Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan

Menurut Trisakti 2005, orthorektifikasi adalah proses koreksi geometrik dengan memasukkan data ketinggian permukaan dan informasi posisi platform satelit. Rektifikasi ortho merupakan metode yang paling akurat akan tetapi prosesnya cukup rumit dan memerlukan data yang lebih banyak. Dalam melakukan slope correction, dibutuhkan citra yang sudah terorthorektifikasi agar pada saat citra dikoreksi kelerenganya berada pada posisi yang sesuai sehingga meminimalisir kesalahan pada penafsiran citra baik secara digital maupun manual.

2.4 Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan

Dalam klasifikasi penutupan dan penggunaan lahan ada beberapa informasi yang tidak dapat diperoleh dari data pengideraan jauh. Informasi mengenai penutupan lahan dapat secara langsung dikenali dari penutupan lahannya. Untuk menentukan penggunaan lahan diperlukan tambahan informasi untuk melengkapi data penutupan lahan. Departemen Kehutanan secara rutin menerbitkan data penutupan dan penggunaan lahan. Pada tahun 2003 dan 2008 Diretorat planologi mempublikasikan data penutupan lahan untuk seluruh seluruh Indonesia. Data ini dibuat berdasarkan interpretasi visual citra Landsat dengan mempertimbangkan tingkat gangguan hutan primer dan sekunder dan kondisi lahan rawalahan kering. Klasifikasi Direktorat Jendral Planologi Kehutanan menggunakan 23 kelas, yaitu: 1 Hutan lahan kering primer 2 Hutan lahan kering sekunder 3 Hutan rawa primer 4 Hutan rawa sekunder 5 Hutan mangrove primer 6 Hutan mangrove sekunder 7 Hutan tanaman 8 Perkebunan 9 Semak belukar 10 Semak belukar rawa 11 SavannaPadang rumput 12 Pertanian lahan kering 13 Pertanian lahan kering + semak 14 Sawah 15 Tambak 16 Permukiman 17 Transmigrasi 18 Land terbuka 19 Pertambangan 20 Tubuh air 21 Rawa 22 Awan 23 Bandar udaraPelabuhan. Berdasarkan Manual Penfsiran Citra ALOS PALSAR 2011, obyek penutupan lahan yang dapat dikenali adalah hutan lahan kering, hutan musim, hutan rawa, mangrove, hutan tanaman, perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet, kebun campuran, semak belukar, pertanian lahan kering, padang rumput, sawah, permukiman, lahan terbuka, bandar udara, tambak dan badan air. Namun dari beberapa indikasi yang perlu kajian lebih lanjut, kemungkinan ke depan dapat ditingkatkan melalui penampakan topografi yang jelas pada citra ALOS PALSAR sehingga hutan lahan kering dibedakan menjadi hutan dataran, hutan perbukitan dan hutan pegunungan. Selain itu untuk tanaman dan perkebunan, mengingat faktor biomas mempunyai pengaruh yang cukup jelas pada citra ALOS PALSAR, kemungkinan dapat dibedakan menjadi kelas-kelas yang lebih muda dan tua. Sistem klasifikasi penutupan lahan dan hutan yang disarankan adalah : 1. Hutan Alam 1.1. Hutan Alam Lahan Kering 1.1.1. Hutan Alam Lahan Kering Dataran 1.1.2. Hutan Alam Lahan Kering Perbukitan 1.1.3. Hutan Alam Lahan Kering Pegunungan 1.1.4. Hutan Alpin 1.2. Hutan Rawa 1.2.1. Hutan Rawa Tawar 1.2.2. Hutan Rawa Gambut 1.3. Hutan Mangrove 1.4. Hutan Musim 2. Hutan Tanaman 2.1. Hutan Tanaman Jati 2.1.1. Hutan Tanaman Jati Muda 2.1.2. Hutan Tanaman Jati Tua 2.2. Hutan Tanaman Pinus 2.2.1.Hutan Tanaman Pinus Muda 2.2.2.Hutan Tanaman Pinus Tua 2.3. Hutan Tanaman Jenis lain 2.3.1. Hutan Tanaman Jenis lain Muda 2.3.2. Hutan Tanaman Jenis lain Tua 3. Hutan Terbakar 4. Semak belukar 5. Padang rumput 6. Perkebunan 6.1. Perkebunan Karet 6.1.1. Perkebunan Karet Muda 6.1.2. Perkebunan Karet Tua 6.2. Perkebunan Kelapa sawit 6.2.1. Perkebunan Kelapa sawit Muda 6.2.2. Perkebunan Kelapa sawit Tua 7. Kebun Campuran 8. Pertanian 8.1. Pertanian lahan kering 8.2. Sawah 9. Lahan terbuka 10. Lahan terbangun 10.1. Pemukiman 10.1.1. Perkotaan 10.1.2. Pedesaan 10.2. Bandar udaraPelabuhan 11. Tambak 12. Badan air.

2.5 Interpretasi Citra

Dokumen yang terkait

Pendugaan biomassa atas permukaan pada tegakan pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) menggunakan citra alos palsar resolusi spasial 50 M dan 12,5 M (studi kasus di KPH Banyumas Barat)

0 3 69

Evaluasi Akurasi Klasifikasi Penutupan Lahan Menggunakan Citra Alos Palsar Resolusi Rendah Studi Kasus Di Pulau Kalimantan

0 22 94

Aplikasi dan evaluasi citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan 12,5 m untuk identifikasi tutupan lahan: studi kasus di Kabupaten Brebes, Cilacap, Banyumas dan Ciamis

2 15 87

Perbandingan penafsiran visual antara Citra Alos Palsar Resolusi 50 m dengan Citra Landsat Resolusi 30 m dalam mengidentifikasi penutupan lahan (Studi Kasus di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur)

0 5 180

Evaluasi manual penafsiran visual citra alos palsar dalam mengidentifikasi penutupan lahan menggunakan citra alos palsar resolusi 50 M

3 12 72

Aplikasi dan Evaluasi Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m, Resolusi 12,5 m, dan Resolusi 6 m untuk Identifikasi Tutupan Lahan (studi kasus di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Samosir)

0 3 145

Identifikasi Hutan Lahan Basah Menggunakan Citra ALOS PALSAR di Kalimantan Selatan

1 5 55

Aplikasi Citra ALOS PALSAR Multiwaktu Resolusi 50 m dalam Identifikasi Tutupan Lahan di Provinsi Lampung

0 2 136

Klasifikasi dan Detektsi Perubahan Tutupan Hutan dan Lahan Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 Meter di Wilayah Barat Provinsi Jambi.

0 9 70

Model Penduga Biomassa Hutan Alam Lahan Kering Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 M di Areal Kerja PT. Trisetia Intiga

0 5 165