Keterkaitan Ikan Ekor Kuning dengan Habitat Terumbu Karang

2.7 Rekomendasi Pengelolaan Terumbu Karang dan Ikan ekor Kuning

Pemanfaatan sumberdaya perikanan berkelanjutan pada prinsipnya adalah perpaduan antara pengelolaan sumberdaya dan pemanfaatan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya dalam jangka panjang untuk kepentingan generasi mendatang. Sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang dapat pulih tetapi dibatasi oleh faktor pembatas alami dan non-alami. Faktor pembatas alami adalah faktor-faktor penghambat ketersediaan ikan dari ekosistemnya sendiri, seperti ketersediaan makanan, predator, persaingan memperoleh makanan, laju pertumbuhan alami, persaingan ruang dan sebagainya. Sedangkan faktor pembatas non-alami adalah faktor-faktor penghambat ketersediaan ikan yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti eksploitasi, pengrusakan habitat dan pencemaran Dahuri et al. 1996. Dengan demikian dalam pengelolaan terumbu karang dan sumberdaya ikan ada beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan diantaranya: 1 Melestarikan, melindungi, mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau kualitas terumbu karang dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya bagi kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta memikirkan generasi mendatang, 2 Mendorong dan membantu pemerintah daerah untuk menyusun dan melaksanakan program-program pengelolaan sesuai dengan karakteristik wilayah dan masyarakat setempat serta memenuhi standar yang ditetapkan secara nasional berdasarkan pertimbangan-pertimbangan daerah yang menjaga antara upaya eksploitasi dan upaya pelestarian lingkungan, dan 3 Mendorong kesadaran, partisipasi dan kerjasama dari masyarakat, pemerintah daerah, antar daerah dan antar instansi dalam perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan terumbu karang. Pengelolaan ekosistem terumbu karang dan sumberdaya ikan ekor kuning di perairan pesisir selatan Teluk Kupang direkomendasikan berdasarkan pertimbangan kondisi ekosistem terumbu karang terkini, kondisi kelimpahan ekor kuning dan berdasarkan keterkaitan ikan ekor kuning dengan habitat terumbu karang. Pengelolaan sumberdaya ikan ekor kuning di perairan pesisir selatan Teluk Kupang secara terintegrasi meliputi dua hal penting, pertama yaitu pengelolaan ekosistem terumbu karang sebagai habitat ikan ekor kuning, dan pengelolaan sumberdaya ikan ekor kuning itu sendiri. Habitat fisik sangat berpengaruh terhadap keberadaan stok ikan target, sehingga harus menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam pengelolaan Parrish 1990. Hobbs et al. 2004 in Alpert 2004 menyarankan tentang pentingnya restorasi atau perbaikan ekologis yang secara khusus mengembalikan keadaan yang lebih alami seperti kedaan semula. Dengan kata lain pengelolaan ikan ekor kuning sangat erat kaitannya dengan pengelolaan terumbu karang sebagai habitatnya. Banyaknya patahan karangrubble yang dijumpai pada tiap stasiun penelitian diduga menunjukkan tingginya aktifitas desructive fishing yang dilakukan, dalam hal ini pengeboman. Pengeboman dilakukan nelayan yang tidak bertanggung jawab, terutama banyak terjadi pada lokasi-lokasi yang jauh dari pantauanpengawasan. Sebagaimana dapat dilihat dari persentasi tutupan karang hidup yang cenderung lebih baik pada lokasi-lokasi yang berdekatan dengan daratan besar dimana pengawasan lebih terjamin. Kaitan dengan hal ini sangat dibutuhkan pengawasan yang kontinyu untuk meminimalisir praktek penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, terutama pengeboman yang akan sangat merusak ekosistem terumbu karang sebagai suatu habitat bagi ikan khususnya. Penyadaran masyarakat terhadap pentingnya ekosistem terumbu karang akan meningkatkan kepedulian masyarakat untuk tetap terjaganya kondisi terumbu karang. Dalam hal ini peran dari instansi terkait sangat diperlukan untuk menjaga kesinambungan proses penyadaran masyarakat yang berkelanjutan. Kegiatan rehabilitasi terumbu karang sangat dibutuhkan mengingat tingginya tingkat kerusakan pada beberapa stasiun penelitian. Banyaknya persentase patahan karang pada hampir semua stasiun penelitian akan mengancam keberlanjutan ekosistem terumbu karang karena terumbu karang tidak dapat hidup dan berkembang dengan baik pada substrat yang tidak stabil. Oleh karena itu diharapkan dapat melakukan rehabilitasi dengan memperhatikan dengan baik penggunaan substrat dasar yang stabil dimana dapat memberi kesempatan pada planula karang untuk menempel dan berkembang dengan baik.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian kelimpahan ikan ekor kuning pada ekosistem terumbu karang di perairan pesisir selatan Teluk Kupang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kondisi terumbu karang di perairan pesisir selatan Teluk Kupang termasuk dalam kondisi sedang dengan tutupan karang hidup sebesar 35.71 dengan kisaran 10.67 - 70.33. 2. Keterkaitan kelimpahan ikan ekor kuning dengan ekosistem terumbu karang dicirikan dengan keberadan arcropora branching ACB, coral massive CM dan dead coral with algae DCA. 3. Kelimpahan ikan ekor kuning terkait erat dengan kelimpahan plankton sebagai makanannya pada perairan

5.2 Saran

Melihat kondisi terumbu karang yang ada di perairan pesisir selatan Teluk Kupang perlu segera untuk dilakukan rehabilitasi terumbu karang dengan teknik yang tepat karena di hampir stasiun didominasi substrat patahan karang dimana merupakan substrat yang labil untuk penempelan dan pertumbuhan karang baru.