Kandungan Gula Pereduksi Caulerpa racemosa, Sargassum

46 Nilai kandungan gula pereduksi Caulerpa racemosa pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 1 vv sebesar 0,12 gr gula pereduksigr bahan, konsentrasi asam sulfat 2 vv sebesar 0,58 gr gula pereduksigr bahan, dan konsentrasi asam sulfat 3 vv sebesar 0,81 gr gula pereduksigr bahan. Nilai kandungan gula pereduksi tertinggi Caulerpa racemosa pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 3 vv sebesar 0,81 gr gula pereduksigr bahan, sedangkan terendah pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 1 vv sebesar 0,12 gr gula pereduksigr bahan. Shanmugam et al. 2001 menyatakan bahwa nilai gula pereduksi Caulerpa racemosa yang diambil dari perairan India pada proses hidrolisis konsentrasi asam klorida HCl 1 N dengan suhu 110 ˚C dan tekanan sebesar 1 atm selama 2 jam memiliki kandungan gula pereduksi sebesar 6,2 mggr. Chakraborty dan Bhattacharya 2012 menambahkan Caulerpa racemosa yang diambil dari perairan India memiliki nilai kandungan gula pereduksi sebesar 3 mggr. Umumnya senyawa monosakarida yang terdapat pada genus Caulerpa sp berupa glukosa, galaktosa, manosa, dan xylosa Shevchenko et al., 2009. Uji keragaman menunjukan hubungan antara peningkatan konsentrasi asam sulfat terhadap nilai kandungan gula pereduksi Caulerpa racemosa pada selang kepercayaan 0,05 memberi pengaruh berbeda nyata Lampiran 3. Nilai kandungan gula pereduksi Sargassum crassifolium pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 1 vv sebesar 0,17 gr gula pereduksigr bahan, konsentrasi asam sulfat 2 vv sebesar 0,35 gr gula pereduksigr bahan, dan konsentrasi asam sulfat 3 vv sebesar 0,64 gr gula pereduksigr bahan. 47 Nilai kandungan gula pereduksi tertinggi Sargassum crassifolium pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 3 vv sebesar 0,64 gr gula pereduksigr bahan, sedangkan nilai terendah pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 1 vv sebesar 0,17 gr gula pereduksigr bahan. Setyaningsih et al. 2011 mengatakan bahwa nilai kandungan gula pereduksi Sargassum sp yang diambil dari perairan Teluk Lampung pada proses hidrolisis dengan suhu 120 ˚C dan tekanan 1 atm selama 45 menit menggunakan konsentrasi asam sulfat 1 vv sebesar 0,07 gr gula pereduksigr bahan, konsentrasi asam sulfat 2 vv sebesar 0,16 gr gula pereduksigr bahan, dan konsentrasi asam sulfat 3 vv sebesar 0,21 gr gula pereduksigr bahan. Prahasta 2010 menambahkan nilai kandungan gula pereduksi Sargassum sp pada hidrolis dengan suhu 121 ˚C dan tekanan 1 atm selama 10 menit menggunakan konsentrasi asam sulfat 2 vv sebesar 0,224 glt lebih tinggi dibandingkan konsentrasi asam sulfat 1 vv sebesar 0,079 glt. Senyawa monosakarida yang terdapat pada Sargassum sp berupa guloksa dan manosa Ulfana,2010. Chakraborty dan Bhattacharya 2012 menambahkan Sargassum polycustum yang diambil dari perairan India memiliki nilai kandungan gula pereduksi sebesar 3,9 mggr. Yunizal 2004 menambahkan monosakarida yang umum terdapat pada alga cokelat berupa L-arabinosa, D-xilosa, L-glukosa, D-galaktosa, dan D-gulunorat. Uji keragaman hubungan antara peningkatan konsentrasi asam sulfat terhadap nilai kandungan gula pereduksi Sargassum crassifolium pada selang kepercayaan 0,05 memberi pengaruh berbeda nyata Lampiran 4. 