dilakukan terhadap ruangan yang akan digunakan dengan menggunakan berbagai cara agar efisien dan efektif.
61
Adapun tujuan strategi lokasi dan lay out adalah:
62
a Agar bank dapat menentukan lokasi yang tepat serta strategis untuk
lokasi kantor pusat, kantor cabang, kantor pembantu, kantor kas atau lokasi-lokasi mesin ATM.
b Agar bisa menentukan teknologi yang tepat dalam memberikan
kecepatan dan keakuratan guna melayani nasabahnya. c
Agar dapat menentukan lay out yang sesuai dan standar keamanan, keindahan dan kenyamanan bagi nasabahnya.
d Agar dapat menetukan metode antrian yang paling optimal terutama pada
hari atau jam-jam sibuk. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih dan menentukan suatu bank
adalah pertimbangan sebagai berikut:
63
a Dekat dengan kawasan industri atau pabrik
b Dekat dengan perkantoran
c Dekat dengan pasar
d Dekat dengan perumahan atau masyarakat
e Mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada di suatu lokasi
Dalam memilih lokasi tergantung dari keperluan lokasi tersebut, terdapat paling enam lokasi yang dipertimbangkan sesuai keperluan perusahaan:
64
a Lokasi untuk kantor pusat
b Lokasi untuk kantor wilayah
c Lokasi untuk kantor cabang utama
d Lokasi untuk kantor cabang pembantu
e Lokasi kantor kas
f Mesin ATM
61
Kasmir, Pemasaran Bank, Jakarta: Kencana, 2010, Cet. 4, h. 4-5.
62
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung : Alfabeta, 2010, h. 131.
63
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung : Alfabeta, 2010, h. 133.
64
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran h. 137.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk lay out gedung adalah: a
Bentuk gedung yang memberikan kesan elegan dan baik b
Lokasi parkir luas dan aman c
Keamanan di sekitar gedung juga harus di pertimbangkan d
Tersedia tempat ibadah e
Tersedia toilet yang bersih dan nyaman f
Fasilitas penunjang lainnya.
4 Strategi Promosi Promotion
Strategi promosi merupakan kegiatan marketing mix yang terakhir setelah produk, harga dan tempat, serta inilah yang paling sering diidentikan sebagai
aktivitas pemasaran dalam arti sempit. Kegiatan ini merupakan kegiatan
yang termasuk penting selain produk, harga dan lokasi.
65
Promosi merupakan sarana paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan nasabahnya. Salah satu tujuan promosi adalah menginformasikan segala jenis produk
yang ditawarkan dan berusaha menarik calon nasabah baru. Kemudian promosi juga berfungsi meningkatkan nasabah akan produk, promosi juga ikut mempengaruhi
nasabah untuk membeli dan akhirnya promosi juga akan meningkatkan citra bank di mata para nasabahnya.
66
Kegiatan promosi yang dilakukan suatu perusahaan menggunakan acuanbauran promosi Promotional mix yang terdiri dari:
67
a Periklanan Advertising, merupakan promosi yang dilakukan dalam
bentuk tayangan atau gambar atau kata-kata yang tertuang dalam spanduk, brosur, billboard, koran, majalah, televisi, atau radio.
b Promosi penjualan Sales promotion, merupakan promosi yang
digunakan untuk meningkatkan penjualan melalui potongan harga atau hadiah pada waktu tertentu terhadap barang-barang tertentu pula.
c Promosi penjualan sales promotion, merupakan promosi yang
digunakan untuk meningkatkan penjualan melalui potongan harga atau hadiah pada waktu tertentu terhadap barang-barang tertentu pula.
65
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran h. 169.
66
Kasmir, Pemasaran Bank, Jakarta: Kencana, 2010, Cet. 4, h. 156.
67
Kasmir, Pemasaran Bank, h. 156.
d Publisitas Publicity merupakan promosi yang dilakukan untuk
meningkatkan citra bank di depan para calon nasabah atau nasabahnya melalui kegiatan sponsorship terhadap suatu kegiatan amal atau sosial
atau olahraga. e
Penjualan pribadi Personal selling, merupakan promosi yang dilakukan nelalui pribadi-pribadi karyawan bank dalam melayani serta ikut
mempengaruhi nasabah.
C. PEMBIAYAAN
Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam setiap pemberian kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat dan berdasarkan prinsip
kehati-hatian.
68
Pada dasarnya ketentuan dan syarat yang berlaku di bank adalah sama, baik bank syariah maupun bank konvensional. Ketentuan umum yang berlaku dibank
untuk dapat diberikan pembiayaan adalah feasible dan bankable. Feasible artinya layak dibiayai, atau anda membayar kewajiban atas pembiayaan yang diterima.
Sedangkan bankable artinya memenuhi syarat teknis perbankan, yaitu hal-hal teknis yang disyaratkan oleh bank seperti adanya legalitas usaha, usaha yang ada
telah berjalan baik minimal selama 2 tahun dan adanya aset sebagai agunan.
