PENINGKATAN MINAT MEMBACA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI AP/AK SMK MARSUDI LUHUR I YOGYAKARTA.

(1)

P JUR Diaj Un Guna PROGRAM RUSAN PS F UNIV YO ukan kepada Universita ntuk Memen a Memperole Agath NIM

M STUDI BI IKOLOGI AKULTAS VERSITAS N SEPT GYAKART SKRIPSI

a Fakultas Il as Negeri Yo uhi Sebagian eh Gelar Sarj

Oleh : a Dita Krist M. 051042440

IMBINGAN PENDIDIK S ILMU PEN

NEGERI Y TEMBER 2 TA lmu Pendidik gyakarta n Persyarata jana Pendidi tsada 073

N DAN KON KAN DAN B

NDIDIKAN YOGYAKAR 2010  kan an ikan NSELING BIMBINGA N RTA AN


(2)

(3)

(4)

(5)

v

( penulis )

Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan selama itu baik untukmu dan dapat dipertanggung jawabkan kepada Nya ( Penulis )


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Seiring ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya ini kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang serta pengorbanannya yang tiada henti serta doa yang tulus untuk keberhasilan hidupku. Maaf jika harus menunggu lama hanya untuk melihat sebagian dari keberhasilanku. 2. Almamater FIP UNY


(7)

vii

MARSUDI LUHUR I YOGYAKARTA Oleh :Agatha Dita Kristsada

05104244073

Penelitian ini berlatar belakang pada banyaknya siswa siswi yang menunjukkan minat membaca pelajaran bahasa Indonesia rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan minat membaca pelajaran bahasa Indonesia melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok pada siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research) dengan subjek penelitian siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta yang berjumlah 18 siswa yaitu kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dimulai pada tanggal 19 Mei dan berakhir pada tanggal 19 Agustus 2010. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah berupa data deskriptif kualitatif.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 1 siklus dengan 6 tindakan. Hasil penelitian menunjukkan keseluruhan siswa berpartisipasi sangat aktif dan tekun pada saat kegiatan layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok, siswa dapat mengerjakan tugas dengan sangat baik, siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok dengan sangat aktif, dan terlihat siswa sangat senang dengan kegiatan layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan minat membaca siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang tiada henti melimpahkan segala rahmat, nikmat, dan hidayahNya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, pada jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Keberhasilan yang penulis capai dalam penyusunan skripsi ini sejak awal sampai dengan tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, saran dan uluran tangan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberi ijin untuk mengadakan penelitian, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Drs. A. Aryadi Warsito, M.Si selaku dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Farida Agus Setyawati, M.Si selaku dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(9)

ix

Yogyakarta yang telah memberikan ijin pada penelitian ini.

7. Kedua adikku terima kasih atas doa, dukungan, serta canda tawa kalian yang bisa membuat kakak bahagia.

8. Semua keluargaku yang telah memberikan doa serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Adik-adikku di kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta selaku subjek penelitian yang telah memberikan banyak inspirasi kepada penulis. 10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2005 terima kasih atas kebersamaan

dan kekompakan yang kita jalani sekian lama sangatlah berharga untukku. 11. Semua pihak yang telah menyertakanku dalam setiap doanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, Agustus 2010


(10)

x DAFTAR ISI

JUDUL ... PERSETUJUAN ... SURAT PERNYATAAN ... PENGESAHAN ... MOTTO ... PERSEMBAHAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...

i ii iii iv v vi vii viii x xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Batasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... G. Definisi Operasional ...

1 1 7 8 9 9 9 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

A. Tinjauan Tentang Masalah Minat ... 1. Pengertian Minat ... 2. Pengertian Membaca ... 3. Pengertian Minat Membaca ... 4. Ciri-ciri Orang Yang Mempunyai Minat Membaca ... 5. Aspek-aspek Minat Membaca ... 6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat ... 7. Macam-macam Minat ... 8. Peningkatan Minat ………... B. Tinjauan Tentang Pelajaran Bahasa Indonesia ...

1. Fungsi Tentang Pelajaran Bahasa Indonesia ………... 2. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia ………... 3. Pengertian Pelajaran Bahasa Indonesia ………... C. Tinjauan Tentang Layanan Bimbingan Belajar ...

1. Pengertian Layanan Bimbingan Belajar ………..

2. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar ………...

3. Fungsi Bimbingan Belajar ………...

4. Bidang Bimbingan Belajar ………..

5. Langkah-langkah Dalam Bimbingan Belajar ……….. 12 12 12 13 14 15 16 19 21 22 24 24 25 26 27 27 29 31 32 34


(11)

xi

5. Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok ………..

6. Keuntungan Metode Diskusi Kelompok ……….

7. Kelemahan Metode Diskusi Kelompok ………..

E. Kerangka Berfikir ………... F. Hipotesis Tindakan ……….

47 53 54 55 57 BAB III METODE PENELITIAN ...

A. Pendekatan Penelitian ... B. Subjek dan Objek Penelitian ... C. Tempat Dan Waktu Penelitian ... D. Desain Penelitian ... E. Rencana Tindakan …... F. Metode Pengumpulan Data ... G. Instrumen Penelitian ... H.Teknik Analisis Data ...

58 58 59 59 60 60 65 67 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Deskripsi Hasil Penelitian ... B. Deskripsi Subjek Penelitian ... C. Deskripsi Langkah Sebelum Penelitian ... D. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan ... E. Pembahasan Hasil Penelitian ... F. Keterbatasan penelitian ...

73 73 74 74 82 103 108 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

110 110 110 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ………

113 115


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Bentuk - Bentuk Diskusi Kelompok Dilihat Dari Berbagai Aspek ... 52 Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan

Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok ……….. 67

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Layanan Bimbingan Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok ... 69


(13)

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 1 .…... 115 Lampiran 2. Hasil Observasi Pelaksanaan Diskusi Kelompok setelah Diberi

Tindakan 1 …... 117 Lampiran 3. Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan

Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 2 .…... 119 Lampiran 4.

Lampiran 5.

Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 2 …... Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 3 .…...

121 123 Lampiran 6.

Lampiran 7.

Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 3 …… Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 4 .…...

125 127 Lampiran 8. Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 4 …… 129 Lampiran 9. Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan

Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 5 .…... 131 Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22. Lampiran 23. Lampiran 24. Lampiran 25. Lampiran 26. Lampiran 27. Lampiran 28. Lampiran 29. Lampiran 30. Lampiran 31.

Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 5…… Hasil Observasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Belajar Dengan Teknik Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 6 .…... Hasil Observasi Diskusi Kelompok Setelah Diberi Tindakan 6…… Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial RA ………. Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial EOVS ……… Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial RIAA ………. Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial VKS ……….. Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial RTAS ………... Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial DP ………. Hasil Wawancara dengan Siswa Berinisial SPRH ……… Hasil Wawancara dengan Guru Pembimbing ……… RPP pada Tindakan 1 ………. RPP pada Tindakan 2 ………...………….. RPP pada Tindakan 3 ………... RPP pada Tindakan 4………...…………... RPP pada Tindakan 5 ………. RPP pada Tindakan 6 ………...……….. Lembar Pedoman Wawancara ………... Foto Kegiatan ………. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ……….. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah DIY ………. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ………

133 135 138 140 145 149 153 158 163 167 172 174 178 183 188 192 200 205 207 208 209 210


(15)

1  

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam segala hal baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi, maupun kebudayaan merupakan faktor yang paling menentukan. Hanya manusialah yang mampu menggali, mengembangkan dan mengontrol ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tepatlah bila salah satu tujuan pembangunan adalah untuk mencerdaskan bangsa. Untuk dapat mencerdaskan bangsa maka terlebih dahulu harus dibentuk masyarakat belajar. Tidjan (Anik Tri Rahayu, 1991:1) mengatakan bahwa masyarakat belajar baru dapat tercapai apabila masing-masing warganya memiliki minat membaca.

Dalam perkembangan pendidikan dewasa ini baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang minat membaca sangat memegang peranan penting di dalam kehidupan. Keberhasilan dalam belajar sebagian besar ditunjang oleh minat membaca. Seorang pelajar yang tidak berminat untuk membaca mustahil akan menjadi orang yang berhasil.

Membaca merupakan suatu kegiatan yang sangat penting untuk dilaksanakan para siswa karena dengan membaca siswa akan mengetahui berbagai pengetahuan yang sangat berguna untuk mensukseskan belajarnya. Dengan membaca, siswa dapat menyesuaikan diri dalam kehidupannya dan juga menyelesaikan masalah-masalah di sekolah bahkan dapat menunjang keberhasilan belajarnya yang kelak bermanfaat dan berguna untuk masa yang akan datang.


(16)

  2

Pernyataan tersebut senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh EP.Hutabarat (Anik Tri Rahayu, 1999:2). Semakin banyak ragam pengalaman yang dimiliki mengenahi sesuatu bahan pelajaran, semakin berhasil dalam mempelajari dan menguasainya. Pengalaman ini diperoleh dari membaca dari berbagai sumber, banyak menulis, banyak mengamati, banyak mempraktekkan, dan banyak memecahkan masalah mengenai pelajaran yang ingin dikuasai. Pernyataan tersebut cukup memberikan penegasan bahwa untuk maju dan berkembang menuju manusia Indonesia yang berkualitas seseorang harus menaruh minat yang besar terhadap aktivitas membaca. Dalam kenyataannya minat membaca siswa masih belum berkembang secara optimal atau dapat dikatakan sedang-sedang saja.

