112
standar keselamatan dasar bagi civitas sekolah dan terintegrasi
dengan kebijakan
desa. Manajemen
penyelenggaran SD Negeri Keningar 1 dan 2 di wilayah rentan
ini juga
masih sama
seperti manajemen
penyelenggaraan sekolah normal lainnya yang berada diwilayah risiko bencana rendah.
4.1.8. Analisis Dampak Risiko Bencana Erupsi
Merapi Bagi SD Negeri Keningar 1 dan Keningar 2
Analisis dampak risiko bencana erupsi Merapi bagi sekolah dapat dikelompokkan dalam beberapa
dampak sebagai berikut: Pertama, dampak tertinggi pada
kelompok paling
rentan. Komunitas
sekolah merupakan
mayoritas kelompok
rentan dalam
perspektif analisis gender. Dampak bencana bagi anak- anak dan perempuan tentu berlipat kali lebih berat
ketimbang dampak
bagi laki-laki
dewasa. Bentuk
ancaman dampak bencana mulai dari sakit serangan saluran pernafasan sampai ke ancaman jiwa serta
belum terhitung trauma bagi para kelompok rentan ini. Tetapi bagi anak-anak, perempuan dan diffable, mereka
memiliki akses,
kebutuhan dan
partisipasi yang
berbeda sesuai
dengan tingkat
umum dan
jenis kelamin
mereka. Dengan
demikian anak-anak,
perempuan dan diffable memerlukan kondisi khusus untuk bisa mengurangi paparan risiko bencana pada
jangka panjang. Dalam kontek SD Negeri Keningar 1 dan 2
dampak bencana akan terkurangi jika penyelenggaraan bencana mengikuti kebutuhan, akses dan partisipasi
yang berbeda dalam perspektif gender. Demikian juga
113
sebaliknya. Dampak
bencana akan
berlipatkali dihadapi oleh kelompok rentan jika tidak menjadikan
mereka sebagai
bagian penting
prioritas dalam
penyusunan kebijakan. Kedua,
Civitas sekolah
dan struktur
sekolahmasyarakat pada akhirnya berubah karena dampak bencana. Temuan penting adalah pada waktu
sekolah harus menyelenggarakan pengungsian dan sekolah darurat. Maka fungsi dari civitas sekolah
berubah. Kepala Sekolah, Guru dan Penjaga Sekolah maupun orang tua murid Komite Sekolah berfungsi
tumpang tindih berjalan sesuai dengan inisiatif dan pengetahuan
personal. Fungsi
masing-masing kemudian bertambah, selain memastikan KBM berjalan
dengan baik, Kepala sekolah juga harus mengkoordinir dan memastikan apakah siswa dalam kondisi sehat,
terpenuhi kebutuhan
asupannya dan
sudah mendapatkan layanan kesehatan yang memadai pada
waktu sakit. Demikian juga guru, penjaga sekolah dan orang tua murid. Padahal mereka semua juga korban
sekaligus pengungsi. Perubahan struktur ini berpotensi memicu konflik jika tidak diatur dengan baik belajar
dari pengalaman penyelenggaraan sebelumnya. Ketiga, fasilitas pelayanan sekolah tidak berjalan.
Ancaman bencana erupsi Merapi tahun 2010 terbukti menghentikan proses belajar mengajar di lokasi sekolah
yang disediakan.
Kegagalan menyelenggarakan
kegiatan belajar mengajar merupakan indikator penting bahwa sekolah terkena dampak langsung dari erupsi
Merapi. Inisiatif untuk membangun sekolah darurat dipengungsian
adalah salah
satu bentuk
upaya
114
mengurangi dampak
kegagalan penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar. Yang dibutuhkan adalah mengurangi risiko bencana bagi civitas sekolah dan
menyelenggarakan sekolah
darurat yang
terkelola dengan baik.
Keempat, lingkungan
sekolah rusak.
Infrastruktur sekolah rusak karena debu dan kerikil yang memenuhi lingkungan sekolah. Atap, buku-buku
dan bangku sekolah hancur karena terkena paparan debu vulkanik. Kerusakan lingkungan memang tidak
terhindarkan, tetapi tetap saja melemahkan daya tahan sekolah
untuk menyelenggarakan
kegiatan belajar
mengajar yang sehat dan berkualitas. Kelima, sumber pendapataninput sekolah dalam
melakukan recovery paska bencana. Minimnya dampak bantuan pemerintah terhadap proses rekonstruksi dan
rehabilitasi sekolah paska bencana di fahami betul oleh sekolah. Oleh sebab itu, sekolah mengandalkan sumber
daya dan kemampuan lokal untuk proses recovery paska
bencana. Mobilisasi
sumber daya
sekolah meliputi bantuan tenaga, alat-alat dan financial dari
wali murid, masyarakat desa, relawan kemanusiaan, lembaga swadaya masyarakat dan dari universitas.
Kebutuhan dasar bagi perbaikan sekolah difokuskan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah
harus berjalan segera. Berdasarkan
lima kerangka
analisis dampak
tersebut, maka pada jangka panjang jika tidak terjadi perubahan terhadap strategi manajemen sekolah SD
Negeri Keningar 1 dan 2, dampak bencana akan semakin
berat dirasakan
oleh civitas
sekolah.
115
Mengingat sekolah adalah salah satu lingkungan paling rentan dari ancaman bahaya.
4.1.9. Analisis Kebutuhan