiannya. Dalam proses ini siswa antar kelompok bisa bertukar
informasi, sehingga antar kelompok saling melengkapi informasi kelompok lainnya. Guru sebagai pengatur jalannya diskusi, serta
membimbing siswa membuat kesimpulan sementara. f.
Setelah melaksanakan tahap orientasi, tahap pengungkapan gagasan siswa
dan tahap
pengungkapan permasalahan.
Pada tahap
pengkonstruksian pengetahuan baru siswa kembali bekerja secara kelompok untuk mengkonstruksi gagasan baru dari hasil kesimpulan
sementara. Pada langkah ini siswa diminta untuk membuat rangkuman dalam bentuk vee yang berkaitan dengan hasil kesimpulan sementara.
Langkah ini dilakukan untuk membuktikan hasil kesimpulan sementara dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah matematika. Untuk
membuktikan hasil pengerjaan pada tahap pengungkapan gagasan siswa dengan problem dan doing. Biasanya tahap ini dari pertanyaan,
“mengapa?” atau berikan alasannya dan pada akhir tahap ini siswa