Tidjan (Anik Tri Rahayu, 1999:3) mengatakan bahwa secara nasional minat membaca masyarakat Indonesia belum berkembang dan banyak faktor yang mempengaruhi, pertama budaya kita bukan budaya membaca tetapi budaya bicara dan masyarakat pada umumnya belum peka menerima informasi, kedua adanya sikap orang tua yang kurang memotivasi anak di dalam belajar, ketiga lingkungan yang kurang mendukung baik itu di rumah maupun di sekolah. Selain itu juga bisa disebabkan oleh sarana bacaan yang terbatas seperti perpustakaan sekolah yang kurang mendukung.

Dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya inilah pendidikan dipandang mempunyai peranan yang sangat penting, melalui pendidikan manusia dipandang sebagai pengembang tugas dan dituntut untuk selalu mengembangkan dirinya secara terus menerus agar tidak jauh ditinggalkan


(17)

oleh tantangan perkembangan jaman. Kini disadari bahwa pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan dan kemajuan manusia. Pendidikan merupakan kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi kemampuan kepribadian dan kehidupan individu.

Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat komplek karena pendidikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor intern dan faktor ektern seperti kemauan, motivasi, ingatan, minat, sarana dan prasarana atau fasilitas yang digunakan dalam suatu kegiatan belajar khususnya untuk peningkatan minat membaca. Secara umum agar belajar dapat berhasil dengan maksimal diperlukan kegiatan bimbingan belajar di samping itu juga minat membaca para siswa perlu ditingkatkan. Kegiatan bimbingan belajar adalah salah satu bentuk layanan bimbingan dalam belajar yang bertujuan untuk membantu para siswa dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar.

Sejalan dengan pernyataan tersebut bidang bimbingan dan konseling memiliki kewajiban yang sangat besar terhadap keberhasilan siswa dalam belajar, termasuk dalam meningkatkan minat membaca. Pengalaman menunjukkan bahwa selama ini masih banyak siswa yang menganggap guru Bimbingan dan Konseling adalah orang yang menakutkan, selalu mencari-cari kejelekan masalah belajarnya. Selain itu rendahnya minat membaca dan prestasi siswa dalam belajar karena siswa tidak mendapatkan layanan bimbingan belajar yang memadai. Oleh karena itu, melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok guru pembimbing diharapkan dapat


(18)

  4

mengubah anggapan tersebut sehingga hubungan guru pembimbing dengan siswa menjadi lebih dekat dan harmonis.

Dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar siswa diharapkan dapat melaksanakan belajar dengan bantuan dari seseorang pembimbing yang juga memberikan suatu bantuan bagaimana cara belajar yang optimal. Pada dasarnya proses belajar di sekolah juga dipengaruhi adanya minat membaca siswa yaitu minat untuk membaca buku-buku yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah.

Minat membaca tersebut akan dapat memberikan rangsangan yang dapat mendorong siswa untuk memperoleh informasi yang banyak dan pengetahuan yang lebih dibanding orang lain, sebagaimana pendapat Wood Worth yang dikutip oleh Johny Killis (1991:2) bahwa apabila seseorang menaruh minat terhadap sesuatu maka minatnya berfungsi sebagai pendorong yang kuat untuk terlibat secara aktif pada objek yang menarik baginya. Dalam hal ini layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok sebagai salah satu komponen dalam meningkatkan minat membaca siswa.

Namun pada kenyataannya yang terjadi di SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta bahwa pelaksanaan bimbingan belajar di sekolah belum berjalan secara sempurna, sehingga proses layanan bimbingan dan konseling termasuk di dalamnya bimbingan belajar belum dapat terlaksana secara menyeluruh dari semua program yang telah direncanakan. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan belum sempurnanya pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah antara lain masih banyak personil sekolah yang belum menyadari dan


(19)

memahami secara benar akan pentingnya layanan bimbingan termasuk di dalamnya yaitu layanan bimbingan belajar terutama pada siswa yang masih dipengaruhi oleh minat membaca yang rendah. Secara umum minat membaca dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa siswi dan dengan guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, bahwa siswa siswi tersebut menganggap pelajaran Bahasa Indonesia sangat mudah untuk dipelajari dan belum adanya kesadaran dari diri siswa untuk gemar membaca terutama membaca pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa siswi menganggap pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang membosankan dengan metode belajar yang monoton sehingga banyak siswa merasa malas untuk mempelajari dan siswa beranggapan bahwa siswa tidak memerlukan bimbingan. Padahal banyak siswa yang belum menyadari bahwa dengan membaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya.

Menurut pemaparan guru yang mengampu pelajaran Bahasa Indonesia, di SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta proses pembelajaran untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya dilakukan dengan metode ceramah yang didukung dengan pemberian tugas tanpa diselingi dengan metode yang lain. Sedangkan, suatu pembelajaran dapat dikatakan berkualitas jika proses pembelajaran itu dilakukan dengan beberapa metode seperti pembelajaran dengan ceramah yang didukung dengan metode diskusi kelompok dan


(20)

  6

pembentukan kelompok belajar agar siswa dapat bertanya dan berdiskusi dengan teman satu kelompok.

Dengan berdiskusi dalam kelompok siswa dituntut lebih kritis, aktif dan kreatif untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah belajar serta siswa dibiasakan melibatkan diri di dalam kelompok dalam menghadapi dan menyelesaiakan masalah belajarnya dan dapat membantu anggota kelompok yang mempunyai masalah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kegiatan membaca merupakan bagian dari proses belajar yang membangun pemahaman baik dari teks yang tertulis maupun dari lingkungan belajar siswa.

Hal ini berarti kegiatan membaca berkaitan erat dengan bahan-bahan bacaan, fasilitas dan lingkungan belajar siswa. Oleh karena itu, dapat diperkirakan bahwa terdapat hubungan positif antara lingkungan belajar dan cara mengajar yang bervariasi dengan minat membaca siswa. Siswa dalam melakukan kegiatan membaca sangat membutuhkan dorongan, rangsangan, motivasi dan penguatan. Pemberian penguatan membaca pada siswa akan memberikan dampak positif, yaitu membuat siswa terdorong untuk mengulangi kegiatan membaca secara kontinyu.

Guru pembimbing di sini diminta dapat lebih memperhatikan siswa khususnya kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta untuk memahami kesulitan siswa dan memecahkan masalah serta kesulitan belajar yang dialami siswa dengan pemberian layanan bimbingan belajar yang bertujuan agar siswa mudah mempelajari materi pelajaran dan meningkatnya kesadaran siswa untuk lebih gemar membaca terutama pada mata pelajaran


(21)

Bahasa Indonesia, karena minat membaca siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih sangat rendah. Untuk itu peneliti dan kolabolator (guru BK) di sini akan melakukan penelitian secara kolaborasi untuk menemukan cara yang tepat dalam menerapkan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok sehingga dapat meningkatkan minat membaca pada siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta.

Di SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta belum diterapkan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok yang efektif untuk meningkatkan minat membaca pada siswa. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti mengambil judul “Peningkatan Minat Membaca Pelajaran Bahasa Indonesia melalui Layanan Bimbingan Belajar dengan Teknik Diskusi Kelompok pada Siswa Kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang timbul yaitu.

1. Minat membaca siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta belum terlaksana dengan baik dan banyak faktor yang mempengaruhi. 2. Pelaksanaan bimbingan konseling di SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta

belum berjalan dengan sempurna antara lain masih banyak personil sekolah yang belum menyadari dan memahami secara benar akan


(22)

  8

pentingnya layanan bimbingan, sehingga minat membaca siswa kelas XI AP/AK masih sangat rendah.

3. Siswa siswi kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta belum memiliki kesadaran dari diri siswa untuk gemar membaca terutama membaca pelajaran Bahasa Indonesia, karena siswa siswi belum menyadari bahwa dengan membaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya. 4. Belum diterapkan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok yang

efektif dan efisien untuk meningkatkan minat membaca terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah minat membaca siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia masih sangat rendah sehingga upaya peningkatan minat membaca tersebut dilakukan melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok pada siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta.


(23)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut. ”Bagaimana proses layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan minat membaca pada siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta ?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok dalam meningkatkan minat membaca siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai sumbangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Bimbingan dan Konseling, dalam bidang gerak bimbingan kelompok terutama yang berkaitan dengan peningkatan minat membaca.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan bagi guru Bimbingan dan Konseling bahwa pelayanan Bimbingan dan Konseling perlu ditingkatkan bagi setiap peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajarnya, sehingga


(24)

  10

dapat segera tertangani dan akhirnya ia dapat terlepas dari kesulitan yang dihadapinya.

b. Menambah wawasan bagi guru Bimbingan dan Konseling tentang layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah terhadap aspek belajar secara kelompok, sehingga siswa akan berhasil dalam belajarnya.

c. Sebagai bahan pengetahuan pentingnya kegemaran membaca

sehingga siswa menyadari bahwa kegemaran membaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang baru

G. Devinisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti perlu membatasi istilah yang digunakan sehingga ruang lingkup penelitiannya jelas. Adapun istilah yang perlu dibatasi adalah :

1. Minat membaca pelajaran bahasa Indonesia adalah gejala psikologis yang menunjukkan bahwa adanya perhatian, kesenangan, memfokuskan pikiran, dan ketekunan subjek terhadap objek tersebut yaitu pelajaran bahasa Indonesia karena objek tersebut menarik untuk diperhatikan dan dapat menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung pada objek tersebut dan melakukan kegiatan dengan mengambil makna kata yang tertulis melalui komunikasi antara pembaca dengan apa yang dibaca.

