siswa dibimbing untuk berani dan terampil menyampaikan pengalaman dan gagasannya secara teratur, sehingga mudah
dipahami orang lain. e.
Membiasakan kerja sama di antara siswa. Diskusi pada hakikatnya kerja sama dalam mengumpulkan dan
tukar-menukar pengalaman serta gagasan. Melalui diskusi, siswa dibina memperhatikan kepentingan orang lain, menghargai pendapat
orang lain, dan menerima keputusan bersama. Penulis menyimpulkan bahwa tujuan diadakan diskusi kelompok
yaitu siswa mendapatkan informasi yang berharga dari teman dan pembimbingnya, dapat membangkitkan motivasi dan semangat
mengerjakan tugas, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mengembangkan keterampilan dan keberanian peserta diskusi kelompok
untuk mengemukakan pendapatnya, dan dapat membiasakan kerjasama diantara siswa.
3. Ciri - Ciri Diskusi Kelompok
Dewa Ketut Sukardi 2008: 228-229 menyebutkan ciri-ciri diskusi kelompok yang dilihat dari segi hasil dan prosesnya adalah :
1. Dari segi hasilnya, diskusi yang efektif ialah.
a. Masalah yang didiskusikan dapat terpecahkan.
b. Ada keputusan yang dapat direalisasikan, Makin banyak keputusan
yang dapat direalisasikan makin efektiflah diskusi itu. c.
Waktu diskusi tidak diperpanjang.
d. Semua peserta diskusi menerima dan menghormati keputusan
diskusi. 2.
Dari segi prosesnya, diskusi yang efektif ialah : a.
Semua peserta mengambil bagian secara aktif, pemimpin dan semua anggota sama-sama aktif.
b. Pertentangan dan pendapat dan ketegangan dapat diatasi, sebelum
diskusi selesai. c.
Diskusi memberikan keputusan emosional rasa puas diantara anggotanya, keinginan untuk diskusi lagi, dan hubungan yang lebih
akrab setelah diskusi. d.
Ketrampilan para siswa sebagai anggota atau pemimpin diskusi makin bertambah. Hal ini dapat dilihat pada kesempatan diskusi
berikutnya atau dalam percakapan sehari-hari. W.Gulo 2004:127-129 menyebutkan ciri-ciri diskusi kelompok
ialah: 1.
Interaksi Anggota suatu keolompok terikat pada pembicaraan tertentu.
Keterikatan pada pokok pembicaraan ini menimbulkan komunikasi ini terjadi dalam bentuk tatap muka. Di dalam diskusi kelompok agar
terjadi interaksi yang baik seseorang yang berbicara ysng lsin mendengar ada juga yang bertanya dan ada juga yang menjawab.
2. Tujuan
Suatu kelompok diskusi mempunyai tujuan bersama yang jelas, tanpa tujuan yang jelas maka diskusi kelompok tidak akan berjalan
dengan semestinya menyebabkan kurangnya motivasi diantara anggota kelompok untuk berusaha mencapai tujuan.
3. Kepemimpinan
Kepemimpinan tidak selalu berada pada diri seseorang tetapi dapat berpindah dari satu ke yang lain. Fungsi kepemimpinan ini
dapat berjalan dengan sendirinya tanpa mengganggu kelancaran arus pembicaraan dalam kelompok dan seharusnya kepemimpinan suatu
kelompok ditetapkan secara formal oleh anggota-anggota kelompok itu sendiri.
4. Norma
Setiap anggota dalam kelompok terikat dengan norma-norma tertentu. Umumnya norma-norma tersebut harus ditaati oleh anggota
kelompok seperti tidak berbicara keras-keras, tidak boleh melarang orang lain berbicara keras-keras.
