Kondisi Terumbu Karang HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelompok karang hidup merupakan komponen substrat bentik yang memiliki persentase tertinggi di daerah penelitian yaitu dengan rerata persen
tutupannya sebesar 38.85. Kategori terumbu karang dengan kondisi rusak di Hansisi dan Tanjung Uikalui, Desa Hansisi dan Tanjung Uikalui berada di
Kecamatan Semau yaitu ada di Pulau Semau. Keberadaan ekosistem terumbu karang di kedua daerah tersebut rusak diduga di pengaruhi oleh aktivitas manusia
baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktifitas manusia yang bersifat destruktif terjadi secara langsung di dalam area terumbu karang dapat berakibat
terjadinya kerusakan fisik, antara lain penambangan karang, pola penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan peledak dan
penggunaan racun sianida, lego jangkar perahukapal anchoring serta aktivitas penyelaman yang tidak profesional. Kerusakan ekosistem terumbu karang karena
aktifitas manusia yang terjadi secara tidak langsung, berakibat menurunnya kualitas air. Penurunan kualitas air dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain
adalah limbah industri, limbah rumah tangga dan pembukaan hutan. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan warga yang berprofesi sebagai
nelayan menyebutkan bahwa kerusakan terumbu karang di daerah Hansisi, Tanjung Uikalui, Otan dan Uiasa Desa di Pulau Semau pada umumnya
disebabkan oleh aktivitas penangkapan ikan dengan cara pengeboman. Hal ini diperparah lemahnya pengawasan serta sosialisasi tentang pentingnya sumberdaya
ekosistem terumbu karang dari instansi terkait. Keberadaan sumberdaya terumbu karang yang tidak jauh dari pinggiran
pantai memudahkan manusia terutama masyarakat pesisir dan nelayan untuk setiap saat dapat mengeksploitasi sumberdaya tersebut dengan berbagai bentuk
kegiatan. Bentuk kegiatan yang dilakukan di terumbu karang berupa wisata bahari, penangkapan ikan, penambangan karang untuk batu kapur untuk bahan bangunan,
tempat penambatan jangkar kapal dan bentuk pemanfaatan lainnya. Dalam pemanfaatan terumbu karang kadangkala masyarakat jarang memperhatikan aspek
kelestarian lingkungan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya pengetahuan masyarakat mengenai fungsi dan manfaat terumbu karang. Akibat dari pola
pemanfaatannya yang kurang bijaksana akan membawa dampak negatif terhadap
terumbu karang dan biota-biota penghuninya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kategori terumbu karang dengan kondisi baik adalah berada di daerah Pasir Panjang yang berada di Teluk Kupang, hal ini di sebabkan terumbu karang
yang terletak di sepanjang Teluk Kupang luput dari aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan bahan peledak. Karena
letaknya yang berada di Teluk Kupang, maka pengawasan atau patroli oleh instansi terkait selalu dilaksanakan secara intensif sehingga para nelayan
pengebom menghindar dari aktivitas tersebut dan melakukan pengeboman di daerah yang kemungkinan kecil ada pengawasan rutin.
Aktivitas penangkapan ikan dengan dengan menggunakan bom blast fishing merupakan faktor utama dari kerusakan ekosistem terumbu karang di
Kawasan Teluk Kupang dan Pulau Semau yang dicirikan dengan banyaknya tutupan karang mati berupa patahan karang. Aktani 2003 menyimpulkan bahwa
tutupan karang mati berupa patahan karang yang mendominasi tutupan substrat bentik di zona inti dan zona pemanfaatan TNL-KS merupakan dampak dari
aktivitas penangkapan dengan menggunakan bom. Kerusakan karang tersebut dapat dilihat dari persentase abiotik di daerah Hansisi sebesar 43 yang
didominasi oleh patahan karangrubble 43, Pulau Kambing persentase abiotik sebesar 28 terdiri dari patahan karang 13, pasir 12 dan batu 2.33. Bolok
persentase abiotik sebesar 21.67 terdiri dari patahan karang sebesar 15.67 dan pasir 6. Di daerah Tanjung Uikalui persen tutupan abiotik sebesar 3.33 yang
merupakan patahan karang. Persentase tutupan abiotik Otan sebesar 19.33 berupa pasir Gambar 7.
Gambar 7 Persentase tutupan kelompok abiotik Persentasi tutupan karang mati berkisar antara 0 - 33.33 berupa karang
mati beralga DCA yang mendominasi di semua lokasi penelitian. Di semua lokasi tidak ditemukan karang mati baru DC, sedangkan di Hansisi sama sekali
tidak ditemukan tutupan karang mati baik DC maupun DCA karena tutupan yang ada sudah berupa patahan karangruble. Berturut-turut persentasi tutupan karang
mati daerah penelitian adalah Hansisi 0, Tanjung Uikalui 7.67, Uiasa 18.67, Pasir Panjang 26.67, Bolok 29.67, sedangkan Otan dan Pulau
Kambing mempunyai nilai yang sama yaitu 33.33 Gambar 8.
Gambar 8. Persentase tutupan karang mati beralga DCA dan karang mati DC
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
T u
tu p
a n
Stasiun Penelitian
Pasir S Pat ahan Karang R
Bat u RCK
5 10
15 20
25 30
35
T u
tu p
a n
Stasiun Penelitian
DCA
Kelompok biota lainnya merupakan komponen substrat bentik yang menempati urutan tertinggi kedua setelah karang hidup yaitu biota lainnya dengan
rerata persen tutupannya sebesar 22.96 di tempat penelitian. Persentase tertinggi tutupan biota lainnya di Tanjung Uikalui sebesar 71.00 dan yang terendah di
Pasir Panjang sebesar 3.00. Bila kita lihat lebih dalam bahwa komponen penyusun biota lainnya yang mendominasi hampir seluruh stasiunadalah soft coral
SC, kecuali di Pulau Kambing. Selengkapnya dapat kita lihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Persentase tutupan biota lainnya Tingginya persentase tutupan soft coral di stasiun Tanjung Uikalui
71.00, kemudian disusul Hansisi 45.00 dan Otan 41.00 . Hal ini diduga karena daerah tersebut adalah daerah yang ada di kawasan Pulau Semau, dimana
terumbu karang di kawasan tersebut hampir seluruhnya rusak akibat aktivitas penangkapan dengan menggunakan bom, dan sudah lama di tinggalkan oleh
nelayan pengebom, sehingga soft coral sebagai biota pioneer akan tumbuh mendominasi daerah tersebut.
10 20
30 40
50 60
70 80
Ot an Uiasa
Tj. Uikalui
Hansisi P.
Kambing Bolok
Pasir Panjang
T u
tu p
a n
Stasiun Penelitian
Sof t Coral SC SpongeSP
Zoant hids ZO Ot her OT
Gambar 10 Persentase tutupan alga Komponen penyusun substrat bentik berupa alga merupakan komponen
yang paling rendah atau paling sedikit tumbuh di semua stasiun penelitian, yaitu berkisar antara 0.00 - 2.33 dengan rerata persentase penutupannya sebesar
0.48. Stasiun tertinggi persentase tutupan alga ada di Pulau Kambing, dan terendah ada di Bolok, Tanjung Uikalui, Hansisi, Uiasa, Pasir Panjang yang
masing-masing sebesar 0.00 Gambar 10.