2. Layanan bimbingan belajar adalah merupakan bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh konselor dan bekerjasama dengan seluruh personalia sekolah dalam rangka memberikan bantuan pada siswa yang mengalami


(25)

kesulitan dalam belajarnya, agar siswa dapat mencapai kemampuan serta hasil yang maksimal dalam belajar.

3. Diskusi kelompok adalah suatu cara atau teknik bimbingan kelompok yang melibatkan sekelompok orang dalam berinteraksi tatap muka di mana setiap anggota kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, memberikan pendapat atau masukan, dan menyumbangkan pikiran masing-masing serta berbagi pengalaman atau informasi guna pemecahan suatu masalah atau pengambilan keputusan.


(26)

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Minat 1. Pengertian Minat

Slameto (2003:57) mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan karena minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari karena minat menambah dorongan untuk belajar.

Dewa Ketut Sukardi (1994:46) mengemukakan bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.

Sedangkan, pemaparan The Liang Gie (1995:130) minat merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang, maka tumbuhnya minat itu bermuara pada berbagai dorongan batin.


(27)

   

Kesimpulan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan suatu sikap batin dari dalam diri seseorang yang merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan dan perasaan senang yang timbul dari dorongan batin seseorang. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.

2. Pengertian Membaca

The Liang Gie (2002:61) mengemukakan bahwa membaca adalah

serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan secara penuh

perhatian untuk memahami makna sesuatu keterangan yang disajikan kepada indera penglihatan dalam bentuk lambang huruf dan tanda lainnya. Jadi membaca bukan kegiatan mata memandang serangkaian kalimat dalam bahan bacaan melainkan terutama adalah kegiatan pikiran memahami suatu keterangan melalui indera penglihatan.

Mortiner Adler yang dikutip oleh The Liang Gie (2002:61) mengemukakan bahwa membaca adalah proses penafsiran atau memahami apa yang disajikan kepada indera dalam bentuk kata-kata atau tanda-tanda lainnya yang dapat diserap pikiran. Sedangkan, Martinis Yamin (2007:106) mengatakan bahwa membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil pendapat, gagasan, teori-teori hasil penelitian para ahli untuk diketahui dan menjadi pengetahuan siswa.


(28)

 

 

14

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi dari teks melalui kegiatan pikiran dan memahami suatu makna melalui indera penglihatan. Membaca adalah interaktif, keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang senang membaca suatu teks yang bermanfaat akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

3. Pengertian Minat Membaca

Slameto (1995:180) mengatakan bahwa minat membaca adalah minat yang melekat pada diri siswa untuk membaca dengan baik sebagai hasil dari suatu respon psikis. Jadi, minat yang dimaksud adalah minat untuk membaca sebagai respon yang diberikan dalam kapasitasnya sebagai siswa yang dituntut untuk senantiasa membaca.

Lilawati Sandjaja (2005:48) mengartikan minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat membaca dapat diartikan sebagai adanya perhatian dan keinginan yang mendalam untuk melihat tulisan atau bacaan disertai perasaan senang agar lebih mendalami apa yang diperoleh dari objek tersebut dengan melakukan kegiatan mengambil makna kata yang tertulis melalui komunikasi antar


(29)

   

pembaca dengan apa yang dibaca. Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap membaca, karena bila bahan bacaan atau tulisan yang akan dibaca tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan membacanya dengan sepenuh hati dan perasaannya, karena tidak ada daya tarik dari bahan bacaan tersebut.

4. Ciri – Ciri Orang yang Mempunyai Minat Membaca

The liang Gie (2002:59) menyebutkan ciri-ciri orang yang mempunyai minat membaca adalah.

1. Memiliki kebiasaan yang baik dalam membaca. 2. Dapat membaca secara cepat dan tepat.

3. Dapat menangkap dan memahami isi bahan bacaannya.

4. Seusai membaca dapat mengingat butir-butir gagasan utama dari bahan bacaannya.

5. Merasa senang dengan aktivitas membaca.

LD Crow (Tri Wahyudi, 2002:22-23) ciri-ciri orang yang mempunyai minat membaca adalah.

1. Memanfaatkan waktu luang untuk membaca.

2. Seusai membaca dapat mengambil inti sari dari bacaan tersebut. 3. Banyak mengoleksi buku-buku bacaan.

4. Meringkas hasil bacaan yang telah dibacanya.

Dari beberapa penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang yang mempunyai minat membaca adalah memanfaatkan waktu luang untuk membaca, seusai membaca dapat mengingat butir-butir


(30)

 

 

16

gagasan utama dari bahan bacaannya, memiliki kebiasaan yang baik dalam membaca, merasa senang dengan aktivitas membaca, dan banyak mengoleksi buku bacaan.

5. Aspek-Aspek Minat Membaca

Hurlock (1992:4) mengatakan bahwa semua minat membaca mempunyai dua aspek, yaitu.

a. Aspek Kognitif

Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa anak-anak mengenai hal-hal yang menghubungkannya dengan minat. Minat pada aspek kognitif berpusat seputar pertanyaan, apakah hal yang diminati akan menguntungkan dan akan mendatangkan kepuasan pribadi kepada siswa.

Aktifitas membaca contohnya, ketika seseorang melakukan aktifitas membaca, tentu saja mengharapkan sesuatu yang akan didapat dari proses membaca tersebut, sehingga seseorang yang memilki minat membaca akan dapat mengerti dan mendapatkan banyak manfaat dari aktifitas membaca yang dilakukannya. Jumlah waktu yang dikeluarkan pun berbanding lurus dengan kepuasan yang diperoleh akibat membaca sehingga aktifitas membaca akan menjadi tetap. b. Aspek Afektif

Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang menampakkan aspek kognitif dari minat ditampilkan dalam sikap terhadap aktivitas yang diminati akan terbangun. Seperti aspek


(31)

   

kognitif, aspek afektif dikembangkan dari pengalaman pribadi, dari sikap orang tua, guru dan kelompok yang mendukung terhadap aktifitas yang diminati. Seseorang yang memiliki minat membaca yang tinggi akaibat kepuasan dan manfaat yang didapatkan, serta mendapat penguatan respon dari orang tua, kelompok dan lingkungan seseorang tersebut akan sangat fokus pada aktifitas membacanya tersebut, seseorang akan memiliki waktu-waktu khusus atau memiliki frekuensi yang tinggi untuk membaca.

Pintrich & Schunk (1996:25) menyebutkan bahwa aspek minat membaca adalah.

a. Sikap umum terhadap aktivitas (general attitude toward the activity)

Perasaan suka atau tidak suka pada aktivitas membaca yang menyebabkan seseorang akan tertarik secara keseluruhan dalam sebuah aktivitas membaca.

b. Pilihan spesifik untuk menyukai aktivitas (spesifik preference for or liking the activity)

Seseorang akan memutuskan secara pasti, hal apa yang disukainya yang menyebabkannya tertarik secara keseluruhan dalam sebuah aktivitas membaca.

c. Merasa senang dengan aktivitas (enjoyment of activity)

Seseorang akan memiliki perasaan senang terhadap aktivitas membaca dan yang berhubungan dengan aktivitas membaca.


(32)

 

 

18

d. Aktivitas tersebut mempunyai arti atau penting bagi individu (personal importance or significance of the activity to the individual)

Seseorang akan menganggap bahwa aktivitas membaca yang diminatinya memiliki nilai lebih dan memiliki arti penting bagi dirinya.

e. Berpartisipasi dalam aktivitas (reported choice of or participant in the activity) seseorang yang memiliki minat membaca, tentu saja akan turut berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.

Pintrich & Schunk (1996;27) telah mengukur minat dalam ciri psikologi, yang kemudian dapat mengklasifikasikan tinggi atau rendahnya minat terhadap objek yaitu sebagai berikut.

a. Melakukan kembali secara berulang-ulang. Seseorang dengan minat membaca yang tinggi akan terus melakukan aktivitas membaca secara berulang-ulang.

b. Menghabiskan banyak waktu dengan objek tersebut

dibandingkan dengan objek lain. Seseorang yang memiliki minat membaca yang tinggi akan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk aktivitas membaca dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas lainnya.

Berdasarkan beberapa penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa aspek minat membaca meliputi aspek kognitif didasari pada perkembangan anak yang dapat menimbulkan minat, aspek afektif


(33)

   

dari minat ditampilkan dalam sikap terhadap aktivitas yang diminati, sikap umum terhadap aktivitas membaca, pilihan spesifik untuk menyukai aktivitas membaca, merasa senang dengan aktivitas membaca, mendatangkan kepuasan pribadi ketika melakukan aktivitas membaca, membaca memiliki nilai yang lebih dan memiliki arti penting bagi seseorang, memperoleh manfaat ketika melakukan aktivitas membaca, membaca memiliki nilai lebih dan memiliki arti penting bagi seseorang, memperoleh manfaat ketika melakukan aktivitas membaca, melakukan aktivitas membaca secara berulang-ulang.

6. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Minat

Minat pada hakekatnya adalah merupakan sebab akibat dari pada pengalaman, minat berkembang sebagai hasil dari pada sesuatu kegiatan yang akan menjadi sebab yang akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama. L.D Crow and Alice (Tri Wahyudi,2002:10-11) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat.

a. The factor inner urge adalah rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat.

b. The factor of social motive adalah minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal, disamping hal dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia juga dipengaruhi oleh motif sosial.


(34)

 

 

20

c. Emotional factor adalah faktor perasaan dan emosi mempunyai pengaruh terhadap obyek misal perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut.

Minat bukan merupakan suatu hal yang didapat sejak lahir namun minat merupakan suatu keseluruhan yang dapat berubah-ubah karena sejak kecil minat anak itu selalu mengalami perubahan. Menurut Sri Hidayati (2004:18-20) faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah.

a. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi minatnya.

Contoh : lingkungan sekitar tampat belajar, sarana, prasarana, dan fasilitas yang digunakan dalam belajar.

b. Faktor Internal

Faktor internal yaitu segenap pikiran emosi dan persoalan dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi minat sehingga tidak dapat dipusatkan.

Contoh : minat, ingatan, motivasi, dan kemauan.

Berdasarkan beberapa penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi minat adalah rangsangan yang datang dari lingkungan ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan seseorang, minat seseorang terhadap objek atau sesuatu hal yang dipengaruhi oleh faktor


(35)

   

dari dalam diri manusia dan juga dipengaruhi oleh motif sosial, perasaan dan emosi mempunyai pengaruh terhadap sesuatu kegiatan tertentu yang dapat membangkitkan perasaamn senang, faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi minatnya, dan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi minatnya.

7. Macam Minat

M.Buchori (1991:136) menyebutkan minat dapat dibedakan menjadi 2.

a. Minat primitif yaitu minat yang bersifat biologis, seperti kebutuhan makan, minum, dan bebas bergaul. Jadi pada minat ini meliputi kesadaran tentang kebutuhan yang langsung dapat memuaskan dorongan untuk mempertahankan organisme,

b. Minat kultural dapat disebut juga sebagai minat sosial yang berasal atau diperoleh dari proses belajar. Jadi minat kultural ini lebih tinggi nilainya dari pada minat primitif.

Pasaribu (1993:52) menyebutkan minat dibedakan menjadi 2.

a. Minat aktual adalah minat yang berlaku pada obyek yang ada pada suatu saat dan ruangan yang konkrit,

b. Minat disposisional atau arah minat yang dasarnya pembawaan (disposisi) akan menjadi ciri sikap hidup seseorang.

Dari beberapa penjabaran di atas dapat diketahui macam-macam minat yaitu minat primitif, minat kultural, minat aktual, dan minat disposisional.


(36)

 

 

22

8. Peningkatan Minat

Amin Hamzah Nasution (1993:47) mengemukakan 5 cara meningkatkan minat yaitu.

a. Motivasi

Motivasi adalah sesuatu dari diri seseorang yang mendorong untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. Cara menimbulkan dorongan bisa melalui penerangan segi-segi yang baik terhadap hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita ataupun apa yang diharapkan, b. Training

Tugas setiap melakukan latihan adalah mengingatkan kembali semangat untuk meningkatkan ilmu dan ketrampilan serta memperbaiki adanya masalah-masalah untuk dapat berbuat lebih baik lagi,

c. Rangsangan dari luar juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk membangkitkan minat,

d. Menanamkan kesadaran dengan adanya suatu peringatan agar selalu sadar untuk berminat,

e. Kebiasaan dengan cara membiasakan diri untuk melakukan kegiatan agar dapat menimbulkan minat.


(37)

   

Sedangkan, Evita Singgih (2006:88) mengatakan ada 3 cara untuk meningkatkan minat yaitu.

a. Pemberian Ganjaran

Pemberian ganjaran untuk memperkuat perilaku individu. Prinsip dasar dari cara ini adalah teori belajar yang berpandangan bahwa kegiatan yang lebih disenangi dapat menjadi ganjaran positif, yang dapat dipakai sebagai ganjaran untuk kegiatan lain yang kurang disenangi. Melalui pemberian ganjaran ini, maka seseorang dapat mengembangkan minat bacanya secara berkelanjutan,

b. Penetapan Sasaran

Penetapan sasaran sebagai sesuatu yang hendak dicapai, misalnya menyelesaikan tugas suatu mata pelajaran tepat pada waktunya, lulus dalam ujian. Makin jelas dan spesifik sasaran yang hendak dicapai, maka akan lebih besar kemungkinan untuk mencapainya. Selain itu, perlu adanya penetapan prioritas yang hendak dicapai,

c. Penataan Lingkungan

Yang dimaksud dengan penataan di sini termasuk lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Agar dapat menciptakan minat baca, perlu memperhatikan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berkaitan dengan tempat atau ruang baca termasuk sarana yang lainnya. Pada ruangan ini perlu tersedia meja, kursi yang nyaman, rak buku, penerangan yang cukup, dan bukan merupakan ruang yang mudah dimasuki suara gaduh dari sekitarnya.


(38)

 

 

24

Lingkungan fisik dan sosial yang tidak mendukung terlaksananya kegiatan membaca, tidak dapat menimbulkan minat baca seseorang. Berdasar pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat dapat ditingkatkan dengan cara memberikan motivasi, memberikan training, memberikan rangsangan dari luar yang dapat meningkatkan minat, menanamkan kesadaran dengan adanya suatu peringatan, membiasakan diri untuk melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan minat, pemberian ganjaran untuk memperkuat perilaku individu, penetapan sasaran sebagai sesuatu yang hendak dicapai, dan penataan lingkungan yang mendukung agar dapat menimbulkan minat seseorang.

B. Tinjauan tentang Pelajaran Bahasa Indonesia

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 10 menyatakan bahwa pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya, pasal 11 ayat (1) juga menyatakan bahwa pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara.

1. Fungsi tentang Pelajaran Bahasa Indonesia

Departemen Pendidikan Nasional (2006:471) Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas, bahasa dan sastra Indonesia seharusnya diajarkan


(39)

   

kepada siswa melalui pendekatan yang sesuai dengan pendekatan dan fungsinya. Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia yang menekankan aspek kinerja atau ketrampilan berbahasa dan fungsi bahasa adalah pendekatan komunikatif. Dalam kehidupan sehari-hari fungsi utama bahasa adalah sebagai sarana komunikasi, sebagai alat untuk membina hubungan interpersonal. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk berbagai keperluan dan situasi pemakaian. Bahasa lebih merupakan suatu bentuk kinerja dan performansi daripada sebuah sistem ilmu. Pada sisi lain bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas.

2. Ruang Lingkup Pelajaran Bahasa Indonesia

Departemen Pendidikan Nasional (2006:471) ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup.

a. Kemampuan mendengarkan, berbicara, dan menulis,

b. Keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis,

c. Kompetensi yang meliputi kompetensi tindak bahasa, linguistic (kebahasaan), sosiokultural, strategi, dan kompetensi wacana,

d. Pengembangan sikap yang positif terhadap bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.


(40)

 

 

26

3. Pengertian Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa digunakan oleh seluruh penduduk di dunia sebagai salah satu cara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan informasi, pendapat, perasaan, pikiran kita kepada orang lain.

Pusat Kurikulum dalam Prananto Sukmajaya (2008: 35) mengemukakan pengertian bahasa Indonesia yaitu “Bahasa Indonesia merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan.”

Hal tersebut senada dengan pendapat dari Departemen Pendidikan Nasional (2006:472) yang mengemukakan bahwa “Bahasa Indonesia merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Pengertian berkomunikasi dimaksudkan untuk memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa tersebut. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana”.

Penulis menyimpulkan bahwa bahasa Indonesia merupakan suatu cara untuk dapat berkomunikasi pada orang lain baik secara lisan maupun secara tulisan, dengan mengungkapkan berbagai informasi yang dimiliki, perasaan dan pikiran yang dialami pada lawan bicaranya.


(41)

   

C. Tinjauan tentang Layanan Bimbingan Belajar 1. Pengertian Layanan Bimbingan Belajar

Keberhasilan siswa dalam belajar perlu didukung oleh adanya bimbingan belajar dari guru, bagaimanapun juga siswa perlu diberi dorongan semangat dan perlu dibantu untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar. Bimbingan belajar merupakan suatu bentuk kegiatan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan diri serta mengambil manfaat dari kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga siswa dapat mencapai kemampuan yang maksimal dalam belajar sebagaimana dikemukakan oleh Saring Marsudi (2003:104) bahwa bimbingan belajar adalah kegiatan bimbingan yang bertujuan membantu siswa dalam mencapai keberhasilan belajar secara optimal.

Singgih Gunarsa dalam Abu Ahmadi dan Widodo (2004:109) mengatakan bahwa yang memberikan penjelasan secara lebih rinci bahwa bimbingan belajar diartikan suatu proses bantuan kepada anak didik yang dilakukan secara terus menerus supaya anak didik dapat memahami dirinya sendiri sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertingkah laku yang wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Melihat arti penting layanan bimbingan belajar tersebut bagi keberhasilan studi siswa, maka di institusi pendidikan harus dilaksanakan bimbingan belajar dengan baik. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi (2002: 40) yang memberikan penjelasan secara lebih


(42)

 

 

28

rinci bahwa bimbingan belajar atau akademik adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan.

