Interpretasi Citra TINJAUAN PUSTAKA

2.2.1.Hutan Tanaman Pinus Muda 2.2.2.Hutan Tanaman Pinus Tua 2.3. Hutan Tanaman Jenis lain 2.3.1. Hutan Tanaman Jenis lain Muda 2.3.2. Hutan Tanaman Jenis lain Tua 3. Hutan Terbakar 4. Semak belukar 5. Padang rumput 6. Perkebunan 6.1. Perkebunan Karet 6.1.1. Perkebunan Karet Muda 6.1.2. Perkebunan Karet Tua 6.2. Perkebunan Kelapa sawit 6.2.1. Perkebunan Kelapa sawit Muda 6.2.2. Perkebunan Kelapa sawit Tua 7. Kebun Campuran 8. Pertanian 8.1. Pertanian lahan kering 8.2. Sawah 9. Lahan terbuka 10. Lahan terbangun 10.1. Pemukiman 10.1.1. Perkotaan 10.1.2. Pedesaan 10.2. Bandar udaraPelabuhan 11. Tambak 12. Badan air.

2.5 Interpretasi Citra

Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi interpretasi secara manual dan secara digital Purwadhi, 2001. Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri karakteristik objek secara keruangan spasial. Karakteristik objek yang tergambar pada citra dapat dikenali berdasarkan unsur-unsur interpretasi seperti rona, warna, bentuk, tekstur, pola, letak dan asosiasi kenampakan objek. Sedangkan interpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi spektral yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik. Estes dan Simonett 1975 mengatakan bahwa interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Pengalaman sangat menentukkan hasil interpretasi, karena persepsi pengenalan objek bagi oran-orang yang berpengalaman biasanya lebih konstan atau dengan kata lain pengenalan objek yang sama pada berbagai bentuk citra akan selalu sama. Misalkan pada citra A dianggap sebuah pemukiman, maka pada citra B atau C pun tetap bisa dikenal sebagai pemukiman walaupun agak sedikit berbeda dalam penampakannya. Penafsiran citra visual dapat didefiniskan sebagai aktivitas visual untuk mengkaji citra yang menunjukkan gambaran muka bumi yang tergambar di dalam citra tersebut untuk tujuan identifikasi obyek dan menilai maknanya. Menurut Salman 2011, ada tiga hal penting yang perlu dilakukan dalam proses interpretasi, yaitu deteksi, identifikasi dan analisis. Deteksi citra merupakan pengamatan tentang adanya suatu objek, misalkan pendeteksian objek disebuah daerah dekat perairan. Identifikasi atau pengenalan merupakan upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup, misalnya mengidentifikasikan suatu objek berkotak2 sebagai tambak di sekitar perairan karena objek tersebut dekat dengan laut. Sedangkan analisis merupakan pengklasifikasian berdasarkan proses induksi dan deduksi, seperti penambahan informasi bahwa tambak tersebut adalah tambak udang dan dklasifikasikan sebagai daerah pertambakan udang. Setelah serangkaian proses pra-pengolahan citra diatas, kemudian dilakukan penafsiran visual atau biasa disebut klasifikasi secara kualitatif. Penafsian ini merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi objek-objek permukaan bumi yang tampak pada citra, berasal dari pengembangan penafsiran foto udara dan umumnya menggunakan elemen penafsiran yang terdiri dari tone, tekstur, warna, pola, bentuk, ukuran, lokasi dan asosiasi. Setiap elemen penafsiran berasal dari proses tertentu, dan proses tersebut membutuhkan pemahaman mengenai bidang keilmuan tertentu. Secara garis besar bagaimana setiap elemen penafsiran harus dipahami melalui pengetahuan dalam bidang tertentu. Menurut buku Manual Penafsiran citra ALOS PALSAR 2011, pada saat interpretasi citra radar, meskipun yang diinterpretasi adalah citra analog, interpreter harus tetap ingat bahwa tone yang tampak pada citra radar sangat berbeda dengan pencitraan mata manusia umumnya sensor optik. Derajat keabu- abuan dari citra sangat tergantung pada kekuatan relatif dari backscatter gelombang mikro, kekasaran permukaan dan kondisi dielektrik lanskap.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010 – Mei 2011. Pengambilan data lapangan dilakukan di Jawa Barat dengan lokasi administratif Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur seluas80 km x 80 km pada bulan Juli 2010 - Okober 2010 Gambar 6. Sedangkan, proses pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Remote Sensing dan GIS Fakultas Kehutanan IPB di mulai bulan November 2010 sampai dengan Mei 2011. Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Alat

Alat – alat yang digunakan yaitu GPS, kompas, suunto tandom, tallysheet , kamera digital sebagai peralatan lapangan. Seperangkat komputer dengan software Erdas Imagine 9.1, ArcView 3.3, ArcGIS, Microsoft Excel 2010, Microsoft Word 2010, dan system pendukung untuk analisis data yaitu Ekstensi Image Analysis, Geoprocessing, Graticules and Measured Grid, Projection Utility Wizard, Spatial Analysis, XTools, dan Ekstensi IHMB-Jaya Versi 6.

Dokumen yang terkait

Pendugaan biomassa atas permukaan pada tegakan pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) menggunakan citra alos palsar resolusi spasial 50 M dan 12,5 M (studi kasus di KPH Banyumas Barat)

0 3 69

Evaluasi Akurasi Klasifikasi Penutupan Lahan Menggunakan Citra Alos Palsar Resolusi Rendah Studi Kasus Di Pulau Kalimantan

0 22 94

Aplikasi dan evaluasi citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan 12,5 m untuk identifikasi tutupan lahan: studi kasus di Kabupaten Brebes, Cilacap, Banyumas dan Ciamis

2 15 87

Perbandingan penafsiran visual antara Citra Alos Palsar Resolusi 50 m dengan Citra Landsat Resolusi 30 m dalam mengidentifikasi penutupan lahan (Studi Kasus di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur)

0 5 180

Evaluasi manual penafsiran visual citra alos palsar dalam mengidentifikasi penutupan lahan menggunakan citra alos palsar resolusi 50 M

3 12 72

Aplikasi dan Evaluasi Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m, Resolusi 12,5 m, dan Resolusi 6 m untuk Identifikasi Tutupan Lahan (studi kasus di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Samosir)

0 3 145

Identifikasi Hutan Lahan Basah Menggunakan Citra ALOS PALSAR di Kalimantan Selatan

1 5 55

Aplikasi Citra ALOS PALSAR Multiwaktu Resolusi 50 m dalam Identifikasi Tutupan Lahan di Provinsi Lampung

0 2 136

Klasifikasi dan Detektsi Perubahan Tutupan Hutan dan Lahan Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 Meter di Wilayah Barat Provinsi Jambi.

0 9 70

Model Penduga Biomassa Hutan Alam Lahan Kering Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 M di Areal Kerja PT. Trisetia Intiga

0 5 165