Kecerahan pH Derajat Keasaman
Gambar 5 Persentase penutupan substrat dasar: karang hidup hard coral, karang mati dead coral, alga, biota lain dan abiotik.
Berdasarkan persentase tutupan karang hidup dapat dinilai kondisi terumbu karang di setiap lokasi penelitian Gomes Yap 1988. Kondisi terumbu
karang di Hansisi dan Tanjung Uikalui tergolong rusak dengan persentase karang hidup masing-masing sebesar 10.67 dan 18.00. Terumbu karang dengan
kondisi sedang dijumpai di Pulau Kambing dengan persentase tutupan karang hidup sebesar 30.00, Otan sebesar 34.33, Bolok sebesar 38.67, dan Uiasa
sebesar 48.00. Sedangkan terumbu karang dengan kategori baik hanya dijumpai di Pasir Panjang dengan tutupan karang hidup sebesar 70.33 Gambar 6.
Gambar 6. Persentase tutupan karang hidup pada setiap stasiun
10 20
30 40
50 60
70 80
Otan Uiasa
Tj. Uikalui
Hansisi P.
Kambing Bolok
Pasir Panjang
T u
tu p
a n
Stasiun Penelitian Karang Hidup
Karang Mati Alga
Biota Lain Abiotik
10 20
30 40
50 60
70 80
Ot an Uiasa
Tj. Uikalui Hansisi
P. Kam bing
Bolok Pasir
Panjang
T u
tu p
a n
Stasiun Penelitian
Kelompok karang hidup merupakan komponen substrat bentik yang memiliki persentase tertinggi di daerah penelitian yaitu dengan rerata persen
tutupannya sebesar 38.85. Kategori terumbu karang dengan kondisi rusak di Hansisi dan Tanjung Uikalui, Desa Hansisi dan Tanjung Uikalui berada di
Kecamatan Semau yaitu ada di Pulau Semau. Keberadaan ekosistem terumbu karang di kedua daerah tersebut rusak diduga di pengaruhi oleh aktivitas manusia
baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktifitas manusia yang bersifat destruktif terjadi secara langsung di dalam area terumbu karang dapat berakibat
terjadinya kerusakan fisik, antara lain penambangan karang, pola penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan peledak dan
penggunaan racun sianida, lego jangkar perahukapal anchoring serta aktivitas penyelaman yang tidak profesional. Kerusakan ekosistem terumbu karang karena
aktifitas manusia yang terjadi secara tidak langsung, berakibat menurunnya kualitas air. Penurunan kualitas air dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain
adalah limbah industri, limbah rumah tangga dan pembukaan hutan. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan warga yang berprofesi sebagai
nelayan menyebutkan bahwa kerusakan terumbu karang di daerah Hansisi, Tanjung Uikalui, Otan dan Uiasa Desa di Pulau Semau pada umumnya
disebabkan oleh aktivitas penangkapan ikan dengan cara pengeboman. Hal ini diperparah lemahnya pengawasan serta sosialisasi tentang pentingnya sumberdaya
ekosistem terumbu karang dari instansi terkait. Keberadaan sumberdaya terumbu karang yang tidak jauh dari pinggiran
pantai memudahkan manusia terutama masyarakat pesisir dan nelayan untuk setiap saat dapat mengeksploitasi sumberdaya tersebut dengan berbagai bentuk
kegiatan. Bentuk kegiatan yang dilakukan di terumbu karang berupa wisata bahari, penangkapan ikan, penambangan karang untuk batu kapur untuk bahan bangunan,
tempat penambatan jangkar kapal dan bentuk pemanfaatan lainnya. Dalam pemanfaatan terumbu karang kadangkala masyarakat jarang memperhatikan aspek
kelestarian lingkungan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya pengetahuan masyarakat mengenai fungsi dan manfaat terumbu karang. Akibat dari pola
pemanfaatannya yang kurang bijaksana akan membawa dampak negatif terhadap