Berdasarkan pengertian tersebut bimbingan belajar mempunyai arti yang sangat penting bagi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar yaitu membantu siswa menemukan cara belajar yang tepat, memilih program studi yang sesuai dan mengatasi kesukaran-kesukaran dalam belajar.

Abu Ahmadi & Widodo (2004: 112) mengatakan bahwa pelayanan bimbingan belajar adalah suatu layanan untuk membantu murid-murid yang mengalami masalah di dalam memasuki proses belajar dan situasi belajar yang dihadapinya.

Semakin nampak jelas bahwa bimbingan belajar tidak dapat dilepaskan dari usaha membantu siswa mengatasi problem-problem belajar yang dihadapinya, agar siswa dapat mencapai kemampuan belajar yang optimal.

Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan belajar di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa bimbingan belajar merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh konselor dan bekerja sama dengan seluruh personalia pada suatu sekolah, dalam rangka memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar, agar siswa dapat menemukan cara belajar yang tepat, memilih program studi


(43)

   

yang sesuai dan mencapai kemampuan serta hasil yang maksimal dalam belajar.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar

Dewa Ketut Sukardi (2002: 10) mengatakan bahwa tujuan layanan bimbingan belajar adalah membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, agar dapat melaksanakan ketrampilan atau teknik belajar secara efektif, dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, mampu belajar secara efektif, mampu memilih ketrampilan dan kemampuan dalam menghadapi ujian dan dapat mencapai perkembangan yang optimal.

Abu Ahmadi & Widodo (2004: 111) mengemukakan tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar sehingga murid-murid dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan mencapai perkembangan yang optimal.

Abu Ahmadi & Widodo (2004: 111) juga mengemukakan tujuan pelayanan bimbingan belajar secara lebih rinci yaitu.

a. Mencarikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak atau kelompok anak,

b. Menunjukkan cara-cara mempelajari materi pelajaran yang sesuai dan menggunakan buku pelajaran,

c. Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang memanfaatkan perpustakaan,


(44)

 

 

30

d. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian,

e. Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan,

f. Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi tertentu,

g. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya, h. Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran

di sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan karirnya di masa depan.

Berdasarkan beberapa tujuan layanan bimbingan belajar yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa tujuan dari pelayanan bimbingan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh konselor atau guru pembimbing untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan di dalam memasuki proses belajarnya agar siswa dapat mencapai kemampuan serta keberhasilan belajar yang maksimal. Melihat arti penting layanan bimbingan belajar tersebut bagi keberhasilan studi, maka tanggung jawab bersama seluruh personalia sekolah yang bertujuan untuk membantu siswa menemukan cara belajar yang menyenangkan dan memanfaatkan waktu luang utuk membaca buku sehingga dalam diri siswa timbul minat membaca.


(45)

   

3. Fungsi Bimbingan Belajar

Achmad Juntika Nurihsan (2005: 15) menyebutkan fungsi bimbingan antara lain.

a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik,

b. Fungsi penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih jurusan sekolah, jenis sekolah, dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat, dan ciri-ciri kepribadian lainnya,

c. Fungsi adaptasi, yaitu membantu petugas-petugas di sekolah, khususnya guru, untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat, kemampuan, dan kebutuhan para peserta didik. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai para peserta didik, guru pembimbing atau konselor dapat membantu guru untuk memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam mengelola memilih materi pelajaran yang tepat maupun dalam mengadaptasikan bahan pelajaran kepada kecepatan dan kemampuan peserta didik,

d. Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangnya secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi, memahami, dan memecahkan.

Bimbingan merupakan cara dalam membantu murid dalam mengatasi masalah pribadi dan sosial yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran. Abu Ahmadi dan Widodo (2004:118) mengatakan bahwa fungsi bimbingan adalah.

a. Preservatif : memeliuhara dan membina suasana dan situasi yang baik dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya mengajar,

b. Preventif : mencegah sebelum terjadinya masalah,

c. Kuratif : mengusahakan penyembuhan pembentukan dalam


(46)

 

 

32

d. Rehabilitasi : mengadakan tindak lanjut sesudah diadakan treatment yang memadai

Penulis dapat menyimpulkan fungsi bimbingan belajar sebagai fungsi pemahaman yaitu menghasilkan pemahaman tentang sesuatu mengenai pengembangan peserta didik; fungsi penyaluran yaitu membantu siswa memilih jurusan sekolah, jenis sekolah yang sesuai baginya; dan fungsi pengadaptasian yaitu membantu mengadaptasikan program sekolah terhadap minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik; fungsi penyesuaian yaitu membantu siswa menemukan penyesuaian pribadi dalam perkembangannya secara optimal. Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada fungsi penyesuaian. Fungsi penyesuain tersebut dimaksudkan untuk membantu peserta didik dalam menemukan cara belajar yang baik sesuai dengan dirinya.

4. Bidang Bimbingan Belajar

Dewa Ketut Sukardi (2008: 56-57) menyatakan bahwa bidang bimbingan belajar dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut.

a. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya, mengerjakan tugas, mengembangkan keterampilan, dan menjalani program penilaian, b. Pemantapan sistem belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun

berkelompok,

c. Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian,

d. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan budaya yang ada di lingkungan sekitar dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan dan pengembangan diri,


(47)

   

Selain itu W.S Winkel Dan M.M Sri Hastuti (2004: 116-117) juga menyatakan bahwa suatu program bimbingan di bidang belajar akan memuat unsur-unsur sebagai berikut.

a. Orientasi kepada siswa dan mahasiswa baru tentang tujuan institusional, isi kurikulum pengajaran, struktur organisasi sekolah, prosedur belajar yang tepat, dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah bersangkutan,

b. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah, secara individual atau secara kelompok,

c. Bantuan dalam hal memilih program studi yang sesuai, memilih beraneka kegiatan non-akademik yang menunjang usaha belajar, dan memilih program studi lanjutan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi,

d. Pengumpulan data tentang siswa mengenai kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, serta cita-cita hidup; pengumpulan data tentang program studi di perguruan tinggi yang tersedia dalam bentuk brosur, buku pedoman baru, kliping iklan di surat kabar, dan sebagainya,

e. Bantuan dalam hal mengatasi beraneka kesulitan belajar, seperti kurang mampu menyusun dan menaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ujian dan ulangan, kurang dapat berkonsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat diberbagai bidang studi, menghadapi keadaan di rumah yang mempersulit belajar secara rutin, dan lain sebagainya,

f. Bantuan dalam bentuk hal membentuk berbagai kelompok belajar (kelompok tentor) dan mengatur seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisien dan efektif.

Penulis menyimpulkan bidang bimbingan belajar yaitu pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien, pemantapan sistem belajar dan berlatih, pemantapan penguasaan materi pelajaran di sekolah, pemantapan pemahaman dan pemanfaatan lingkungan sekitar dalam rangka pengembangan diri siswa, dan pemberian orientasi belajar di perguruan tinggi.


(48)

 

 

34

5. Langkah-langkah dalam Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan proses pemberian bantuan kepada siswa dalam usaha mencegah dan mengatasi dalam kesulitan dalam belajar. Saring Marsudi (2003:109-112) menyebutkan langkah-langkah dalam bimbingan belajar adalah sebagai berikut.

a. Identifikasi Kasus

Pada dasarnya langkah ini dilakukan untuk menentukan siswa baik perorangan maupun kelompok yang dikategorikan mengalami kesulitan belajar dan memerlukan layanan bimbingan belajar. Usaha ini dapat ditempuh dengan cara memanggil atau suka rela siswa yang mengalami kesulitan belajar datang sendiri kepada pembimbing agar siswa secara sukarela datang tanpa harus dipanggil, maka lebih awal program bimbingan disosialisasikan dulu kepada siswa sehingga keberadaan bimbingan dan konseling difahami siswa secara keseluruhan.

b. Identifikasi Masalah

Langkah ini pada dasarnya adalah upaya untuk mengetahui masalah kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa secara tuntas, karena kegiatan ini termasuk layanan bimbingan belajar maka dalam langkah ini menganalisis tentang :

(a) Kesulitan belajar itu dalam bidang studi. (b) Letak kesulitan dalam hal apa.


(49)

   

c. Diagnosis

Langkah diagnosis adalah langkah awal untuk menganalisis berbagai kemungkinan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar. Untuk diagnosis diperlukan sarana seperti angket, tes, wawancara, dokumentasi, observasi, dan home visit.

d. Prognosis

Yang dimaksud dengan prognosis ialah suatu estimasi atau perkiraan apakah kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa itu masih mungkin untuk diatasi dan kemungkinan alternatif pencegahannya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah.

1) Untuk menentukan kemungkinan yang dapat diatasi atau tidak harus mengacu pada faktor penyebab kesulitan siswa.

2) Apabila permasalahan itu di luar kewenangan petugas bimbingan di sekolah maka dapat dilakukan upaya referal. Oleh sebab itu sekolah harus bekerjasama dengan lembaga lain dalam upaya kegiatan layanan bimbingan secara profesional.

3) Perlu disusun atau direncanakan bentuk dan mekanisme pemberian bantuan dalam upaya mengatasi kesulitan belajar siswa.