48 Nilai kandungan gula pereduksi Gracilaria salicornia pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 1 vv sebesar 0,65 gr gula pereduksigr bahan, konsentrasi asam sulfat 2 vv sebesar 0,81 gr gula pereduksigr bahan, dan konsentrasi asam sulfat 3 vv sebesar 0,96 gr gula pereduksigr bahan. Nilai kandungan gula pereduksi tertinggi Gracilaria salicornia pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 3 vv sebesar 0,96 gr gula pereduksigr bahan, sedangkan terendah pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 1 vv sebesar 0,65 gr gula pereduksigr bahan. Prahastha 2010 mengatakan bahwa nilai kandungan gula pereduksi limbah Gracilaria salicornia pada hidrolisis dengan suhu 121 ˚C dan tekanan 1 atm selama 20 menit menggunakan konsentrasi asam sulfat 2 vv sebesar 0,064 glt lebih tinggi dibandingkan konsentrasi asam sulfat 1 vv sebesar 0,060 glt. Chakraborty dan Bhattacharya 2012 menambahkan Gracilaria verrucosa yang diambil dari perairan India memiliki nilai kandungan gula pereduksi sebesar 6,4 mggr. Ulfana 2010 menambahkan senyawa monosakasrida yang terdapat pada Gracilaria salicornia berupa glukosa dan galaktosa. Umumnya senyawa monosakarida yang terdapat pada alga merah berupa glukosa, galaktosa, xylosa, manosa, rhamosa, dan arabinosa Wi et al., 2009. Uji keragaman hubungan antara peningkatan konsentrasi asam sulfat terhadap nilai kandungan gula pereduksi Gracilaria salicornia pada selang kepercayaan 0,05 memberi pengaruh berbeda nyata Lampiran 5. Kandungan gula pereduksi ketiga jenis spesies rumput laut meningkat seiring bertambahnya konsentrasi asam pada proses hidrolisis dari konsentrasi asam 1 vv sampai 3 vv. Nilai kandungan gula pereduksi tertinggi ketiga 49 jenis spesies rumput laut pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 3 vv, sedangkan nilai kandungan gula pereduksi terendah pada konsentrasi asam sulfat 1 vv. Setyaningsih et al. 2011 mengatakan kandungan gula pereduksi tertinggi pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 3 vv pada Sargassum sp sebesar 0,21 gr gula pereduksigr bahan dan limbah agar Gracilaria sp sebesar 0,04 gr gula pereduksigr bahan, sedangkan terendah pada hidrolisis konsentrasi asam sulfat 1 vv untuk Sargassum sp sebesar 0,07 gr gula pereduksigr bahan dan limbah agar Gracilaria sp sebesar 0,02 gr gula pereduksigr bahan dengan suhu 121 ˚C dan tekanan 1 atm selama 45 menit pada konsentrasi asam sulfat 1 vv sampai 3 vv. Mussato dan Roberto 2004 menambahkan bahwa hidrolisis bahan yang mengandung lignoselulosa mencapai kondisi optimal menggunakan konsentrasi asam 2 vv sampai 5 vv. Umumnya optimal hidrolisis pada rumput laut dengan konsentrasi asam 3 vv pada suhu 120 ˚C selama 45 menit Jang et al., 2012. Cleanments dan Beek 1985 menambahkan faktor yang mempengaruhi hidrolisis asam bahan yang mengandung selulosa antara lain adalah konsentrasi asam, waktu hidrolisis, dan konsentrasi padatan. Semakin tinggi konsentrasi asam maka semakin banyak ion H + yang terbentuk sehingga reaksi hidrolisis untuk memecah senyawa polisakarida menjadi monosakarida semakin besar. Gracilaria salicornia memiliki nilai kandungan gula pereduksi tertinggi pada tiap konsentrasi asam sulfat, sedangkan Sargassum crassifolium memiliki nilai kandungan gula pereduksi terendah pada tiap konsentrasi asam sulfat. Ulfana 2010 mengatakan bahwa Gracilaria salicornia yang diambil dari perairan Banten pada hidrolisis dengan suhu 121 ˚C dan tekanan 1 atm selama 10 menit 50 menggunakan konsentrasi asam sulfat 1 vv memiliki gula pereduksi sebesar 6895,74 ppm dan konsentrasi asam sulfat 2 vv sebesar 947,87 ppm lebih tinggi dibandingkan Sargassum sp yang memiliki nilai kandungan gula pereduksi pada konsentrasi asam 1 vv sebesar 671,80 ppm dan konsentrasi asam 2 vv sebesar 302,12 ppm. Chakraborty dan Bhattacharya 2012 menambahkan Gracilaria verrucosa yang diambil dari perairan India memiliki kandungan gula pereduksi sebesar 6,4 mggr lebih tinggi dibandingkan Sargassum polycustum yang memiliki