5. Emosi
Setiap anggota dalam kelompok mengalami cetusan-cetusan emosi tertentu. Rasa bosan, emosi, kecewa, senang semuanya bisa
terjadi jika setiap orang aktif di dalam kelompok. Untuk membina perasaan-persaan positif setiap anggota kelompok harus mengakui
kehadiran semuan anggota. Di dalam kelompok timbul dua bentuk
perasaan yaitu persaan individual dan perasaan kelompok. Suatu kelompok bisa merasa frustasi karena tidak mencapai tujuan yang
diharapkan, gejala seperti ini menunjukkan bahwa kelompok belum bekerja secara fungsional.
Penulis menyimpulkan ciri-ciri diskusi kelompok yang efektif yaitu seluruh anggota kelompok berperan aktif mendiskusikan pemecahan suatu
masalah sehingga dari hasil diskusi kelompok adanya keputusan dari penyelesaian masalah tersebut.
4. Langkah-langkah dalam Diskusi Kelompok
Suprihadi Saputro, dkk 2000: 184-185 menyebutkan langkah – langkah diskusi kelompok, antara lain.
a. Merumuskan masalah secara jelas.
b. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok –
kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi ketua, sekretaris, pelapor, mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya
sesuai dengan tujuan diskusi kelompok.
Tugas pimpinan diskusi yaitu: a
Mengatur dan mengarahkan diskusi. b
Mengatur “lalu-lintas” pembicaraan. c.
Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi.
Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.
d. Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh
semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan
laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.
Diskusi kelompok yang baik disusun dengan langkah-langkah yang terstruktur. Hal ini digunakan untuk memudahkan proses berlangsungnya
diskusi kelompok. Supriyadi Saputro, Zainal Abidin dan I Wayan Sutama 2000:184-185 mengatakan bahwa langkah-langkah dalam diskusi
kelompok adalah. a.
Merumuskan masalah secara jelas. b.
Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok diskusi. c.
Melaksanakan diskusi, setiap diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus
berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tau bahwa mereka mempunyai hak berbicara yang sama.
d. Melaporkan hasil diskusi.
e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan
hasil laporan diskusi kelompok. Berbeda dengan pendapat di atas, Hasibuan dan Moedjiono
2003:23-24 mengatakan bahwa langkah-langkah diskusi kelompok adalah.
a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan member
pengarahan seperlunya mengenahi cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-
sama oleh guru dan siswa. Yang penting judul masalah yang akan didiskusikan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami
dengan baik oleh siswa.
b. Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok diskusi,
memilih pimpinan diskusi, dan mengatur tempat duduk, ruangan, dan sarana.
c. Para siswa berdiskusi dalam kelompok masing-masing sedangkan
guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan agar
setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan dengan lancer.
d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil
tersebut ditanggapi oleh semua siswa terutama dari kelompok lain. Guru member ulasan dan penjelasan terhadap laporan tersebut.
Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi dan guru mengumpulkan laporan diskusi dari setiap kelompok.
Berdasar pendapat di atas langkah-langkah dalam diskusi kelompok tersebut diawali dengan melakukan perumusan masalah yang
akan dibahas. Langkah kedua yang dilakukan adalah melakukan pembentukan kelompok diskusi. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan
diskusi yang dilanjutkan dengan pelaporan hasil diskusi yang telah dilaksanakan. Langkah terakhir yang dilakukan dalam diskusi adalah
melakukan pencatatan hasil kegiatan diskusi kelompok yang telah dilakukan.
5. Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok
Suprihadi Saputro, Zaenal Abidin dan I Wayan 2000:181-184 mengatakan bentuk-bentuk diskusi kelompok adalah.
a. Diskusi kelompok besar
Dalam diskusi kelompok besar guru memprakarsai dan mengelola peristiwa pembelajaran terutama yang relevan dengan
tujuan penguasaan materi pelajaran. b.
