45 kalsium.  Kalsium  sulfat  memiliki  bioavaibilitas  yang  sama  dengan
penyedia  kalsium  lain  Aguilar,  2008.  Menurut  Guguen  dan  Pointillart 2000, CaSO
4
dapat menyediakan kalsium dalam jumlah yang sesuai bagi tubuh dan memiliki derajat mineralisasi tulang yang baik pula.
”Jika  Kalsium  dikonsumsi  lebih  dari  batas  atas  konsumsi  kalsium harin  yang  diijinkan  2500  mg  ini  ekuivalen  dengan  mengkonsumsi  8.5  g
kalsium  sulfat  anhidrous  per  hari.  Hal  ini  akan  memberikan  asupan  ion sulfat  sebesar  6  gram.  Studi  yang  dilakukan  terhadap  hewan  percobaan
menunjukkan tidak menunjukkan atau tidak meningkatkan kecenderungan keracunan ion sulfat y
aitu ”efek laksatif ”  Aguilar, 2008.
3. Analisis Organoleptik
Uji  organoleptik  merupakan  salah  satu  metode  untuk  mengukur kualitas dari suatu produk. Pengukuran kualitas ini didasarkan pada indra
manusia  yang  secara  langsung  menilai  satu  atau  beberapa  atribut  dari bahan pangan sesuai dengan karakteristik yang diminta.
Pada  penelitian  ini,  digunakan  uji  rating  hedonik  dengan  jumlah panelis  sebanyak  30  orang.  Uji  rating  hedonik  ini  merupakan  alat  untuk
mengukur  tingkat  kesukaan  terhadap  suatu  produk.  Sehingga  pada penelitian ini dapat diketahui daya terima konsumen terhadap produk tahu.
Skala  yang  digunakan  dalam  uji  ini  terdiri  dari  tujuh  skala  yaitu  sangat tidak suka 1, tidak suka 2, agak tidak suka 3, netral 4, agak suka 5,
suka 6, dan sangat suka 7. Beberapa  atribut  yang  dinilai  pada  uji  rating  hedonik  ini  adalah
warna,  aroma,  rasa,  tekstur,  dan  overall.  Pemilihan  atribut  ini  didasarkan pada  atribut  penting  yang  biasa  dinilai  konsumen  terhadap  produk  tahu.
Terdapat  tiga  jenis  sampel  yang  akan  dinilai  oleh  panelis  yaitu  tahu kontrol, tahu  F1 koagulan tunggal CaSO
4
2.5 , dan tahu  F2 koagulan campuran  CaSO
4
2  +GDL  0.5  .  Tahu  kontrol  merupakan  tahu komersial yang dijual dipasaran.
46
b. Warna
Warna  merupakan  karakteristik  sensori  yang  mempengaruhi kesukaan  terhadap  suatu  produk.  Warna  merupakan  atribut  sensori
yang  pertama  dilihat  oleh  konsumen.  Warna  produk  yang  unik  akan lebih menarik perhatian konsumen dari pada warna produk yang biasa-
biasa saja. Warna harus menarik, menyenangkan konsumen, seragam, dan  dapat  mewakili  citarasa  yang  ditambahkan.  Skor  kesukaan
terhadap warna berkisar antara 5.47 sampai 5.97 agak suka. Hasil uji organoleptik terhadap warna dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Respon panelis terhadap warna produk tahu
Keterangan  : Skor kesukaan yang memiliki huruf yang sama  berarti antar formula tersebut tidak berbeda nyata
Dari  tabel  bahwa  produk  yang  paling  disukai  adalah  tahu  F1 dengan skor 5.97 lalu tahu kontrol dengan skor 5.67 dan yang terakhir
adalah  tahu  F2  sebesar  5.47.  Hasil  uji  ANOVA  Lampiran  4 menunjukkan  bahwa  jenis  koagulan    tidak  berpengaruh  nyata  pada
skor  kesukaan  panelis  terhadap  parameter  warna  pada  taraf  5 p0.05.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  warna  produk  cukup  dapat
diterima konsumen.
