Kebutuhan Luas RTH Berdasarkan Kecukupan Pakan Satwa Kalong

Tabel 18. Kebutuhan luas RTH menurut RTRW Kota Bogor No Kecamatan Luas Wilayah Kebutuhan RTH menurut RTRW 30 X luas wilayah RTH 2005 2010 2015 1. Bogor Utara 1772 531,6 976,52 971,75 966,99 2. Bogor Barat 3285 985,5 1.163,24 1.168,47 1.173,71

3. Bogor Timur

1015 304,5 486,18 472,67 459,16

4. Bogor Selatan

3081 924,3 2.069,73 2.063,79 2.057,85

5. Bogor Tengah

813 243,9 248,18 243,34 238,41 6. Tanah Sareal 1884 565,2 1.144,66 1.150,64 1.156,62 Jumlah 11850 3555,0 6.088,51 6.070,66 6.052,74 Sumber: Hasil Analisis; Proyeksi; Kurang dari 30

5.1.3 Kebutuhan Luas RTH Berdasarkan Kecukupan Pakan Satwa Kalong

Kecukupan pakan satwa kalong menjadi salah satu unsur yang berpengaruh dalam menentukan kebutuhan luas RTH di Kota Bogor. Secara tidak langsung luas RTH mempengaruhi mortalitas kalong karena bila ditinjau secara alami kalong di Kota Bogor tidak memiliki predator alamiah Wiantoro, 2011. Penurunan populasi kalong disebabkan oleh: a. Pemburuan masyarakat sekitar Kota Bogor untuk pemenuhan pedagang di pasaran, b. Pengambilan sampel penelitian, c. Faktor lain di luar pemburuan kecukupan pakan di dalam kota. Sebaran data mortalitas kalong disajikan pada Tabel 19 dan Gambar 20, Bulan Maret sampai April jumlah kematian tertinggi disebabkan oleh faktor lain yaitu mencapai 132 ekor pada minggu pertama bulan April. Pada bulan Juni sampai Nopember tidak terjadi kematian dikarenakan kalong pergi migrasi dari Kota Bogor Soegiharto, 2009. Tabel 19. Mortalitas kalong bulan Maret 2008 – Mei 2008 Bulan Faktor Kematian Faktor Lain ekor Sampel Penelitian ekor Pedagang Pasar ekor Maret 2008 170 11 5 April 2008 178 15 10 Mei 2008 26 Juni 2008 Desember 2008 3 20 Januari 2009 7 11 Februari 2009 17 17 Total 401 26 63 Sumber: Laporan Penelitian Identifikasi Jenis Tumbuhan Pakan Dalam Upaya Konservasi Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar di Daerah Perkotaan Soegiharto, 2009 Sumber: Laporan Penelitian Identifikasi Jenis Tumbuhan Pakan Dalam Upaya Konservasi Kelelawar Pemakan Buah dan Nektar di Daerah Perkotaan Soegiharto, 2009 Gambar 20. Mortalitas kalong bulan Desember 2008 – Februari 2009 1. Populasi Populasi kalong saat melahirkan anak pada bulan Nopember 2009 adalah Jantan berjumlah 185 ekor, betina berjumlah 218 ekor, dan anak 160 ekor Soegiharto, 2009. Dari data tersebut diketahui sex ratio pada saat melahirkan adalah 218185 = 1,17. Rata-rata tiap induk melahirkan 1 ekor anak dengan jumlah indukan 160 ekor, sedangkan indukan yang belum mempunyai anak sebesar 58 ekor. Jumlah indukan betina 58 ekor diperkirakan belum mencapai dewasa sexual dengan jumlah populasinya berasal dari anakan tahun 2008. Populasi kalong di Kebun Raya Bogor pada tahun 2008 sebesar 420 ekor kalong dan awal tahun 2009 tercatat sebesar 563 ekor. Jika diasumsikan pertumbuham populasi tiap tahun sama dan pada kondisi lingkungan yang tidak terbatas maka pendugaan pertumbuhan populasi kalong menggunakan model exponensial. Pendugaan populasi kalong dibagi menjadi 4 pilihan yaitu 1 M_nol yaitu menekan kematian kalong sampai pada 0 kematian dengan upaya mencegah kematian yang disebabkan oleh pedagang pasar, 2 M_P yaitu tidak melakukan pencegahan kematian yang disebabkan oleh pedagang pasar, 3 M_PPe3 yaitu membatasi populasi kalong dengan hanya menyediakan 3 pohon bertengger, dimana kemampuan pohon bertengger tersebut mampu menampung kalong sebanyak 500-600 ekor, 4 M_PPe2 yaitu membatasi populasi kalong dengan hanya menyediakan 2 pohon bertengger, dimana kemampuan pohon bertengger tersebut mampu menampung kalong sebanyak 400-500 ekor. Populasi awal tahun 2008 No sebesar 420 dan tahun 2009 N1 sebesar 563, laju pertumbuhan λ diketahui