4) Kemungkinan alternative bentuk layanan bimbingan belajar antara lain : layanan konseling, remedial teaching, bimbingan kelompok dan referal.


(50)

 

 

36

5) Case conference

Kegiatan ini dilakukan dengan sharing langsung dan tanya jawab seputar permasalahan dalam belajar yang dihadapi oleh siswa tersebut dan dalam hal ini bersama-sama langsung menuntun siswa untuk menemukan jalan keluar permasalahan tersebut.

e. Pemecahan Masalah (treatment)

Pada dasarnya langkah ini ialah penerapan atau pelaksanaan yang telah dirumuskan pada langkah prognosis. Apabila langkah prognosis telah dirancang secara jelas maka pelaksanaan langkah pemecahan masalah akan berlangsung dengan baik. Sebaliknya apabila langkah prognosis itu masih belum jelas dan tidak benar secara profesional maka pelaksanaan pemecahan masalah juga akan terjadi kesulitan bahkan hasilnya tidak memuaskan.

f. Evaluasi dan Tindak Lanjut

Langkah ini adalah mengevaluasi hasil pemberian bantuan atau bimbingan kesulitan belajar yang telah dilakukan pada langkah treatment. Ada beberapa kemungkinan hasil evaluasi : adanya peningkatan menjadi lebih baik artinya permasalahan teratasi, sama saja artinya sebelum dan sesudah diberikan bimbingan tidak ada perubahan, hasilnya lebih jelek dibanding sebelum diberikan bimbingan artinya bimbingan yang dilakukan mengalami kegagalan.


(51)

   

Atas dasar hasil evaluasi inilah diperlukan tindak lanjut layanan bimbingan. Tindak lanjut yang dilakukan adalah :

(1) Jika ada perubahan peningkatan maka hal ini perlu dipertahankan artinya jangan sampai kondisi mendorong timbulnya kembali permasalahan siswa.

(2) Apabila hasilnya sama saja maka perlu diulang kembali kualitas pemberian bimbingan belajar.

(3) Apabila tidak berhasil maka perlu diulang kembali langkah-langkah pemberian bantuan belajar secara profesional dan perlu dicari analisis yang tepat tentang jenis masalahnya, faktor penyebab, dan pelaksanaan pemberian bimbingan.

Abin Syamsuddin Makmun (2002:284-289) menyebutkan langkah-langkah dalam bimbingan belajar adalah sebagai berikut. a. Identifikasi Kasus

Pada langkah ini ada beberapa siswa secara sukarela datang atau bertanya kepada guru pembimbing untuk memperoleh bantuan pemecahan masalah atau kesulitan dalam belajar yang dirasakannya, maka lebih awal program ini disosialisasikan dahulu kepada siswa sehingga siswa mengetahui akan arti penting layanan bimbingan belajar.


(52)

 

 

38

b. Identifikasi Masalah

Langkah ini ditujukan kearah menjawab pertanyaan secara umum permasalahan yang dialami individu atau kelompok individu yang menyangkut bidang pendidikan, perencanaan, karir, atau jabatan.

c. Diagnosis

Langkah diagnosis adalah langkah untuk menganalisis atau untuk memperoleh informasi atau data yang relevan mengenahi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar.

d. Mengadakan Prognosis

Suatu perkiraan yang mana masalah yang dihadapi siswa dapat terpecahkan atau tidak dan berapa lama dan dengan cara apa masalah yang dihadapi siswa masih mungkin untuk diatasi.

e. Melakukan Tindakan Remedial

Dilakukan apabila prognosanis telah dirancang secara jelas dan masalah tidak bisa terselesaikan dengan baik maka selayaknya guru membuat tindakan referal kepada para ahli yang kompeten dalam bidang tersebut.

f. Evaluasi dan Follow Up

Usaha bantuan remedial itu dilakukan oleh guru pembimbing yang bersangkutan hendaknya meneliti seberapa jauh pengeruh tindakan remedial itu telah menunjukkan efek atau pengeruh yang positif bagi pemecahan masalahnya selanjutnya


(53)

   

dilakukan tindakan mengevaluasian dari hasil pemberian bantuan yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya.

Berdasarkan beberapa penjabaran di atas langkah-langkah dalam bimbingan belajar di atas adalah identifikasi kasus, identifikasi masalah, diagnosis, pemecahan masalah, dan yang terakhir evaluasi dan follow up.

D. Tinjauan tentang Layanan Diskusi Kelompok 1. Pengertian Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok menurut Sudjana (2005:99) adalah pembicaraan melalui tatap muka yang direncanakan diantara 2 orang peserta didik atau lebih tentang poko topik bahasan tertentu, dan dipimpin oleh seseorang pemimpin diskusi.

Dewa Ketut Sukardi (2008:220) mengatakan bahwa diskusi kelompok adalah suatu pertemuan dua orang atau lebih yang bertujuan untuk saling tukar pengalaman dan pendapat dan biasanya menghasilkan suatu keputusan bersama. Jadi dalam diskusi kelompok ada unsur-unsur: 1) percakapan orang-orang yamg bertemu, 2) tujuan yang ingin dicapai, 3) proses saling tukar pengalaman dan pendapat, 4) keputusan atau kemufakatan bersama.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok adalah suatu cara atau teknik bimbingan kelompok yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka dimana setiap anggota kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk menyumbangkan


(54)

 

 

40

pikiran masing-masing serta berbagi pengalaman atau informasi guna pemecahan suatu masalah atau pengambilan keputusan.

2. Tujuan Diskusi Kelompok

Sudjana (2005:100) mengemukakan tujuan diskusi kelompok adalah untuk tukar menukar informasi tentang topik yang dibahas sehingga dapat dicapai kesamaan kecocokan dan kesepakatan pikiran diantara peserta didik. Kesamaan pikiran ini penting dalam menentukan persetujuan atau kesimpulan tntang gagasan yang bisa diambil atau tindakan yang akan dilakukan yang berkenaan dengan topik yang dibicarakan.

Secara umum diskusi kelompok merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membahas atau membantu memecahkan suatu masalah. Hal ini sependapat dengan pendapat Roestiyah N. K (2001:6) yang menyatakan bahwa diskusi kelompok bertujuan untuk.

a. Mendorong siswa menggunakan pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain. Jadi siswa dilatih untuk memecahkan masalah sendiri.

b. Melatih siswa agar mampu menyatakan pendapatnya secara lisan karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang demokratis. c. Memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam


(55)

   

Dewa Ketut Sukardi (2008: 221-222) mengatakan bahwa tujuan diskusi kelompok adalah.

a. Siswa memperoleh informasi yang berharga dari teman diskusi dan pembimbing diskusi. Pengalaman yang baik maupun buruk dan pendapat dari teman, banyak membantu perkembangan pribadi siswa.

b. Membangkitkan motivasi dan semangat siswa untuk melakukan sesuatu tugas. Bila siswa mula-mula enggan mengerjakan sesuatu tugas, misalnya membuat ringkasan tentang isi bacaan setelah diskusi tentang manfaat membuat ringkasan, maka timbul minat dan kemauan untuk membuat ringkasan. Begitu juga terhadap hal-hal yang semula ditolak, kurang diminati, kurang dipahami, bahkan mungkin yang semula dibenci dapat berubah untuk dicintai dan dikerjakan.

c. Mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis, mampu

melakukan analisis dan sintesis atas data atau informasi yang diterimanya. Dalam diskusi siswa memperoleh berbagai informasi yang mungkin saling bertentangan, berhubungan, atau saling menunjang. Siswa secara bertahap akan mampu menanggapi secara kritis dan lambat laun mampu membuat analisis serta mensistesiskan informasi yang diterimanya.

d. Mengembangkan keterampilan dan keberanian siswa untuk


(56)

 

 

42

siswa dibimbing untuk berani dan terampil menyampaikan pengalaman dan gagasannya secara teratur, sehingga mudah dipahami orang lain.

e. Membiasakan kerja sama di antara siswa.

Diskusi pada hakikatnya kerja sama dalam mengumpulkan dan tukar-menukar pengalaman serta gagasan. Melalui diskusi, siswa dibina memperhatikan kepentingan orang lain, menghargai pendapat orang lain, dan menerima keputusan bersama.

Penulis menyimpulkan bahwa tujuan diadakan diskusi kelompok yaitu siswa mendapatkan informasi yang berharga dari teman dan pembimbingnya, dapat membangkitkan motivasi dan semangat mengerjakan tugas, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mengembangkan keterampilan dan keberanian peserta diskusi kelompok untuk mengemukakan pendapatnya, dan dapat membiasakan kerjasama diantara siswa.

3. Ciri - Ciri Diskusi Kelompok

Dewa Ketut Sukardi (2008: 228-229) menyebutkan ciri-ciri diskusi kelompok yang dilihat dari segi hasil dan prosesnya adalah :

1. Dari segi hasilnya, diskusi yang efektif ialah. a. Masalah yang didiskusikan dapat terpecahkan.

b. Ada keputusan yang dapat direalisasikan, Makin banyak keputusan yang dapat direalisasikan makin efektiflah diskusi itu.


(57)

   

d. Semua peserta diskusi menerima dan menghormati keputusan diskusi.