kandungan gula pereduksi sebesar 3,9 mggr dan Caulerpa racemosa yang memiliki kandungan gula pereduksi sebesar 3 mggr. Uji keragaman menunjukan hubungan antara nilai kandungan gula pereduksi pada tiap konsentrasi asam sulfat terhadap ketiga kelompok rumput laut pada selang kepercayaan 0,05 memberi pengaruh berbeda nyata Lampiran 6. Gracilaria salicornia memiliki nilai kandungan gula pereduksi tertinggi pada tiap konsentrasi asam di antara ketiga kelompok rumput laut karena Gracilaria salicornia memiliki kadar serat kasar paling rendah dan kadar karbohidrat cukup tinggi sehingga reaksi hidrolisis pada Gracilaria salicornia lebih besar dan menghasilkan gula pereduksi lebih tinggi dibandingkan Sargassum crassifolium dan Caulerpa racemosa. Nilai kandungan gula pereduksi pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya karena konsentrasi padatan yang digunakan berbeda pada suhu dan konsentrasi asam yang sama. Konsentrasi padatan pada penelitian sebelumnya sebesar 5 bv, sedangkan pada konsentrasi padatan yang digunakan pada penelitian ini sebesar 15 bv. Jumlah konsentrasi padatan bahan yang digunakan pada proses hidrolisis mampu mempengaruhi nilai 51 kandungan gula pereduksi Laga, 2008. Yoon et al. 2010 mengatakan hidrolisis asam sulfat optimum Gelidium amansii menggunakan konsentrasi padatan sebesar 15 bv. Setyaningsih et al. 2011 menambahkan hidrolisis asam sulfat optimum Sargassum sp dan limbah agar Gracilaria sp menggunakan konsentrasi padatan sebesar 15 bv pada suhu 121 ˚C dan tekanan 1 atm selama 45 menit. Pada penelitian ini menyarankan proses hidrolisis asam selanjutnya sebaiknya menggunakan Gracilaria salicornia dengan konsentrasi asam sebesar 3 vv dan konsentrasi padatan sebesar 15 vv. Selain memiliki keunggulan gula pereduksi yang lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya, namun penelitian ini juga memiliki kelemahan seperti proses penyimpanan sampel rumput laut yang masih terlalu lama. Helmiyesi et al. 2008 mengatakan proses penyimpanan bahan yang terlalu lama mampu menurunkan kadar gula dalam suatu bahan. Proses penyimpanan yang terlalu lama mampu merusak struktur karbohidrat pada rumput laut sehingga penelitian ini juga menyarankan sebaiknya sampel rumput laut tidak disimpan terlalu lama agar gula pereduksi yang diperoleh setelah proses hidrolisis menjadi optimal.

4.4 Efisiensi Hidrolisis Asam Rumput Laut

Efisiensi hidrolisis menunjukan jumlah substrat yang terkonversi menjadi gula sederhana pada saat proses hidrolisis. Pengaruh peningkatan konsentrasi asam sulfat terhadap efisiensi hidrolisis Caulerpa racemosa, Sargassum crassifolium, dan Gracilaria salicornia disajikan pada Gambar 15. 52 Gambar 15. Pengaruh peningkatan konsentrasi asam sulfat terhadap efisiensi hidrolisis Caulerpa racemosa, Sargassum crassifolium dan Gracilaria salicornia. Nilai efisiensi hidrolisis Caulerpa racemosa pada konsentrasi asam sulfat 1 vv sebesar 32,04 bb, konsentrasi asam sulfat 2 vv sebesar 35,33 bb, dan konsentrasi asam sulfat 3 vv sebesar 38,58 bb. Nilai efisiensi hidrolisis tertinggi Caulerpa racemosa pada konsentrasi asam sulfat 3 vv sebesar 38,53 bb, sedangkan terendah pada konsentrasi asam sulfat 1 vv sebesar 32,04 bb. Shanmugam et al. 2001 mengatakan bahwa nilai efisiensi hidrolisis Caulerpa racemosa yang diambil dari perairan India pada hidrolisis menggunakan asam klorida 1 N sebesar 0,64 bb. Rodrigues et al. 2011 menambahkan nilai efisiensi hidrolisis Caulerpa cupressoides pada suhu 100 ˚C selama 5 jam menggunakan konsentrasi asam klorida 1 vv sebesar 3 bb. Uji keragaman menunjukan hubungan antara peningkatan konsentrasi asam sulfat terhadap