Model Evaluasi Evaluasi Pelatihan
fungsi pekerja, jenis keterampilan yang dibutuhkan dan pengetahuan yang perlu dimiliki agar dapat memenuhi tugas
dan tanggung jawab secara kompeten. Kebutuhan analisis yang dibuat penyelenggara berdasarkan informasi dari calon
peserta tentang kebutuhan pelatihan yang dibutuhkan ICA SEA, 2008
2 Trainer
Trainer merupakan tenaga pengajar pelatihan yang memenuhi kompetensi sebagai pengajar Aprinto dan Jacob,
2013. Kompetensi yang harus dimiliki trainer menurut OSHA 2011, calon trainer memenuhi persyaratan, yakni
memiliki gelar sarjana keselamatan dan kesehatan kerja, atau memiliki pengalalaman dan mengetahui bahaya yang ada
pada konstruksi. Kepmenkes no. 725 tahun 2003, syarat kompetensi sebagai trainer adalah trainer memiliki
kesesuaian keahlian dengan materi yang diberikan dan memiliki kemampuan kediklatan. Menurut Sembiring 2010
sertifikasi merupakan persyaratan terhadap suatu perizinan. Kemudian seorang trainer juga harus memiliki pengakuan
dan kualifikasi profesional yang relevan dengan materi
pelatihan Aprinto dan Jacob, 2013. b Money
Pelatihan membutuhkan biaya, dalam hal ini yang harus diperhitungkan adalah biaya untuk peserta maupun trainer serta
fasilitas pelatihan, keuntungan yang akan diperoleh dari pelatihan, dan kesesuaian biaya pelatihan dengan dana yang tersedia
Marwansyah, 2014 c Material
1 Materi Pelatihan
Menurut Santoso 2010 indikator dalam unsur materi pelatihan dibagi menjadi dua yaitu, kesesuaian materi dengan
tujuan pelatihan dan kesesuaian materi dengan topik pelatihan yang diselenggarakan.
Menurut Anas 2014, materi pembelajaran
yang perlu
diperhatikan dalam
materi pembelajaran adalah what materi yang dipelajari berisi konten
dan substansi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan how much jumlah materi pembelajaran yang akan digunakan
pada proses pembelajaran. Materi pembelajaran berasal dari daftar bacaan tertentu untuk menjadi sumber Marwansyah,
2014.
2 Media Pelatihan Kesesuaian media yang digunakan saat memberikan materi
pelatihan. Media Pelatihan adalah metode atau peralatan khusus yang digunakan untuk mengkomunikasikan gagasan-
gagasan dan konsep-konsep dalam program pelatihan dan pengembangan Marwansyah, 2014. Media pelatihan terdiri
dari berbagai jenis, berikut jenis dan tujuan media pelatihan pada tabel 2.1:
Tabel 2.1 Jenis dan Tujuan Media Pelatihan Jenis Media
Tujuan Media
Slide Menyajikan
materi yang
menggambarkan keadaan yang diangkat dari kenyataan sebenarnya melalui
close-up, perbesaran atau lokasi
Power point Menyajikan pokok-pokok materi yang
disederhanakan dari
materi yang
kompleks dalam bentuk slide pada power point
Mempresentasikan bahan
secara sistematis dan mengembangan bahan
sajian Video
Membawa peserta
pelatihan pada
penggambaran peristiwa sebenarnya melalui pesan bergerak seperti lokasi
dan tempat bahaya
Handout Berguna untuk memberikan praktik
langsung dan penugasan Pointer
Sangat baik
untuk memfokuskan
perhatian peserta pelatihan terhadap rincian-rincian suatu topik khusus
dalam satu waktu Sumber: Maarif dan Katika, 2014.
3 Fasilitas
Fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan pelatihan seperti pendingin ruangan, ruang kelas dan alat yang
digunakan. Menurut Aprinto dan Jacob 2013, ruang kelas mampu
menciptakan suasana
yang kondusif
bagi pembelajaran. Secara umum layout ruang kelas terbagi
menjadi tiga yakni,
a Layout Class Room
Ruangan ini memiliki bangku dan meja yang berjajar seperti sebuah ruang kelas atau ruang teater.
Kegunaan ruangan tersebut dapat memudahkan, metode
presentasi dengan jumlah peserta pelatihan lebih dari 20 orang. Berikut adalah bentuk layout Class Room pada
gambar 2.1:
Gambar 2.1 Layout Classroom
b Layout U Shape
Meja dan tempat duduk peserta membentuk huruf U setengah mengelilingi pengajar. Selain layout U shape
terdapat variasi lainnya yakni, layout V shape yang membentuk huruf V. Fungsinya adalah memudahkan
interaksi pengajar dengan peserta, dan peserta dengan peserta. Jumlah peserta biasanya berjumlah kurang dari 20
orang. Berikut adalah bentuk layout U Shape pada gambar 2.2 dan bentuk layout V Shape pada gambar 2.3:
Gambar 2.2 Layout U Shape
Gambar 2.3 Layout V Shape
c Layout Round Table
Ruang kelas terdapat meja berbentuk bundar, setiap meja terdiri dari empat sampai enam peserta. Satu ruang
kelas minimal terdapat empat buah meja bundar. Layout
round table berfungsi untuk mendorong diskusi dan penugasan kelompok peserta dalam satu meja. Berikut
adalah bentuk layout Round Table pada gambar 2.4:
Gambar 2.4 Layout Round Table
d Method
1
Metode Penyampaian
Metode penyampaian pelatihan merupakan cara membekali kompetensi kepada peserta pelatihan. Metode penyampaian
membantu peserta mempelajari materi pelatihan, melatih, mendorong kesadaran peserta dan membantu agar tetap
termotivasi, tertarik dan terlibat dalam proses pembelajaran. Berbagai macam metode penyampaian di dalam kelas pada
tabel 2.2:
Tabel 2.2 Metode Penyampaian No. Metode Penyampaian
Keterangan
1. Ceramah
Pengajar menyampaikan materi pelatihan
dengan berbicara
langsung dengan peserta. 2.