2. Dari segi prosesnya, diskusi yang efektif ialah :

a. Semua peserta mengambil bagian secara aktif, pemimpin dan semua anggota sama-sama aktif.

b. Pertentangan dan pendapat dan ketegangan dapat diatasi, sebelum diskusi selesai.

c. Diskusi memberikan keputusan emosional (rasa puas) diantara anggotanya, keinginan untuk diskusi lagi, dan hubungan yang lebih akrab setelah diskusi.

d. Ketrampilan para siswa sebagai anggota atau pemimpin diskusi makin bertambah. Hal ini dapat dilihat pada kesempatan diskusi berikutnya atau dalam percakapan sehari-hari.

W.Gulo (2004:127-129) menyebutkan ciri-ciri diskusi kelompok ialah:

1. Interaksi

Anggota suatu keolompok terikat pada pembicaraan tertentu. Keterikatan pada pokok pembicaraan ini menimbulkan komunikasi ini terjadi dalam bentuk tatap muka. Di dalam diskusi kelompok agar terjadi interaksi yang baik seseorang yang berbicara ysng lsin mendengar ada juga yang bertanya dan ada juga yang menjawab.


(58)

 

 

44

2. Tujuan

Suatu kelompok diskusi mempunyai tujuan bersama yang jelas, tanpa tujuan yang jelas maka diskusi kelompok tidak akan berjalan dengan semestinya menyebabkan kurangnya motivasi diantara anggota kelompok untuk berusaha mencapai tujuan.

3. Kepemimpinan

Kepemimpinan tidak selalu berada pada diri seseorang tetapi dapat berpindah dari satu ke yang lain. Fungsi kepemimpinan ini dapat berjalan dengan sendirinya tanpa mengganggu kelancaran arus pembicaraan dalam kelompok dan seharusnya kepemimpinan suatu kelompok ditetapkan secara formal oleh anggota-anggota kelompok itu sendiri.

4. Norma

Setiap anggota dalam kelompok terikat dengan norma-norma tertentu. Umumnya norma-norma tersebut harus ditaati oleh anggota kelompok seperti tidak berbicara keras-keras, tidak boleh melarang orang lain berbicara keras-keras.

5. Emosi

Setiap anggota dalam kelompok mengalami cetusan-cetusan emosi tertentu. Rasa bosan, emosi, kecewa, senang semuanya bisa terjadi jika setiap orang aktif di dalam kelompok. Untuk membina perasaan-persaan positif setiap anggota kelompok harus mengakui kehadiran semuan anggota. Di dalam kelompok timbul dua bentuk


(59)

   

perasaan yaitu persaan individual dan perasaan kelompok. Suatu kelompok bisa merasa frustasi karena tidak mencapai tujuan yang diharapkan, gejala seperti ini menunjukkan bahwa kelompok belum bekerja secara fungsional.

Penulis menyimpulkan ciri-ciri diskusi kelompok yang efektif yaitu seluruh anggota kelompok berperan aktif mendiskusikan pemecahan suatu masalah sehingga dari hasil diskusi kelompok adanya keputusan dari penyelesaian masalah tersebut.

4. Langkah-langkah dalam Diskusi Kelompok

Suprihadi Saputro, dkk (2000: 184-185) menyebutkan langkah – langkah diskusi kelompok, antara lain.

a. Merumuskan masalah secara jelas.

b. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok –

kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi kelompok.

Tugas pimpinan diskusi yaitu:

a) Mengatur dan mengarahkan diskusi. b) Mengatur “lalu-lintas” pembicaraan.

c. Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.

d. Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.

e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.


(60)

 

 

46

Diskusi kelompok yang baik disusun dengan langkah-langkah yang terstruktur. Hal ini digunakan untuk memudahkan proses berlangsungnya diskusi kelompok. Supriyadi Saputro, Zainal Abidin dan I Wayan Sutama (2000:184-185) mengatakan bahwa langkah-langkah dalam diskusi kelompok adalah.

a. Merumuskan masalah secara jelas.

b. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok diskusi. c. Melaksanakan diskusi, setiap diskusi hendaknya tahu persis apa yang

akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tau bahwa mereka mempunyai hak berbicara yang sama.

d. Melaporkan hasil diskusi.

e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan hasil laporan diskusi kelompok.

Berbeda dengan pendapat di atas, Hasibuan dan Moedjiono (2003:23-24) mengatakan bahwa langkah-langkah diskusi kelompok adalah.

a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan member pengarahan seperlunya mengenahi cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Yang penting judul masalah yang akan didiskusikan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

b. Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi, dan mengatur tempat duduk, ruangan, dan sarana.

c. Para siswa berdiskusi dalam kelompok masing-masing sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan dengan lancer.

d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa terutama dari kelompok lain. Guru member ulasan dan penjelasan terhadap laporan tersebut. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi dan guru mengumpulkan laporan diskusi dari setiap kelompok.


(61)

   

Berdasar pendapat di atas langkah-langkah dalam diskusi kelompok tersebut diawali dengan melakukan perumusan masalah yang akan dibahas. Langkah kedua yang dilakukan adalah melakukan pembentukan kelompok diskusi. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan diskusi yang dilanjutkan dengan pelaporan hasil diskusi yang telah dilaksanakan. Langkah terakhir yang dilakukan dalam diskusi adalah melakukan pencatatan hasil kegiatan diskusi kelompok yang telah dilakukan.

5. Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok

Suprihadi Saputro, Zaenal Abidin dan I Wayan (2000:181-184) mengatakan bentuk-bentuk diskusi kelompok adalah.

a. Diskusi kelompok besar

Dalam diskusi kelompok besar guru memprakarsai dan mengelola peristiwa pembelajaran terutama yang relevan dengan tujuan penguasaan materi pelajaran.

b. Diskusi kelompok kecil

Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terutama terdiri dari 4-5 orang. Hasil diskusi yang diharapkan adalah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing individu yang dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan dari kekeliruan.


(62)

 

 

48

c. Diskusi panel

Fungsi diskusi panel adalah untuk mempertahankan keuntungan diskusi kelompok dengan situasi peserta besar dimana ukuran kelompok tidak memungkinkan partisipasi kelompok secara mutlak.

d. Diskusi kelompok sindikat

Suatu kelompok dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besar problem di dalam kelas, ia menggambarkan aspek-aspek masalah kemudian tiap-tiap kelompok diberi tugas untuk mempelajari aspek tertentu.

e. Brain storming group

Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar kelompok belajar menghargai pendapat orang lain.

f. Symposium

Beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu objek dan membacakan dimuka peserta symposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti denga sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah dan juga dari para pendengar. Bahan dan sanggahan pitu selanjutnya dirumuskan oleh panitia sebagai hasil symposium.


(63)

   

g. Informal debat

Kelas dibagi menjadi 2 tim yang agak sama besarnya dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperdebatkan peraturan perdebatan.

h. Colloqium

Seseorang atau beberapa orang manusian sumber menjawab pertanyaan-pertanyaan dari audiensi. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa menginterview manusi sumber selanjutnya mengundang pertanyaan lain siswa.

i. Fish bowl

Beberapa orang peserta dipimpin oleh seseorang ketua duduk diatas mengadakan untuk suatu diskusi untuk mengambil keputusan, tempat duduk diatur setengah lingkaran dengan 2 atau 3 kursi kosong menghadap peserta diskusi seolah-olah melihat ikan dalam mangkuk.

Adapun bentuk-bentuk diskusi kelompok menurut Roestiyah N.K (2001:9-12) :

a. Whole Group

Suatu diskusi dalam anggota kelompok yang melaksanakan tidak lebih dari 15 orang.

b. Buzz group

Kelompok besar dibagi menjadi 2 sampai dengan 8 kelompok yang lebih kecil. Jika diperlukan kelompok kecil ini diminta melaporkan hasil diskusi pada kelompok besar.


(64)

 

 

50

c. Panel

Pada diskusi panel dimana suatu kelompok kecil antara 3-6 orang mendiskusikan suatu subjek tertentu mereka duduk dalam susunan semi melingkar dihadapkan pada suatu kelompok besar lainnya.

d. Symposium

Teknik ini menyerupai panel hanya sifatnya lebih formal. Dalam teknik ini moderator tidak seaktif seperti pada panel. Ia lebih banyak mengkoordinir pembicaraan saja. Teknik symposium kadang-kadang mengalami kesulitan disebabkan oleh pertama sukar menemukan penyanggah yang mempersiapkan bahan bahasan itu secara ringkas, kedua fungsi atau peranan moderator dan symposium tidak sama aktifnya seperti dalam panel sehingga symposium sering tampak kurang lancer. Namun demikian teknik symposium memiliki keunggulan dalam penggunaannya ialah organisasinya sangat sederhana dan lebih terarah.

e. Colloqium

Adalah cara berdiskusi yang dijalankan oleh beberapa orang manusia sumber berpendapat, menjawab pertanyaan tetapi tidak dalam bentuk pidato.

f. Informale debate

Dalam diskusi ini dilaksanakan dengan berbagai kelompok menjado 2 tim yang sama kuat dan jumlahnya agar seimbang kedua


(65)

   

tim ini mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan dengan menggunakan banyak aturan sehingga jalannya perdebatan lebih bebas.

g. Fish bowl

Dalam diskusi ini terdiri dari seseorang moderator dari 1 atau 3 orang sumber pendapat mereka duduk dalam susunan semi lingkaran berderet dengan 3 kursi kosong menghadap kelompok.

