1. Harga Pupuk Diprediksi Naik 20-25 http:old.indonesiafinancetoday.comread1904Harga- Pupuk-Diprediksi-Naik-20-25
[diakses tanggal 12 Januari 2013 pukul 15:56]
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat mulai memberi perhatian lebih besar pada kualitas makanan termasuk sayuran yang mereka konsumsi, mereka menghendaki adanya
produk sayuran yang sehat, aman dikonsumsi dan mutunya baik. Pola ini didukung dengan menguatnya kesadaran peduli lingkungan dan gaya hidup sehat
masyarakat, sehingga memunculkan konsumen yang bersedia membayar lebih mahal untuk produk pangan yang sehat, aman dan ramah lingkungan. Tidak
hanya itu, p romosi gaya hidup sehat “back to nature” telah menjadi
kecenderungan baru yang meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia.
Berkaitan dengan semakin berkembangnya produk pangan organik, Badan Standarisasi Nasional mengesahkan Standar Nasional Indonesia tentang Sistem
Pangan Organik yang telah tersusun dalam SNI 01-6729-2002 dan berisi panduan tentang cara-cara budidaya pangan organik. Sistem pertanian organik adalah
”kegiatan usaha tani secara menyeluruh sejak proses produksi sampai proses pengolahan hasil pascapanen yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola
secara alami tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika, sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi.” Jika dilihat manfaatnya,
pengembangan pertanian organik sudah selayaknya diupayakan, karena dapat menjadi solusi bagi petani untuk mendapatkan sarana produksi pertanian dengan
memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia dan melestarikan praktik-praktik kearifan lokal.
Melihat peluang tersebut, untuk meningkatkan pendapatannya, Petani sayuran anorganik bisa merubah sistem pertaniannya yang anorganik menjadi
organik, hal ini dikarenakan harga jual sayuran organik dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran anorganik. Selain itu, Kenaikan harga pupuk kimia
merupakan kendala lain yang dihadapi petani anorganik, Ketua Asosiasi Niaga Pupuk Indonesia, Johan Unggul menyampaikan bahwa harga jual pupuk
diprediksikan akan naik rata-rata 20-25 tahun ini, hal ini dikarenakan adanya penerapan bea masuk bahan baku pupuk yang ditetapkan naik hingga 5
1
.
2
Untuk merubah sistem pertanian sayuran anorganik menjadi sayuran organik bukan hal yang mudah untuk petani. Mereka terlebih dahulu harus
mendapatkan informasi pertanian yang relevan untuk mengembangkan usahataninya dan mereka juga harus mampu memasarkan produk yang mereka
hasilkan. Memperoleh informasi pertanian yang tepat dan mengetahui pasar yang bersedia untuk menerima produk mereka akan sulit jika dilakukan secara
individu. Namun kendala ini dapat diatasi dengan bergabung dalam suatu organisasi yang bisa mewadahi para petani untuk saling tukar informasi dan
memasarkan produk yang mereka hasilkan, salah satunya adalah koperasi. Pasal 33 ayat 1 UUD 1945 menjelaskan bahwa perekonomian koperasi
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, sehingga yang diutamakan adalah kemakmuran bersama bukan kemakmuran perseorangan.
Dengan mengembangkan koperasi, berarti akan terjadi peningkatan kemakmuran keseluruhan secara merata Permana, 2011.
Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Pasal 4 menjelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi adalah :
1 Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. 2 Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat. 3 Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya. 4 Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Melihat fungsi serta peran dari koperasi, kemungkinan tujuan petani sayuran organik untuk memperoleh informasi tentang teknik usahatani dengan
sistem organik dan pemasaran produk organik mereka akan lebih mudah dilakukan. Namun, untuk mendirikan suatu koperasi yang kuat tidak bisa hanya
dengan membicarakan fungsi dan peran dari koperasi, tetapi perlu juga adanya dukungan dan perhatian pemerintah serta keinginan masyarakatnya sendiri yang
3
dalam hal ini petani untuk ikut bergabung dengan koperasi. Penilaian akan hal ini dapat diketahui dengan melihat data perkembangan koperasi di Indonesia. Pada
tahun 2008 sampai tahun 2011, pertumbuhan koperasi terus mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah koperasi, jumlah
koperasi yang aktif, jumlah anggota, kebutuhan tenaga kerja, Rapat Anggota Tahunan RAT dan Sisa Hasil Usaha SHU. Selengkapnya peningkatan
perkembangan koperasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1
. Perkembangan Koperasi di Indonesia Tahun 2008-2011 No
Uraian Satuan
Tahun 2008
2009 2010
2011
1 Jumlah
Koperasi Unit
149.793 170.411
177.482 188.181
Aktif Unit
104.999 120.473
124.855 133.666
Tidak Aktif
Unit 47.794
49.938 52.627
54.515 2
Anggota Orang
29.431.624 29.240.271 30.461.121 30.849.913 3
Karyawan Orang 322.592
326.161 326.718
342.896 4
Manager Orang
32.254 32.169
32.050 34.342
5 SHU
RpJuta 5.092.456
5.303.813 5.622.164
6.336.480 6
RAT Unit
47.862 58.534
55.818 58.004
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 2012
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tahun 2008 hingga 2011 SHU yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan koperasi mampu mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 12.7 persen dan jumlah anggota koperasi juga ikut mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4.8 persen, hal ini membuktikan bahwa
masih adanya minat masyarakat untuk bergabung dengan koperasi. Pemerintah juga masih memberikan perhatian untuk terus mengembangkan koperasi, dimana
hal ini bisa dilihat dari jumlah koperasi yang terus meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata peningkatan sebesar 8.0 persen. Kemudian peningkatan yang
terjadi pada RAT dan jumlah koperasi yang aktif mengindikasikan bahwasanya koperasi secara nasional mampu melaksanakan fungsinya manajemennya dengan
baik, sehingga organisasi ini mampu bertahan menghadapi persaingan dengan organisasi-organisasi lain.