sebesar 563420 = 1,3 per tahunnya, dan kematian diasumsikan sama pertahunnya yaitu sebesar 96 ekor. Hasil perhitungan pertumbuhan populasi kalong untuk tahun 2009-2024 menggunakan metode exponensial tersaji pada Tabel 20. Tahapan pengendalian populasi atau pengurangan populasi dilakukan pada: 1 tipe pengendalian ke 3 M_PPe3 yaitu akan dilakukan pengendalian populasi atau pengurangan populasi sebesar 100 ekor pada tahun 2011dan 150 ekor pada tahun 2013, 2 tipe pengendalian ke 4 M_PPe2 yaitu akan dilakukan pengurangan populasi sebesar 75 ekor pada tahun 2010 dan 100 ekor pada tahun 2012. Tabel 20. Perhitungan pertumbuhan populasi kalong dengan metode exponensial Tahun Tahun Ke- Laju Pertumbuhan Popula- si Awal Mortalitas Kematian + Pengurangan M Nol Kematian M_P 3 Pohon Roosting 3 Pohon Roosting λ No Nt Md No Nt Md Mp No Nt Mp No Nt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 432 73-6 113-9-10 143-9-13 2009 1 1.3405 420 563 96 420 467 96 420 467 420 467 2010 2 1.3405 420 755 96 467 530 96 467 530 75 467 455 2011 3 1.3405 420 1012 96 530 615 96 100 530 515 455 514 2012 4 1.3405 420 1356 96 615 728 96 515 594 100 514 493 2013 5 1.3405 420 1818 96 728 880 96 150 594 550 493 565 2014 6 1.3405 420 2437 96 880 1083 96 550 641 175 565 486 2015 7 1.3405 420 3267 96 1083 1356 96 200 641 563 486 556 2016 8 1.3405 420 4379 96 1356 1721 96 563 659 175 556 474 2017 9 1.3405 420 5870 96 1721 2212 96 225 659 563 474 539 2018 10 1.3405 420 7869 96 2212 2869 96 563 658 175 539 452 2019 11 1.3405 420 10548 96 2869 3749 96 225 658 561 452 510 2020 12 1.3405 420 14140 96 3749 4930 96 561 656 150 510 437 2021 13 1.3405 420 18955 96 4930 6513 96 225 656 559 437 490 2022 14 1.3405 420 25409 96 6513 8634 96 559 653 125 490 436 2023 15 1.3405 420 34061 96 8634 11478 96 225 653 555 436 489 2024 16 1.3405 420 45658 96 11478 15291 96 555 647 125 489 434 Sumber: Hasil Analisis 59 2. Kebutuhan Pakan Lambung dari seekor kalong mampu menampung 8 Ml dari cairan bersih madunektar, sejumlah kecil tepung sari polen, dan 1 Ml bagian bunga. Asumsikan produksi rata-rata madu dari satu bunga durian adalah 0.36 Ml, maka setiap k along harus mengunjungi ≥ 22 bunga. Setiap malam, dalam mencari makan kalong Pteropus vampyrus akan melakukan gerakan ke pohon yang berdekatan, meluncur ke cabang yang lebih rendah Gould dalam Kunz, 1978. Yaacob 1995 mengemukakan bahwa produksi durian varietas Monthong 50- 70 buahpohontahun, dan varietas Petruk, Sunan, Sitokong, dan Hepe sekitar 50-200 buahpohontahun Jika setiap pohon mampu menghasilkan 50-200 buahpohon maka dapat diasumsikan bahwa minimal dalam setiap 1 buah pohon durian mampu menghasilkan produksi bunga 200 bunga, sehingga koloni kalong ini membutuhkan minimal 52 pohon yang berbunga untuk tetap bisa bertahan hidup. RTH Bogor tentunya tidak semua berupa pohon durian, namun diasumsikan hampir semua pohon yang ada mempunyai produksi bunga yang tidak jauh berbeda dengan produksi bunga pohon durian. Pohon-pohon ini tentunya tidak berada dalam satu tempat, melainkan tersebar dalam beberapa wilayah yang terbagai dalam penggunaan lahan yang berbeda-beda pula. Jika diasumsikan suatu hutan kota mempunyai jarak tanam yang ideal 10 x 10 m, maka koloni kalong ini membutuhkan minimal 1 Ha hutan kota yang mempunyai vegetasi yang berbunga. Dari hasil analisis ini maka dapat disimpulkan bahwa kondisi RTH kota Bogor saat ini masih mampu untuk memenuhi kebutuhan pakan dan pelestarian habitat satwa kalong. Berikut adalah RTH kota Bogor yang berpotensi untuk di kembangkan sebagai sumber pakan dan jelajah satwa kalong Gambar 21. Gambar 21. Ruang terbuka hijau potensial sumber pakan kalong

5.1.4 Preferensi Masyarakat terhadap RTH Pendukung Pelestarian Kalong