Presentasi Metode ceramah dengan bantuan
alat bantu visual seperti LCD atau flip chart.
3. Diskusi Kelompok
Membentuk forum
bertukar informasi dan pendapat sehingga
peserta dapat saling belajar dari peserta lainnya.
4. Praktik
Peserta mengaplikasikan langsung pengetahuan
dan keterampilan
yang baru dipelajarinya dalam bentuk hasil kerja nyata.
No. Metode Penyampaian Keterangan
5. Studi Kasus
Memberikan soal suatu situasi yang
harus dianalisis
untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang diberikan 6.
Membaca Memberikan waktu kepada peserta
guna memproses informasi dan memahami suatu materi atau suatu
situasi yang harus dipecahkan dengan mempelajari suatu bacaan.
7. Demonstrasi
Memperlihatkan kepada peserta cara
melakukan suatu
tugas langkah
perlangkah sebelum
peserta mencobanya
sendiri. Demonstrasi menjadi metode yang
efektif bila
digunakan untuk
menjelaskan tentang
cara penggunaan suatu alat
8. Penugasan
Peserta mempraktekkan langsung pengetahuan
dan keterampilan
yang diterimanya ke dalam suatu tugas yang diberikan.
9. Simulasi
Peserta melaksanakan
pembelajaran langsung dengan melakukannya secara nyata dengan
lingkungan yang
diciptakan menyerupai
kondisi yang
sebenarnya. Sumber : Aprinto dan Jacob 2014
Penyampaian setiap pokok bahasan dibatasi oleh alokasi waktu.
Penggunaan metode
pembelajaran juga
mempengaruhi alokasi waktu yang tersedia. Pembelajaran yang membutuhkan pendalaman dengan penugasan dan
banyaknya informasi yang disampaikan, membutuhkan waktu yang lebih lama. Alokasi waktu bersifat fleksibel
terhadap kebutuhan pemahaman peserta Aprinto dan Jacob, 2013. Indikator yang dapat diukur dalam unsur alokasi
waktu pelatihan adalah ketepatan waktu dan kesesuaian
waktu dengan peserta pelatihan, atasan para peserta dan kondisi belajar Santoso, 2010.
2 Proses Mengevaluasi faktor-faktor seperti perencanaan, pengembangan,
dan pelaksanaan pelatihan. a Menurut Atmodiwirio 2002 Tahap evaluasi selama pelatihan
dilaksanakan pada saat diklat berlangsung. Evaluasi selama pelatihan dibagi menjadi tiga yakni,
1 Evaluasi terhadap peserta Evaluasi dilaksanakan terhadap peserta selama mengikuti
diklat. Unsur-unsur yang dinilai adalah, a
Kehadiran b
Ketepatan hadir di kelas c
Ketepatan penyelesaian tugas d
Bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika dan sopan santun
e Berpakaian rapih sesuai dengan ketentuan yang ditentukan
2 Evaluasi terhadap Trainer Evaluasi dilaksanakan oleh peserta setelah trainer selesai
menyajikan materi pelatihan. Unsur-unsur yang dinilai adalah, a
Sistematik penyajian b
Ketepatan waktu hadir di kelas c
Penggunaan metode mengajar d
Sikap dan perilaku
e Penggunaan bahasa
f Cara berpakaian
3 Evaluasi Terhadap Penyelenggara Evaluasi dilaksanakan oleh peserta terhadap pelaksanaan
pelatihan. Unsur-unsur yang dinilai adalah a
Tujuan pelatihan b
Relevansi program pelatihan dengan tugas c
Manfaat tiap materi d
Alur pelaksanaan pelatihan 3 Outputoutcome
Mengevaluasi hasil output merupakan hasil jangka pendek berupa data yang dihasilkan dari intervensi pelatihan. Hasil output berfokus
pada pengukuran pencapaian tujuan selama proses dan pada akhir pelatihan, hasil output dapat berupa pengetahuan, keterampilan yang
diperoleh peserta dan meningkatkan prestasi kerja. Output bagi
trainer berdasarkan Kepmenkes no 725 tahun 2003, yakni trainer memiliki kemampuan kedikalatan dan peningkatan kemampuan
penyelenggaraan. Sedangkan outcome adalah hasil jangka panjang yang terkait dengan keberlanjutan proses pelatihan dari waktu ke
waktu. Hasil outcome dapat berupa keuntungan, kepuasan pelanggan dan produktivitas.
Model Kirkpatrick hampir sama dengan Model IPO. Namun, keduanya dapat dibedakan karena Model Kirkpatrick fokus atau
terpusat pada evaluasi setelah pelatihan. Selain itu Model IPO
melihat setiap komponen sebagai bagian sistem yang lebih besar. Pada Model IPO setiap komponen sebagai pusat perhatian evaluasi
dapat dilakukan penyesuaian atau perubahan baik sebelum, selama atau setelah pelatihan berjalan Irianto, 2001