Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
kongkrit tidak diperlukan lagi. Pada tahap selanjutnya, saat kemampuan dan kesiapan siswa dalam mempelajari matematika telah berada pada tingkat tertentu,
siswa dapat menggunakan representasi matematik yang lain seperti: grafik, simbol, atau tabel.
Representasi matematik
adalah kemampuan
siswa untuk
mengkomunikasikan idegagasan matematika yang dipelajari dengan cara tertentu menurut dirinya sendiri. Representasi matematik yang sering digunakan antara
lain: gambar atau sajian benda konkrit, simbol, teks tertulis, grafik, tabel, ataupun kombinasi dari semuanya. Lebih jauh lagi, kemampuan representasi matematik
bukanlah sekedar membuat suatu gambar, suatu diagram, tabel atau grafik dari suatu masalah tetapi jenis dari representasi matematik yang dipilih untuk
menggambarkan suatu masalah dan hubungannya dengan komponen-komponen yang terdapat dalam masalah adalah sangat penting. Representasi matematik
dikatakan efektif, baik secara tertulis atau dalam suatu imajinasi jika menunjukkan hubungan diantara bagian-bagian dalam masalah.
Aspek kemampuan representasi matematik begitu penting dan tercantum dalam standar proses dalam kurikulum 2006 yang harus dicapai oleh siswa
melalui pembelajaran matematika. Namun pada kenyataannya kompetensi ini tidak mudah dicapai. Dalam proses pembelajaran matematika mungkin guru
hanya menyampaikan representasi matematik sebagai pelengkap materi yang diajarkan. Hal ini tidak dilatihkan kepada siswa. Akibatnya kemampuan
representasi matematik tidak dimanfaatkan dan tidak berkembang secara optimal. Padahal kemampuan representasi matematik diperlukan dalam peningkatan
pemahaman konsep. Jika siswa aktif dan terlibat dalam mempelajari konsep yang dilakukan
dengan jalan memperlihatkan representasi konsep matematik tersebut, maka anak akan lebih memahaminya. Apabila dalam proses perumusan dan penyusunan ide-
ide tersebut anak disertai dengan bantuan benda-benda kongkret, maka mereka
akan lebih mudah mengingat ide-ide yang dipelajarinya. Siswa akan lebih mudah menerapkan ide dalam situasi riil secara tepat.
6
Namun demikian dalam pembelajaran matematika selama ini siswa tidak pernah atau jarang diberikan kesempatan untuk menghadirkan
representasi matematiknya sendiri. Siswa cenderung meniru langkah guru dalam menyelesaikan masalah. Akibatnya, kemampuan representasi matematik
siswa tidak berkembang. Padahal representasi matematik sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika, baik bagi siswa maupun bagi guru. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan pengetahuan guru tentang representasi matematik dan peranannya dalam pembelajaran matematika.
Guru perlu meningkatkan kemampuan representasi matematik siswa dengan prinsip proses penemuan kembali dengan konsep matematisasi horizontal
dan vertikal. Konsep matematisasi horizontal seperti pengidentifikasian, pemvisualisasian masalah melalui sketsa atau gambar-gambar telah dikenal siswa
melalui berbagai cara. Konsep matematisasi vertikal seperti : representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematika,
penggunaan model-model yang berbeda dan penggeneralisasian. Dengan demikian, guru telah membantu siswa untuk memperoleh pemahaman atau
ingatan jangka panjang. Neria Amit mengemukakan sebagaimana dinyatakan Brenner bahwa
proses pemecahan masalah yang sukses bergantung kepada keterampilan merepresentasi masalah seperti mengkonstruksi dan menggunakan representasi
matematik di dalam kata-kata, grafik, tabel, dan persamaan-persamaan, penyelesaian dan manipulasi simbol.
7
Penelitian Trends in International Mathematics and Science Study TIMSS menunjukkan bahwa peringkat matematik siswa SMP kelas VIII
Indonesia, peringkat Indonesia turun 2 peringkat menjadi urutan 38 dari 48 negara dengan skor rata-rata 386. Skor rata-rata tersebut termasuk kedalam
6
Erman Suherman,dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung : JICA-UPI, 2001, h. 46
7
Kartini, Peranan Representasi dalam Pembelajaran Matematika, Prosiding Seminas Uny, FMIPA: UNY, 2009, h. 362.
kategori rendah, masih jauh dari kategori sedang yang memerlukan skor 500. Objek penelitian TIMSS adalah siswa kelas IV dan kelas VIII. Indonesia
hanya mengikuti untuk kelas VIII saja. Dimana ada dua aspek yang dinilai yaitu, aspek materi dan aspek kognitif.
Aspek materi untuk kelas VIII adalah data dan peluang, bilangan, aljabar, dan geometri. Sedangkan aspek kognitif untuk kelas VIII adalah
knowing, applying, dan reasoning. Terdapat Kemungkinan bahwa kemampuan utama yang dinilai pada tiap aspek kognitif mencakup kemampuan
representasi matematik didalamnya. Pada kenyataannya, skor rata-rata siswa Indonesia adalah 386. Dengan skor rata-rata ini, siswa Indonesia kelas VIII
termasuk ke dalam kategori rendah.