c. Aroma
Kedelai memiliki ciri khas bau langu. Pemanasan pada suhu 100
o
C  selama  10  menit  cukup  memadai  untuk  menginaktifkan  enzim lipoksigenase  dan  mengurangi  bau  langu  pada  hasil  olahan  kacang-
kacangan Nelson et al., 1971.  Aroma langu kedelai pada tahu dapat dibedakan  dari  aroma  lain  dari  tahu  yang  disebabkan  kerusakan  atau
penyimpangan  yang  lain  Nurmayanti,  2009.  Pada  penelitian  ini, penghilangan  aroma  kedelai  dilakukan  saat  proses  penggilingan
Produk Jenis koagulan
Skor kesukaan Warna
Kontrol Whey
5.67
a
F1 CaSO4 2.5
5.97
a
F2 CaSO4 2.  + GDL 0.5
5.47
a
47 dengan  air  panas  dan  pemasakan  bubur  kedelai,  tetapi  aroma  langu
kedelai tetap ada walau dalam jumlah yang relatif  sedikit.
Peranan  aroma  dalam  suatu  produk  pangan    sangat  penting karena  turut  menentukan  daya  terima  konsumen  terhadap  produk
tersebut.  Hasil  uji  rating  hedonik  menunjukkan  bahwa  tingkat penerimaan rata-rata panelis terhadap nilai produk berkisar  5.5
– 5.63 agak suka. Adapun respon panelis terhadap aroma tahu dapat dilihat
pada Tabel 10.
Tabel 10. Respon panelis terhadap aroma produk tahu Produk
Jenis koagulan Skor kesukaan Aroma
Kontrol Whey
5.50
a
F1 CaSO4 2.5
5.57
a
F2 CaSO4 2.  + GDL 0.5
5.63
a
Keterangan  :  Skor  kesukaan  yang  memiliki  huruf  yang  sama berarti antar formula tersebut tidak berbeda nyata
Berdasarkan  tabel  diatas  skor  kesukaan  tertinggi  diperoleh  tahu F2  diikuti  F1  dan  yang  paling  rendah  tahu  kontrol.  Hasil  uji  ANOVA
Lampiran  5  menunjukkan  bahwa  jenis  koagulan    tidak  berpengaruh nyata  pada  skor  kesukaan  panelis  terhadap  atribut  aroma  pada  taraf  5
p0.05.  Secara umum hasil uji rating hedonik pada atribut aroma menunjukkan bahwa aroma produk tahu dapat diterima oleh panelis.
d. Rasa
Rasa  merupakan  faktor  penting  terhadap  penerimaan  suatu produk  pangan.  Penyimpangan  terhadap  rasa  produk  akan
mempengaruhi  penerimaan  konsumen.  After  taste  pahit  atau  kesat masih  terasa  ketika  tahu  sudah  diolah.  Pada  produk  tahu  ini
penyimpangan  yang  ditakutkan  terjadi  adalah  adanya  rasa  pahit  yang merupakan  indikasi  kelebihan  koagulan.  Adapun  respon  panelis
terhadap rasa produk tahu dapat dilihat pada Tabel 11.
48
Tabel 11. Respon panelis terhadap rasa produk tahu Produk
Jenis koagulan Skor kesukaan Rasa
Kontrol Whey
4.80
a
F1 CaSO4 2.5
4.90
a
F2 CaSO4 2.  + GDL 0.5
4.93
a
Keterangan  :  Skor  kesukaan  yang  memiliki  huruf  yang  sama berarti antar formula tersebut tidak berbeda nyata
Hasil  respon  menunjukkan  tidak  ada  penolakan  konsumen terhadap  rasa.  Hasil  uji  rating  hedonik  menunjukkan  bahwa  tingkat
penerimaan rata-rata panelis terhadap nilai tekstur tahu berkisar antara 4.8
– 4.9 netral. Tahu yang paling enak adalah tahu F2 diikuti oleh tahu F1 dan yang paling rendah adalah tahu kontrol. Hasil uji ANOVA
Lampiran  6  menunjukkan  bahwa  jenis  koagulan    tidak  berpengaruh nyata pada skor kesukaan panelis terhadap parameter rasa pada taraf 5
p0.05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua produk hasil produksi tidak  memiliki  penyimpangan  rasa  dan  memiliki  kesamaan  rasa
dengan  tahu  kontrol  komersial  serta  ketiganya  dapat  diterima  oleh konsumen.