4
Perkembangan koperasi yang positif secara nasional ternyata tidak merata terjadi pada seluruh daerah di Indonesia, Propinsi Jawa Barat contohnya.
Pertumbuhan koperasi di Propinsi ini justru cenderung memperlihatkan hasil yang kurang baik, penilaian ini berdasarkan pada jumlah koperasi yang aktif dan RAT
yang dilakukan oleh koperasi. Data pada Tabel 2 akan memperlihatkan pertumbuhan koperasi yang ada di propinsi Jawa Barat.
Tabel 2.
Pertumbuhan Koperasi di Jawa Barat Tahun 2008-2011 No
Uraian Satuan
Tahun 2008
2009 2010
2011
1 Jumlah
Koperasi Unit
21.272 22.664
22.664 23.091
Aktif Unit
14.659 7.893
7.893 8.235
Tidak Aktif
Unit 6.613
14.771 14.771
14.856 2
Anggota Orang
4.251.889 4.543.760
4.543.760 4,908,954
3 Karyawan Orang
38.548 49.641
49.641 49.641
4 Manager
Orang 2.417
2.697 2.697
2.878 5
SHU RpJuta
383.343 971.372
971.372 1,076,371
6 RAT
Unit 5.489
5.104 5.104
4,995
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 2012
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tahun 2008 hingga 2011 SHU yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan koperasi mampu mengalami
peningkatan sebesar 20.02 persen dan jumlah anggota koperasi juga ikut mengalami peningkatan rata-rata sebesar 4.62 persen, hal ini membuktikan bahwa
masih adanya minat yang besar dari masyarakat Jawa Barat untuk bergabung dengan koperasi. Pemerintah Daerah Jawa Barat juga masih memberikan
perhatian untuk terus mengembangkan koperasi, dimana hal ini bisa dilihat dari jumlah koperasi yang terus meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata
peningkatan sebesar 2.66 persen. Namun peningkatan jumlah koperasi dan SHU yang terjadi ternyata tidak sejalan dengan pertumbuhan jumlah koperasi yang
aktif, data menunjukkan bahwa jumlah koperasi yang aktif di Jawa Barat cenderung mengalami penurunan rata-rata sebesar 14.0 persen. Semakin
berkurangnya jumlah koperasi yang aktif di Jawa Barat memunculkan dugaan
5
bahwa kurangnya kemampuan manajemen srategis dari koperasi, membuat koperasi tidak mampu bersaing dengan badan usaha lainnya.
Berdasarkan fungsi
dan peran
dari koperasi
serta prospek
perkembangannya yang masih terus positif, koperasi dapat menjadi suatu perwujudan organisasi yang benar-benar membantu mengatasi permasalahan
yang dihadapi petani sayuran organik. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah harus terus memberikan perhatiannya untuk terus mengembangkan
koperasi, semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya berkoperasi dan kemampuan dari koperasi untuk terus berkembang dengan
menerapkan manajemen pelayanan yang baik, SDM yang berkualitas dan kemampuan merumuskan strategi pengembangan.
Salah satu koperasi yang terdapat di Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor serta memiliki unit usaha pemasaran sayuran organik
adalah Koperasi Serba Usaha KSU Lestari. Sebagian besar anggota koperasi ini adalah petani sayuran organik, latar belakang terbentuknya koperasi ini
didasarkan pada kebutuhan informasi petani mengenai teknik budidaya sayuran organik, sehingga dengan bantuan sebuah organisasi yang bernama ELSPPAT,
dibentuklah KSU lestari sebagai basis informasi teknik budidaya sayuran organik dan sebagai wadah dari pemasaran produk-produk sayuran organik yang
dihasilkan oleh anggotanya.
1.2. Perumusan Masalah