Karena daerah jelajah Kalong yang cukup jauh, lebih lanjut menurut Suyanto 2001 pemencaran biji ini akan meningkatkan variabilitas sifat-sifat
tumbuhan dan pada gilirannya akan meningkatkan kualitas hidup tumbuhan itu sendiri. Jika biji dengan aneka sifat dapat dipencarkan jauh maka varian-varian
tersebut mempunyai kesempatan yang besar untuk tumbuh, sebab biji-biji tersebut akan jatuh di berbagai tipe habitat. Dengan demikian, varian di berbagai tipe
habitat ini akan tumbuh dan berkembang. Sebaliknya jika biji-biji jatuh hanya pada satu tipe habitat, maka varian yang cocok dengan tipe habitat itu saja yang
akan tumbuh, sementara biji lainnya tidak berkesempatan untuk hidup dan berkembang.
Selain sebagai pemencar biji, Kalong juga dikenal sebagai penyerbuk bunga berbagai tumbuhan, termasuk tumbuhan bernilai ekonomi tinggi seperti
durian, petai, aren, kaliandra, pisang, bakau, kapuk randu dan lain-lain Soegiharto, 2009
2.4 Perilaku Kalong
Kalong merupakan binatang nokturnal, yakni aktif mecari makan pada malam hari dan beristirahat di siang hari, hidup berkoloni dalam kelompok kecil
sampai besar. Sebagain besar tinggal di tajuk pepohonan di antara dedaunan yang rimbun atau tempat yang menyediakan lingkungan hidup yang teratur dan
memiliki sedikit gangguan atas ketenangan satwa ini Ensiklopedia Indonesia, 2003.
2.4.1 Perilaku Makan
Kelelawar Megachiroptera mengkonsumsi buah, polen dan nektar Suyanto, 2001. Kalong aktif mencari makan pada malam hari dan beristirahat
pada siang hari. Umumnya kelelawar pemakan tumbuhan Kalong menggunakan mata untuk mengenali benda-benda di sekitarnya.
2.4.2 Perilaku Bertengger
Perilaku Kalong dalam bertengger sangat unik dan berbeda dengan cara bertengger burung pada umumnya. Selama bertengger, Kalong dapat melakukan
berbagai macam sikap. Pada posisi tubuh terbalik, Kalong bertengger dengan cara
membungkus tubuhnya dengan sayap yang melipat dan sayap yang satu menutupi
sayap yang lain. Kalong bergantung melekat pada dinding tegak lurus dengan sayap pada dua sisi ditudungkan ke tubuh. Ibu jari mendapat pegangan tambahan,
sedangkan sayap kadang-kadang digunakan sebagai penopang untuk memisahkan kepala dari dinding Eksiklopedi Indonesia, 2003.
2.4.3 Reproduksi
Menurut Suyanto 2001 pada umumnya Kalong berkembang biak sekali setahun dengan masa bunting 3-6 bulan, setiap melahirkan umumnya hanya
seekor dan jarang yang kembar yang dapat mencapai bobot 25-30 dari bobot induknya dibandingkan dengan manusia yang hanya 5 atau kurang dari bobot
induknya. Berbeda dengan jenis mamalia lainnya, Kalong agak lebih lama menyusui anaknya. Kalau mamalia lain menyapih bayinya jika sudah mencapai
40 ukuran dewasa, penyapihan pada Kalong terjadi ketika sudah hampir berukuran dewasa Barclay dalam Nowak, 1995. Induk Kalong pada saat
terbang rata-rata mampu membawa bayi dengan bobot antara 9,3-73,3 dari bobot tubuhnya Davis and Cocrum, 1964
2.4.4 Wilayah Jelajah
Daerah jelajah Kalong Pteropus vampyrus ketika mencari makan mencapai radius 60 Km Suyanto, 2001. Wilayah jelajah Kalong bervariasi
menurut ukuran tubuh. Pada ukuran tubuh yang sama maka tidak terdapat perbedaan wilayah jelajah antara jantan dan betina baik pada musim panas
maupun musim hujan.
2.4.5 Adaptasi
Adaptasi mengacu kepada karakteristik dari makhluk hidup, termasuk warna, bentuk, fisiologi dan perilaku mereka yang memungkinkan mereka untuk
bertahan hidup dan berkembang biak dengan baik di dalam lingkungan dimana mereka hidup Dawkins, 1995.
2.5 Peran Kalong