69
Pola pembiayaan dalam bank syariah mempunyai karakteristik yang spesifik dibanding dengan bank konvensional. Pada bank konvensional, penilaian
kelayakan pembiayaan didasarkan semata-mata hanya pada business wise, sedangkan pada bank syariah penilaian kelayakan pembiayaan selain didasarkan
pada bussines wise, juga harus mempertimbangkan syariah wise. Artinya, bisnis tersebut layak di biayai dari segi usahanya, dan acceptable dari segi syariahnya.
70
68
Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, h. 246.
69
Yusak Laksmana, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank Syariah,. Jakarta: Gramedia, 2009, h. 78.
70
Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah: Lingkuup, Peluang, Tantangan, dan Prospek, Jakarta: AlvaBet, 2000, h. 115.
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan.
71
Menurut Gita Danupranata dalam bukunya, “Pembiayaan merupakan salah
satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang tergolong sebagai pihak yang mengalami
kekurangan dana deficit unit ”. Gita Danupranata menurut M. Syafii Antonio
dalam bukunya, menurut sifat penggunaannya, berikut ini adalah pembagian dar pembiayaan:
72
a. Pembiayaan produktif
Jenis pembiayaan ini ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam definisi yang luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik usaha
produksi, perdagangan, maupun investasi. b.
Pembiayaan konsumtif Jenis pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi,
yang akan habis digunakan saat dipakai untuk memenuhi kebutuhan. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu sebagai berikut:
73
a. Pembiayaan modal kerja
Jenis pembiayaan ini ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan produksi secara kuantitatif [jumlah hasil produksi] atau secara kualitatif
[peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi] dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
71
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 681.
72
Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba Empat, 2013, h. 103.
73
Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen, h. 103.
b. Pembiayaan investasi
Jenis pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal capital goods dan fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
2. Penilaian Pemberian Pembiayaan
Berdasarkan penjelasan pasal 8 Undang-Undang Perbankan yang diubah, yang semestinya di nilai oleh bank sebelum memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah adalah watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek
usaha dari nasabah debitur, yang dikenal dengan sebutan “The Five C of credit analysis
” atau prinsip 5C’s.
74
Berdasarkan permohonan kredit dan data pendukung petugas Bank Lembaga Keuangan melakukan analisis kelayakan kredit atas kelayakan untuk
calon debitur dengan menggunakan kriteria 5C dalam pemberian pembiayaan yakni:
a. Character Penilaian Watak
Character penilaian watak, yaitu Bank harus meniliti karakter atau permohonan yang merupakan penilaian terhadap individu atau calon debitor
sejauh mana dapat mengemban amanah pembiayaan dari bank. Sehingga tidak akan menyulitkan atau menjadi kendala dalam proses pengembalian
terhadap bank. .
75
b. Capacity Kemampuan
Capacity Kemampuan yaitu Bank harus meneliti mengenai kemampuan atau keahlian calon debitor dalam bidang usahanya dan kemampuan
manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debitornya dalam
jangka waktu tertentu mampu menlunasi atau mengembalikan pinjamannya.
76
74
Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, h. 246.
75
Yusak Laksmana, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank Syariah, Jakarta: Gramedia, 2009, h. 79.
76
Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, h.247.
c. Capital Permodalan
Capital, yakni penilaian terhadap permodalan usaha yang dijalankan, termasuk juga penilaian atas aspek keuangan pemohon.
77
Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui
kemampuan permodalan calon debitor dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang bersangkutan.
78
d. Condition Kondisi
Condition Kondisi yaitu penilaian terhadap kondisi umum yang mempengaruhi kegiatan usaha seperti kondisi pasar, persaingan dagang,
peraturan pemerintah, peraturan negara lain terkait ekspor-impor, dan sebagainya.
79
e. Collateral Jaminan
Collateral Jaminan yaitu penilaian terhadap jaminan kredit untuk meyakinkan bank atas kesanggupan calon debitur dalam melunasi
kreditnya.
80
Untuk menangung pembayaran kredit macet, calon debitor umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi
dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya.
81
3. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
Secara umum, tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan untuk tingkat mikro.
77
Yusak Yusak Laksmana, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank Syariah, Jakarta: Gramedia, 2009, h. 79.
78
Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, h. 246.
79
Yusak Laksmana, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank Syariah,. Jakarta: Gramedia, 2009, h. 79.
80
Barad Karnida, dkk., Direktori Skim Kredit Perbankan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013, Palangka Raya: Kompas Mediatama, 2014, h. 129-130.
81
Rachmadi Usman, Aspek-aspek hukum perbankan indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, h. 246.
Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:
82
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara
ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi. Dengan demikian, dapat meningkatkan taraf ekonominya
b. Tersedia dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha
membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melakukan aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dan menyalurkan kepada pihak
minus dana, sehingga dapat tergulirkan. c.
Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat usaha agar mampu meningkatkan daya produksinya.
Sebab upaya produksi tidak akan dapat jalan tanpa adanya dana. d.
Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan
menyerap tenaga kerja. Hal ini menambah atau membuka lapangan kerja baru.
e. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu
melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat.
Jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan. Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:
83
a. Upaya mengoptimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki
tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu mencapai laba maksimal. Untukdapat menghasilkan
laba maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup. b.
Upaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan
82
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 681.
83
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking, h. 681.