Mengacu dari pendapat dan kesimpulan yang dibuat maka penulis akan melaksanakan diskusi kelompok kecil sebagaimana yang diungkap oleh Suprihadi Saputro, Zaenal Abidin dan I Wayan Sutama (2000:181-184) bahwa dalam diskusi kelompok kecil diatur agar siswa dapat bertukar pikiran dengan mudah. Kelebihan diskusi kelompok kecil menurut Roestiyah N.K (2000:9-12) diskusi kelompok kecil lebih efektif dalam memecahkan permasalahan yang akan dibahas, mudah dalam bertukar pikiran antara sesame anggota diskusi, jumlah kelompok kecil memungkinkan setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi. Hasil diskusi yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda mengenai bahan pelajaran, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan dari kekeliruan.


(66)

 

 

52

Bentuk diskusi kelompok bermacam-macam tergantung dari aspek mana kita melihatnya. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008: 222) menyatakan bahwa bentuk diskusi kelompok menurut aspek dan ciri-cirinya seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 1. Bentuk-bentuk Diskusi Kelompok Dilihat dari Berbagai Aspek

Dilihat dari Bentuk Ciri Utama

1 2 3

1. Jumlah anggota

a. Kelompok besar b.Kelompok kecil

a. Anggota 20 orang atau lebih b.Anggota kurang dari 20 orang

biasanya sekitar 2-13 orang

2. Pembentukan a. Bentuk Formal b.Bentuk informal

a. Sengaja dibentuk

b. Terbentuk secara spontan

tanpa direncanakan

3. Tujuan a. Pemecahan

masalah b.Terapi anggota

a. Menekankan pada hasil

diskusi

b. Menekankan pada proses

diskusi 4. Waktu

Diskusi

a. Marathon b.Singkat / Reguler

a. Terus menerus 5-12 jam b.1-2 jam, mungkin dilaksankan

berulang-ulang 5. Masalah

yang dibahas

a. Sederhana b.Komplek/Rumit

a. Relatif mudah dipecahkan b.Sulit dipecahkan

6. Aktivitas kelompok

a. Terpusat pada

pemimpin b.Demokratis (terbagi ke semua anggota)

a. Anggota kurang aktif,

pemimpim sangat aktif b. Anggota dan pemimpin

sama-sama aktif

Berdasarkan penjelasan tersebut, diskusi kelompok yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan diskusi kelompok kecil, dibentuk secara formal, menekankan pada proses diskusi, masalah yang dibahas sederhana, aktivitas kelompok dibentuk secara demokratis.


(67)

   

6. Keuntungan Metode Diskusi Kelompok

Keuntungan diskusi kelompok menurut Suryosubroto (2002:185-186) adalah.

1. Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar.

2. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajaran masing-masing.

3. Metode diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah.

4. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuannya diri sendiri.

5. Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.

6. Menyediakan kesempatan untuk melakukan kontak langsung dan mempelajari pandangan secara lebih cepat dan lebih ekonomis dibanding wawancara individual

A.Aziz Wahab (1996:323) menyebutkan keunggulan dan dari metode diskusi kelompok tersebut adalah.

1. Memberikan kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat. 2. Merangsang kreatifitas anak didik dalam memecahkan masalah. 3. Menumbuhkan sikap menghargai orang lain.


(68)

 

 

54

5. Membantu mengembangkan kepemimpinan

6. Meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

7. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keuntungan diskusi kelompok adalah membantu mengembangkan kepemimpinan, menunjang usaha untuk mengembangkan sikap sosial dan sikap demokratis siswa, dapat mengembangkan cara berfikir siswa yang ilmiah, merangsang kreatifitas anak didik dalam mengemukakan pendapatnya dan dapat melatih siswa untuk saling mengemukakan pendapatnya sendiri.

7. Kelemahan Metode Diskusi Kelompok

Suryobroto (2000:186) menyebutkan kelemahan diskusi kelompok adalah.

1. Suatu diskusi tidak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada pemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggotanya.

2. Suatu diskusi memerlukan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.

3. Jalannya diskusi tidak dapat dikuasai atau didominasi oleh beberapa siswa yang menonjol.


(69)

   

4. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar oleh waktu. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya bermanfaat.

A.Aziz.Wahab (1996:325) menyebutkan kelemahan diskusi kelompok adalah.

1. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. 2. Peserta mendapat informasi yang terbatas.

3. Sering kali diskusi dikuasai oleh orang-orang yang berbicara atau ingin menang sendiri..

4. Peserta mendapat informasi yang terbatas karena adanya patokan waktu diskusi.

Berdasar penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan menggunakan diskusi kelompok adalah sering terjadi pada saat diskusi siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya, seing kali diskusi hanya dikuasai oleh orang-orang yang yang pintar berbicara hanyadan ingin menang sendiri, dan peserta diskusi hanya mendapat informasi yang terbata karena adanya patokan waktu.

E. Kerangka Berfikir

Secara umum minat membaca siswa di SMK Marsudi Luhur belum berkembang. Pada dasarnya minat membaca pelajaran bahasa Indonesia yang dihadapi siswa merupakan interaksi beberapa faktor yang mempengaruhi baik


(70)

 

 

56

dari dalam maupun dari luar individu siswa. Minat membaca tersebut dapat dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Persepsi siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia akan berkaitan dengan minat membaca, tinggi rendahnya minat membaca juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena belajar tidak dapat dipisahkan dengan proses membaca.

Melihat fenomena seperti itu maka guru pembimbing diharapkan menemukan metode membimbing yang tepat. Metode membimbing dapat secara langsung (tatap muka antara guru pembimbing dengan peserta didik) dan secara tidak langsung (menggunakan media atau alat tertentu untuk membimbing). Dari ulasan di atas diperlukan alternatif solusi untuk dapat membantu siswa dalam meningkatkan minat membaca salah satu cara yang bisa digunakan adalah melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok.

Bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok merupakan suatu bentuk kegiatan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan diri serta mengambil manfaat dari kegiatan bimbingan belajar tersebut. Tujuan bimbingan belajar adalah untuk membantu siswa agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar sehingga siswa dapat belajar dan dapat menyelesaikan permasalahan dalam belajarnya.

Salah satu tindakan yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan minat membaca adalah melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok. Diskusi kelompok bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Di samping itu kepentingan


(71)

   

pemecahan masalah diskusi kelompok juga bertujuan untuk mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok. Diskusi kelompok adalah suatu cara atau teknik bimbingan yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka, di mana setiap anggota kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan pikiran masing-masing. Melalui diskusi kelompok siswa memiliki peluang untuk meningkatkan minat membaca, oleh karena itu peneliti ingin berupaya meningkatkan minat membac melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian adalah:

“ Penerapan layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan minat membaca siswa kelas XI SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta “


(72)

58 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan (action research). Penelitian tindakan merupakan salah satu strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah pada siswa. Selanjutnya Suharsimi Arikunto (2002:2) menyatakan bahwa dalam penelitian tindakan ini, peneliti melakukan suatu tindakan secara khusus diamati terus-menerus, dilihat plus-minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat.

Grindy dan Kemmis (Suwarsih Madya, 1994:12) menyebutkan bahwa tujuan penelitian tindakan adalah peningkatan praktik, peningkatan atau pengembangan professional, pemahaman praktek oleh praktisinya dan peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktek. Secara ringkas tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan praktek layanan pembelajaran.

Selanjutnya karena penelitian ini peneliti ingin mengupayakan peningkatan minat membaca pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI AP/AK SMK Marsudi Luhur I Yogyakarta melalui layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok, maka berdasarkan pendapat di atas, peneliti memilihb untuk melakukan penelitian tindakan. Jenis penelitian tindakan ini dianggap cocok untuk meningkatkan minat membaca pelajaran bahasa


(1)

206

e. Mengembangkan minat membaca siswa :

1) Bagaimana perasaan anda ketika proses layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok meningkatkan minat membaca berlangsung ?

2) Apakah dalam diri anda timbul rasa senang pada saat pelajaran bahasa Indonesia ?

3) Apakah anda memperhatikan dan mengerjakan dengan sungguh-sungguh materi maupun soal yang diberikan oleh guru ?

4) Apakah semua perhatian anda fokuskan pada saat pelajaran bahasa Indonesia ?

5) Apakah anda berpartisipasi aktif pada saat pelajaran bahasa Indonesia berlangsung ?

6) Apakah manfaat yang anda peroleh dalam proses layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok yang telah dilaksanakan ?

2. Tentang layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok (untuk Guru) :

a. Menurut Ibu apakah materi yang diberikan pada saat pemberian tindakan sudah sesuai dalam proses peningkatan minat membaca ? b. Menurut Ibu apakah metode layanan bimbingan belajar dengan teknik

diskusi kelompok sangat membantu siswa dalam peningkatan minat membaca ?

c. Menurut Ibu bagaimana metode layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok yang telah dilakukan dalam peningkatan minat membaca ?

d. Menurut Ibu apakah ada peningkatan minat membaca siswa setelah diberikan tindakan layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok ?

e. Apakah kegiatan layanan bimbingan belajar dengan teknik diskusi kelompok perlu dilaksanakan secara rutin ?


(2)

207   

FOTO KEGIATAN

Gambar 1. Peneliti mengawasi siswa yang sedang mengerjakan tugas.


(3)

208   

Gambar 3. Siswa menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas.


(4)

(5)

(6)