Diskusi kelompok kecil Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terutama
terdiri dari 4-5 orang. Hasil diskusi yang diharapkan adalah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-
beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing individu yang dapat saling
memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan dari kekeliruan.
c. Diskusi panel
Fungsi diskusi panel adalah untuk mempertahankan keuntungan diskusi kelompok dengan situasi peserta besar dimana
ukuran kelompok tidak memungkinkan partisipasi kelompok secara mutlak.
d. Diskusi kelompok sindikat
Suatu kelompok dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan
tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besar problem di dalam kelas, ia menggambarkan aspek-aspek masalah kemudian tiap-tiap kelompok
diberi tugas untuk mempelajari aspek tertentu. e.
Brain storming group Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera.
Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar kelompok belajar menghargai pendapat
orang lain. f.
Symposium Beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu objek dan
membacakan dimuka peserta symposium secara singkat 5-20 menit. Kemudian diikuti denga sanggahan dan pertanyaan dari para
penyanggah dan juga dari para pendengar. Bahan dan sanggahan pitu selanjutnya dirumuskan oleh panitia sebagai hasil symposium.
g. Informal debat
Kelas dibagi menjadi 2 tim yang agak sama besarnya dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa
memperdebatkan peraturan perdebatan. h.
Colloqium Seseorang atau beberapa orang manusian sumber menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari audiensi. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa menginterview manusi sumber selanjutnya mengundang
pertanyaan lain siswa. i.
Fish bowl Beberapa orang peserta dipimpin oleh seseorang ketua duduk
diatas mengadakan untuk suatu diskusi untuk mengambil keputusan, tempat duduk diatur setengah lingkaran dengan 2 atau 3 kursi kosong
menghadap peserta diskusi seolah-olah melihat ikan dalam mangkuk. Adapun bentuk-bentuk diskusi kelompok menurut Roestiyah
N.K 2001:9-12 : a.
Whole Group Suatu diskusi dalam anggota kelompok yang melaksanakan
tidak lebih dari 15 orang. b.
Buzz group Kelompok besar dibagi menjadi 2 sampai dengan 8 kelompok
yang lebih kecil. Jika diperlukan kelompok kecil ini diminta melaporkan hasil diskusi pada kelompok besar.
c. Panel
Pada diskusi panel dimana suatu kelompok kecil antara 3-6 orang mendiskusikan suatu subjek tertentu mereka duduk dalam
susunan semi melingkar dihadapkan pada suatu kelompok besar lainnya.
d. Symposium
Teknik ini menyerupai panel hanya sifatnya lebih formal. Dalam teknik ini moderator tidak seaktif seperti pada panel. Ia lebih banyak
mengkoordinir pembicaraan saja. Teknik symposium kadang-kadang mengalami kesulitan disebabkan oleh pertama sukar menemukan
penyanggah yang mempersiapkan bahan bahasan itu secara ringkas, kedua fungsi atau peranan moderator dan symposium tidak sama
aktifnya seperti dalam panel sehingga symposium sering tampak kurang lancer. Namun demikian teknik symposium memiliki
keunggulan dalam penggunaannya ialah organisasinya sangat sederhana dan lebih terarah.
e. Colloqium
Adalah cara berdiskusi yang dijalankan oleh beberapa orang manusia sumber berpendapat, menjawab pertanyaan tetapi tidak
dalam bentuk pidato. f.
Informale debate Dalam diskusi ini dilaksanakan dengan berbagai kelompok
menjado 2 tim yang sama kuat dan jumlahnya agar seimbang kedua
tim ini mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan dengan menggunakan banyak aturan sehingga jalannya perdebatan lebih
bebas. g.
Fish bowl Dalam diskusi ini terdiri dari seseorang moderator dari 1 atau 3
orang sumber pendapat mereka duduk dalam susunan semi lingkaran berderet dengan 3 kursi kosong menghadap kelompok.
Mengacu dari pendapat dan kesimpulan yang dibuat maka penulis akan melaksanakan diskusi kelompok kecil sebagaimana yang
diungkap oleh Suprihadi Saputro, Zaenal Abidin dan I Wayan Sutama 2000:181-184 bahwa dalam diskusi kelompok kecil diatur agar
siswa dapat bertukar pikiran dengan mudah. Kelebihan diskusi kelompok kecil menurut Roestiyah N.K 2000:9-12 diskusi
kelompok kecil lebih efektif dalam memecahkan permasalahan yang akan dibahas, mudah dalam bertukar pikiran antara sesame anggota
diskusi, jumlah kelompok kecil memungkinkan setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi. Hasil diskusi
yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda mengenai bahan pelajaran,
informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan dari kekeliruan.
