Koreksi Kelerengan Koreksi Geometrik

Ada beberapa alasan atau pertimbangan, kenapa perlu melakukan rektifikasi, diantaranya adalah untuk: 1. membandingkan 2 citra atau lebih untuk lokasi tertentu 2. membangun SIG dan melakukan pemodelan spasial 3. meletakkan lokasi-lokasi pengambilan “training area” sebelum melakukan klasifikasi 4. membuat peta dengan skala yang teliti 5. melakukan overlay tumpang susun citra dengan data-data spasial lainnya 6. membandingkan citra dengan data spasial lainnya yang mempunyai skala yang berbeda 7. membuat mozaik citra 8. melakukan analisis yang memerlukan lokasi geografis dengan presisi yang tepat.

2.3.1 Koreksi Kelerengan

Lereng yang dimaksud disini yaitu lereng permukaan secara makro atau lereng topografi daerah. Bagi lereng yang menghadap ke arah sensor lazim disebut lereng depan, maka pantulan tenaganya lebih besar dari lereng belakangnya Sutanto 1987. Lereng termasuk salah satu faktor topografi. Efek topografi terjadi disebabkan oleh perubahan incident angle dengan kemiringan topografi radar. Topografi membatasi efek keakuratan hasil klasifikasi citra. Salah satu efek topografi adalah perbedaan kecerahan terlihat pada citra SAR medan berat Bayer et al. 1991. Untuk memperbaiki efek topografi data ALOS PALSAR menggunakan algoritma model backscatter pada radar dan model elevasi digital. Koreksi kemiringan ini dilakukan untuk menguji klasifikasi tutupan lahan agar meningkatkan akurasi pemetaan hutan Murthi 1996. Pengaruh kemiringan lahan dan orientasinya terhadap nilai backscatter objek sangat besar. Oleh karena itu aplikasi citra radar untuk wilayah bergunung seringkali sulit dilakukan, seringkali dijumpai bukit yang relatif kurang bervegetasi akan tetapi memiliki nilai backscatter yang tinggi Leclerc 2001. Untuk keperluan penafsiran, citra radar wilayah yang bergunung sebaiknya dilakukan koreksi nilai backscatternya terlebih dahulu. Koreksi seperti ini masih terus dikembangkan, antara lain dilakukan oleh JAXA untuk citra PALSAR. Contoh perbedaan citra wilayah bergunung yang belum dan sudah dikoreksi nilai backscatternya akibat pengaruh kemiringan lahan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Perbedaan antara citra yang belum atas dan sudah bawah di koreksi nilai backscatternya. Menurut Sun et al. 2002, untuk mengetahui koreksi kemiringan lahan perlu diketahui besar local incidence angle. Setelah diketahui besar local incidence angle , baru dapat diketahui besar nilai digital terkoreksi. Berikut adalah persamaan yang dipakai untuk mengetahui local incidence angle : Keterangan : : local incidence angle : incident angle of microwave =34.3° : local slope angle menggunakan DEM : azimuth angle =188.16° : aspect of slope menggunakan DEM Setelah local incidence angle diketahui, maka koreksi kemiringan lahan dapat diperoleh dengan persamaan : Keterangan : Rc = Nilai Digital terkoreksi R = Nilai Digital Asli k = parameter koreksi kelerengan = local incidence angle Menurut Trisakti 2005, orthorektifikasi adalah proses koreksi geometrik dengan memasukkan data ketinggian permukaan dan informasi posisi platform satelit. Rektifikasi ortho merupakan metode yang paling akurat akan tetapi prosesnya cukup rumit dan memerlukan data yang lebih banyak. Dalam melakukan slope correction, dibutuhkan citra yang sudah terorthorektifikasi agar pada saat citra dikoreksi kelerenganya berada pada posisi yang sesuai sehingga meminimalisir kesalahan pada penafsiran citra baik secara digital maupun manual.

2.4 Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan

Dokumen yang terkait

Pendugaan biomassa atas permukaan pada tegakan pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) menggunakan citra alos palsar resolusi spasial 50 M dan 12,5 M (studi kasus di KPH Banyumas Barat)

0 3 69

Evaluasi Akurasi Klasifikasi Penutupan Lahan Menggunakan Citra Alos Palsar Resolusi Rendah Studi Kasus Di Pulau Kalimantan

0 22 94

Aplikasi dan evaluasi citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan 12,5 m untuk identifikasi tutupan lahan: studi kasus di Kabupaten Brebes, Cilacap, Banyumas dan Ciamis

2 15 87

Perbandingan penafsiran visual antara Citra Alos Palsar Resolusi 50 m dengan Citra Landsat Resolusi 30 m dalam mengidentifikasi penutupan lahan (Studi Kasus di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur)

0 5 180

Evaluasi manual penafsiran visual citra alos palsar dalam mengidentifikasi penutupan lahan menggunakan citra alos palsar resolusi 50 M

3 12 72

Aplikasi dan Evaluasi Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m, Resolusi 12,5 m, dan Resolusi 6 m untuk Identifikasi Tutupan Lahan (studi kasus di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Samosir)

0 3 145

Identifikasi Hutan Lahan Basah Menggunakan Citra ALOS PALSAR di Kalimantan Selatan

1 5 55

Aplikasi Citra ALOS PALSAR Multiwaktu Resolusi 50 m dalam Identifikasi Tutupan Lahan di Provinsi Lampung

0 2 136

Klasifikasi dan Detektsi Perubahan Tutupan Hutan dan Lahan Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 Meter di Wilayah Barat Provinsi Jambi.

0 9 70

Model Penduga Biomassa Hutan Alam Lahan Kering Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 M di Areal Kerja PT. Trisetia Intiga

0 5 165