8
Diduga bahwa kemampuan representasi matematik siswa Indonesia kelas VIII masih rendah. Karena kemampuan
representasi matematik yang masih rendah, maka dalam pembelajaran matematika di kelas, kemampuan representasi matematik merupakan salah satu
kemampuan yang harus ditingkatkan. Dilain pihak ketika peneliti melakukan observasi di kelas VIII SMPN
178 Jakarta, ditemukan bahwa guru masih menerapkan pembelajaran menggunakan strategi ekspositori yang lebih mengunakan media papan tulis
sebagai sarananya dan pembelajaranya. Hal ini jelas menjadi kendala bagi siswa dalam belajar matematika mengenai relasi dan fungsi. Media papan tulis memiliki
keterbatasan dalam menunjukan gambar diagram panah, digram cartesius, tabel dan sebagainya. Papan tulis hanya mampu menampilkan gambar seperlunya.
Sehingga siswa harus menggunakan daya imajinasinya untuk memahami materi yang berkaitan dengan relasi dan fungsi. Cukup banyak materi matematika yang
berkaitan dengan relasi dan fungsi salah satunya adalah menyatakan suatu soal berbentuk diagram panah ke bentuk diagram cartesius, pada penyelesaian soal-
soal fungsi yang sebagian dari siswa masih mempunyai pemahaman yang rendah terhadap mengungkapkan gagasan dari salah satu bentuk ke dalam bentuk yang
8
TIMSS, TIMSS 2011 international Result in mathematics, Boston College Chessnut Hill, 2011, h. 38.
lainnya. Penyampaian materi yang sering dilakukan guru berupa ceramah dan bersifat verbal menyulitkan siswa memahami konsep relasi dan fungsi .
Bicara tentang relasi dan fungsi, dari wawancara peneliti dengan guru pengampu pelajaran matematika di SMPN 178 Jakarta diketahui bahwa ternyata
kebanyakan siswa sulit untuk merepresentasikan konsep satu ke konsep yang lain dalam materi relasi fungsi. Hal ini dikarenakan siswa masih sulit untuk
memahami relasi. Padahal konsep relasi merupakan dasar dalam pembelajaran fungsi, maka siswa akan kesulitan untuk memahami materi selanjutnya.
Keadaan ini mendorong peneliti untuk melakukan uji coba dengan membandingkan keefektifan strategi heuristik vee yang peneliti buat sendiri
dengan strategi ekspositori dalam sub-pokok bahasan relasi dan fungsi. Perbandingan ini bertujuan untuk mengetahui persamaan tidak ada peningkatan
atau tidak ada pengaruh dan perbedaan ada peningkatan atau pengaruh terhadap representasi matematik siswa tentang konsep relasi dan fungsi.
Alasan pemilihan materi ini karena berdasarkan dari pengalaman mengajar penulis diketahui bahwa ada beberapa letak kesulitan siswa dalam
merepresentasi konsep relasi dan fungsi , yaitu 1 siswa bingung membedakan relasi, fungsi, korespodensi satu-satu apabila ada sebuah soal 2 siswa kurang
memahami relasi karena selama ini mereka hanya menghafal teori saja, dengan menggunakan
strategi heuristik
vee diharapkan
siswa paham
akan merepresentasikan relasi dan fungsi sehingga memudahkan siswa dalam
penggunaannya dan 3 siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam membuat berbagai macam bentuk representasi, kebanyakan siswa mengahafal teori atau
penjelasan tentang relasi dan fungsi tetapi jika bertemu dengan beberapa soal mereka mengalami kesulitan, dengan pembelajaran menggunakan strategi
heuristik vee dapat membantu memvisualisasikan gambar digram panah ke diagram cartesius, atau sebaliknya diagram cartesius ke diagram panah dan lain
sebagainya sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami relasi dan fungsi.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu ada usaha dalam meningkatkan kemampuan representasi matematik siswa. Terdapat begitu banyak strategi yang
telah dirumuskan oleh para ahli untuk membantu proses belajar mengajar matematik demi tercapainya tujuan dalam meningkatkan kemampuan representasi
matematik siswa. Salah satu strategi pembelajaran yang dipandang dapat dikembangkan untuk memfasilitasi kemampuan representasi matematik siswa
adalah strategi heuristik vee. Strategi heuristik vee merupakan suatu strategi pembelajaran yang
membantu siswa mengintegrasikan konsep-konsep yang telah diketahui sebelumnya. Diawal prosesnya, siswa diminta untuk berpikir mengenai suatu
materi thinking, kemudian akan diberikan masalah problem yang harus dipecahkan dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya,
masalah tersebut diselesaikan dalam proses yang dinamakan doing, melalui proses doing siswa memperoleh catatan record dari masalah yang diamati dan
memperoleh fakta berdasarkan teori yang telah dipelajari sebelumnya, kemudian siswa memperoleh data yang direpresentasikan melalui tabel, diagram, ataupun
grafik. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk membangun pengetahuan melalui
penyelidikan, guru bertugas sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa saat proses penyelidikan. Heuristik vee menekankan pada
pembelajaran bermakna karena memiliki keterpaduan konseptual dan metodologi. Perubahan konseptual yaitu perubahan dari teori, prinsip dan konsep menuju
catatan, transformasi, dan klaim pengetahuan yang dihubungkan oleh kejadian. Strategi ini membantu siswa membangun kemampuan representasi matematik.
Selain membenahi peningkatan kemampuan representasi matematik siswa, aktivitas dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika merupakan
salah satu hal yang penting untuk diamati. Aktivitas dan tanggapan siswa dapat mewujudkan siswa yang aktif, karena dapat mendorong siswa untuk
mengembangkan rasa percaya diri. Oleh karena itu, aktivitas dan tanggapan siswa sangat menentukkan keberhasilan maupun pengalaman siswa dalam mempelajari
matematika. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti
terdorong untuk
melakukan penelitian
dengan judul
“Pembelajaran
Menggunakan Strategi Heuristik Vee Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematik Siswa ”.