Bentuk diskusi kelompok bermacam-macam tergantung dari aspek mana kita melihatnya. Menurut Dewa Ketut Sukardi 2008:
222 menyatakan bahwa bentuk diskusi kelompok menurut aspek dan ciri-cirinya seperti tertera pada tabel berikut.
Tabel 1. Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok Dilihat dari Berbagai Aspek
Dilihat dari Bentuk
Ciri Utama 1 2
3 1.
Jumlah anggota
a. Kelompok besar
b. Kelompok kecil
a. Anggota 20 orang atau lebih
b. Anggota kurang dari 20 orang
biasanya sekitar 2-13 orang 2.
Pembentukan a. Bentuk Formal b.
Bentuk informal a.
Sengaja dibentuk b.
Terbentuk secara spontan tanpa direncanakan
3. Tujuan a. Pemecahan
masalah b.
Terapi anggota a.
Menekankan pada hasil diskusi
b. Menekankan pada proses
diskusi 4.
Waktu Diskusi
a. Marathon
b. Singkat Reguler
a. Terus menerus 5-12 jam
b. 1-2 jam, mungkin dilaksankan
berulang-ulang 5.
Masalah yang dibahas
a. Sederhana
b. KomplekRumit
a. Relatif mudah dipecahkan
b. Sulit dipecahkan
6. Aktivitas
kelompok a.
Terpusat pada pemimpin
b. Demokratis
terbagi ke semua anggota
a. Anggota kurang aktif,
pemimpim sangat aktif b.
Anggota dan pemimpin sama- sama aktif
Berdasarkan penjelasan tersebut, diskusi kelompok yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan diskusi kelompok kecil, dibentuk
secara formal, menekankan pada proses diskusi, masalah yang dibahas sederhana, aktivitas kelompok dibentuk secara demokratis.
6. Keuntungan Metode Diskusi Kelompok
Keuntungan diskusi kelompok menurut Suryosubroto 2002:185- 186 adalah.
1. Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses
belajar. 2.
Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajaran masing-masing.
3. Metode diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir
dan sikap ilmiah. 4.
Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan
kemampuannya diri sendiri. 5.
Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
6. Menyediakan kesempatan untuk melakukan kontak langsung dan
mempelajari pandangan secara lebih cepat dan lebih ekonomis dibanding wawancara individual
A.Aziz Wahab 1996:323 menyebutkan keunggulan dan dari metode diskusi kelompok tersebut adalah.
1. Memberikan kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat.
2. Merangsang kreatifitas anak didik dalam memecahkan masalah.
3. Menumbuhkan sikap menghargai orang lain.
4. Menghayati kepemimpinan bersama-sama.
5. Membantu mengembangkan kepemimpinan
6. Meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun terhadap
orang lain. 7.
Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keuntungan diskusi kelompok adalah membantu mengembangkan
kepemimpinan, menunjang usaha untuk mengembangkan sikap sosial dan sikap demokratis siswa, dapat mengembangkan cara berfikir siswa yang
ilmiah, merangsang kreatifitas anak didik dalam mengemukakan pendapatnya dan dapat melatih siswa untuk saling mengemukakan
pendapatnya sendiri.
7. Kelemahan Metode Diskusi Kelompok
Suryobroto 2000:186 menyebutkan kelemahan diskusi kelompok adalah.
1. Suatu diskusi tidak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana
hasilnya sebab tergantung kepada pemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggotanya.
2. Suatu diskusi memerlukan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang
belum pernah dipelajari sebelumnya. 3.
Jalannya diskusi tidak dapat dikuasai atau didominasi oleh beberapa siswa yang menonjol.
4. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak
boleh merasa dikejar-kejar oleh waktu. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya
bermanfaat. A.Aziz.Wahab 1996:325 menyebutkan kelemahan diskusi
kelompok adalah. 1.
Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. 2.
Peserta mendapat informasi yang terbatas. 3.
Sering kali diskusi dikuasai oleh orang-orang yang berbicara atau ingin menang sendiri..
4. Peserta mendapat informasi yang terbatas karena adanya patokan
waktu diskusi. Berdasar penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan
menggunakan diskusi kelompok adalah sering terjadi pada saat diskusi siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya, seing kali diskusi hanya
dikuasai oleh orang-orang yang yang pintar berbicara hanyadan ingin menang sendiri, dan peserta diskusi hanya mendapat informasi yang
terbata karena adanya patokan waktu.
E. Kerangka Berfikir
Secara umum minat membaca siswa di SMK Marsudi Luhur belum berkembang. Pada dasarnya minat membaca pelajaran bahasa Indonesia yang
dihadapi siswa merupakan interaksi beberapa faktor yang mempengaruhi baik
dari dalam maupun dari luar individu siswa. Minat membaca tersebut dapat dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Persepsi siswa terhadap pelajaran
bahasa Indonesia akan berkaitan dengan minat membaca, tinggi rendahnya minat membaca juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena
belajar tidak dapat dipisahkan dengan proses membaca. Melihat fenomena seperti itu maka guru pembimbing diharapkan
menemukan metode membimbing yang tepat. Metode membimbing dapat secara langsung tatap muka antara guru pembimbing dengan peserta didik
dan secara tidak langsung menggunakan media atau alat tertentu untuk membimbing. Dari ulasan di atas diperlukan alternatif solusi untuk dapat
membantu siswa dalam meningkatkan minat membaca salah satu cara yang bisa digunakan adalah melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik
diskusi kelompok. Bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok merupakan suatu
bentuk kegiatan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan diri serta mengambil manfaat dari kegiatan bimbingan belajar tersebut. Tujuan
bimbingan belajar adalah untuk membantu siswa agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar sehingga siswa dapat belajar dan dapat
menyelesaikan permasalahan dalam belajarnya. Salah satu tindakan yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan
minat membaca adalah melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok. Diskusi kelompok bertujuan untuk membantu siswa yang
mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Di samping itu kepentingan
pemecahan masalah diskusi kelompok juga bertujuan untuk mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok. Diskusi kelompok adalah suatu cara atau
teknik bimbingan yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka, di mana setiap anggota kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan pikiran masing-masing. Melalui diskusi kelompok siswa memiliki peluang untuk meningkatkan minat membaca, oleh karena itu
peneliti ingin berupaya meningkatkan minat membac melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian adalah:
“ Penerapan layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan minat membaca siswa kelas XI SMK Marsudi Luhur I
Yogyakarta “
58
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan action research. Penelitian tindakan merupakan salah satu strategi pemecahan
masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah pada siswa.
Selanjutnya Suharsimi Arikunto 2002:2 menyatakan bahwa dalam penelitian tindakan ini, peneliti melakukan suatu tindakan secara khusus diamati terus-
menerus, dilihat plus-minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat.
Grindy dan Kemmis Suwarsih Madya, 1994:12 menyebutkan bahwa tujuan penelitian tindakan adalah peningkatan praktik, peningkatan atau
pengembangan professional, pemahaman praktek oleh praktisinya dan peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktek. Secara ringkas tujuan utama
penelitian tindakan adalah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan praktek layanan pembelajaran.
Selanjutnya karena penelitian ini peneliti ingin mengupayakan peningkatan minat membaca pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI
APAK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok, maka berdasarkan pendapat di atas, peneliti
memilihb untuk melakukan penelitian tindakan. Jenis penelitian tindakan ini dianggap cocok untuk meningkatkan minat membaca pelajaran bahasa