e. Tekstur
Tekstur  merupakan  parameter  yang  sangat  menentukan  dalam produk tahu. Tekstur tahu yang baik yaitu tahu yang memiliki struktur
kompak, halus, dan tidak rapuh. Hasil uji rating hedonik menunjukkan bahwa tingkat penerimaan rata-rata panelis terhadap nilai tekstur tahu
berkisar antara  netral sampai agak suka 4.63 – 5.63. Adapun respon
panelis terhadap tekstur tahu dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Respon panelis terhadap tekstur tahu Produk
Jenis koagulan Skor kesukaan
tekstur
Kontrol Whey
5.63
a
F1 CaSO4 2.5
5.50
a
F2 CaSO4 2.  + GDL 0.5
4.63
b
Keterangan  :  Skor  kesukaan  yang  memiliki  huruf  yang  sama  berarti antar formula tersebut tidak berbeda nyata
49 Hasil  uji  ANOVA  Lampiran  7  menunjukkan  bahwa  jenis
koagulan    berpengaruh  nyata  pada  skor  kesukaan  panelis  terhadap parameter  tekstur    pada  taraf  5    p0.05.  Tahu  F2  memiliki
perbedaan  kesukaan  dari  kedua  produk  lain  F1  dan  komersial. Sedangkan  F1  dan  kontrol  memiliki  kesukaan  yang  sama.  Tahu  F2
mendapat  komentar  dari  panelis  terlalu  keras.  Tahu  kontrol  memiliki nilai  skor  kesukaan  tekstur  rata-rata  paling  tinggi  sebesar  5.63
mendekati  suka –suka  kemudian  diikuti  oleh  tahu  F1  dengan  skor
kesukaan  rata-rata    sebesar  5.50  agak  suka-suka.  Tahu  F2  memiliki skor kesukaan yang paling rendah dengan nilai skor kesukaan rata-rata
sebesar  4.63  netral.  Namun,  ketiga  produk  masih  dapat  diterima secara wajar oleh konsumen.
f. Overall
Overall merupakan penerimaan organoleptik produk secara umum. Panelis  melihat  keseluruhan  sifat  sensori  yang  ada  pada  produk  baik
rasa,  aroma,  tekstur,  warna,  maupun  sifat  organoleptik  lain  pada produk.  Nilai  skor  kesukaan  terhadap  parameter  overall  tahu  dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Respon panelis terhadap overall produk tahu Produk
Jenis koagulan Skor kesukaan
Overall
Kontrol Whey
5.93
b
F1 CaSO4 2.5
5.37
a
F2 CaSO4 2.  + GDL 0.5
5.03
a
Keterangan  :  Skor  kesukaan  yang  memiliki  huruf  yang  sama  berarti antar formula tersebut tidak berbeda nyata
Hasil  uji  ANOVA  yang  dilanjutkan  dengan  uji  Duncan  Lampiran 8  terhadap  parameter  overall  menunjukkan  bahwa  jenis  koagulan
berpengaruh  nyata  pada  skor  kesukaan  panelis  terhadap  parameter overall  pada  taraf  5    p0.05.    Tahu  komersial  berbeda  kesukaan
overallnya terhadap kedua produk lainnya yaitu F1 dan F2. Sedangkan
50 F1  dan  F2  memiliki  kesukaan  overall  yang  sama.  Tahu  kontrol
merupakan  produk  yang  paling  disukai  dengan  rata-rata  nilai  skor kesukaan  overall  sebesar  5.93  mendekati  suka.  Kemudian  diikuti
oleh tahu F1 dengan rata-rata nilai skor kesukaan  overall sebesar 5.37 agak  suka-suka.  Tahu  F2  mendapatkan  nilai  kesukaan  overall  yang
paling  rendah  sebesar  5.03  agak  suka.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa baik tahu F1 maupun F2 dapat diterima konsumen.
Dari  masing-masing  atribut  kesukaan  sensori  diatas  nilainya berkisar  antara  netral
–  suka.  Sehingga  secara  umum  produk  dapat diterima  oleh  konsumen.  Tahu  F1  dan  F2    merupakan  hasil  dari
ujicoba produksi tahu skala pilot plan dapat diterima konsumen seperti tahu  komersial  yang  dijual  bebas.  Pada  beberapa  atribut  seperti  pada
atribut rasa dan warna peneriman konsumen lebih baik. Setelah tahap produksi  maka  akan  dilepas  di  pasaran  dengan  terlebih  dahulu
menentukan  strategi  pemasaran  dan  dilakukan  analisis  kelayakan terhadap  usaha.  Kedua  langkah  tersebut  akan  dijelaskan  pada  tahap
penetrasi pasar.
4. Potensi Pengembangan Zero Waste Integrated Soy Processing