d. Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan
ujian, e.
Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, cita-cita dan kondisi fisik atau kesehatan,
f. Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam bidang studi
tertentu, g.
Menentukan pembagian waktu dan perencanaan jadwal belajarnya, h.
Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah maupun untuk pengembangan bakat dan karirnya di masa
depan. Berdasarkan beberapa tujuan layanan bimbingan belajar yang telah
disampaikan di atas, dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa tujuan dari pelayanan bimbingan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh
konselor atau guru pembimbing untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan di dalam memasuki proses belajarnya agar siswa dapat mencapai
kemampuan serta keberhasilan belajar yang maksimal. Melihat arti penting layanan bimbingan belajar tersebut bagi keberhasilan studi, maka
tanggung jawab bersama seluruh personalia sekolah yang bertujuan untuk membantu siswa menemukan cara belajar yang menyenangkan dan
memanfaatkan waktu luang utuk membaca buku sehingga dalam diri siswa timbul minat membaca.
3. Fungsi Bimbingan Belajar
Achmad Juntika Nurihsan 2005: 15 menyebutkan fungsi bimbingan antara lain.
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik,
b. Fungsi penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih
jurusan sekolah, jenis sekolah, dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat, dan ciri-ciri kepribadian lainnya,
c. Fungsi adaptasi, yaitu membantu petugas-petugas di sekolah,
khususnya guru, untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat, kemampuan, dan kebutuhan para peserta didik.
Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai para peserta didik, guru pembimbing atau konselor dapat membantu guru
untuk memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam mengelola memilih materi pelajaran yang tepat maupun dalam
mengadaptasikan bahan pelajaran kepada kecepatan dan kemampuan peserta didik,
d. Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik untuk memperoleh
penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangnya secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka
mengidentifikasi, memahami, dan memecahkan.
Bimbingan merupakan cara dalam membantu murid dalam mengatasi masalah pribadi dan sosial yang berhubungan dengan
pendidikan dan pengajaran. Abu Ahmadi dan Widodo 2004:118 mengatakan bahwa fungsi bimbingan adalah.
a. Preservatif : memeliuhara dan membina suasana dan situasi yang
baik dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya mengajar,
b. Preventif
: mencegah sebelum terjadinya masalah, c.
Kuratif :
mengusahakan penyembuhan pembentukan dalam mengatasi masalah,
d. Rehabilitasi : mengadakan tindak lanjut sesudah diadakan treatment
yang memadai Penulis dapat menyimpulkan fungsi bimbingan belajar sebagai
fungsi pemahaman yaitu menghasilkan pemahaman tentang sesuatu mengenai pengembangan peserta didik; fungsi penyaluran yaitu membantu
siswa memilih jurusan sekolah, jenis sekolah yang sesuai baginya; dan fungsi pengadaptasian yaitu membantu mengadaptasikan program sekolah
terhadap minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik; fungsi penyesuaian yaitu membantu siswa menemukan penyesuaian pribadi
dalam perkembangannya secara optimal. Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada fungsi penyesuaian. Fungsi penyesuain tersebut
dimaksudkan untuk membantu peserta didik dalam menemukan cara belajar yang baik sesuai dengan dirinya.
4. Bidang Bimbingan Belajar
Dewa Ketut Sukardi 2008: 56-57 menyatakan bahwa bidang bimbingan belajar dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut.
a. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta
produktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya, mengerjakan tugas,
mengembangkan keterampilan, dan menjalani program penilaian, b.
Pemantapan sistem belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok,
c. Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah sesuai
dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian, d.
Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan budaya yang ada di lingkungan sekitar dan masyarakat untuk
pengembangan pengetahuan dan keterampilan dan pengembangan diri,
e. Orientasi belajar di perguruan tinggi.
Selain itu W.S Winkel Dan M.M Sri Hastuti 2004: 116-117 juga menyatakan bahwa suatu program bimbingan di bidang belajar akan
memuat unsur-unsur sebagai berikut. a.
Orientasi kepada siswa dan mahasiswa baru tentang tujuan institusional, isi kurikulum pengajaran, struktur organisasi sekolah,
prosedur belajar yang tepat, dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah bersangkutan,
b. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat
selama mengikuti pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah, secara individual atau secara kelompok,
c. Bantuan dalam hal memilih program studi yang sesuai, memilih
beraneka kegiatan non-akademik yang menunjang usaha belajar, dan memilih program studi lanjutan di tingkat pendidikan yang lebih
tinggi, d.
Pengumpulan data tentang siswa mengenai kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, serta cita-cita hidup; pengumpulan data
tentang program studi di perguruan tinggi yang tersedia dalam bentuk brosur, buku pedoman baru, kliping iklan di surat kabar, dan
sebagainya,
e. Bantuan dalam hal mengatasi beraneka kesulitan belajar, seperti
kurang mampu menyusun dan menaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ujian dan ulangan, kurang dapat
berkonsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat diberbagai bidang studi, menghadapi keadaan di rumah yang mempersulit belajar
secara rutin, dan lain sebagainya,
f. Bantuan dalam bentuk hal membentuk berbagai kelompok belajar
kelompok tentor dan mengatur seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisien dan efektif.
Penulis menyimpulkan bidang bimbingan belajar yaitu pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien,
pemantapan sistem belajar dan berlatih, pemantapan penguasaan materi pelajaran di sekolah, pemantapan pemahaman dan pemanfaatan
lingkungan sekitar dalam rangka pengembangan diri siswa, dan pemberian orientasi belajar di perguruan tinggi.
5. Langkah-langkah dalam Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan proses pemberian bantuan kepada siswa dalam usaha mencegah dan mengatasi dalam kesulitan dalam
belajar. Saring Marsudi 2003:109-112 menyebutkan langkah-langkah dalam bimbingan belajar adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi Kasus
Pada dasarnya langkah ini dilakukan untuk menentukan siswa baik perorangan maupun kelompok yang dikategorikan mengalami
kesulitan belajar dan memerlukan layanan bimbingan belajar. Usaha ini dapat ditempuh dengan cara memanggil atau suka rela siswa yang
mengalami kesulitan belajar datang sendiri kepada pembimbing agar siswa secara sukarela datang tanpa harus dipanggil, maka lebih awal
program bimbingan disosialisasikan dulu kepada siswa sehingga keberadaan bimbingan dan konseling difahami siswa secara
keseluruhan. b.
Identifikasi Masalah Langkah ini pada dasarnya adalah upaya untuk mengetahui
masalah kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa secara tuntas, karena kegiatan ini termasuk layanan bimbingan belajar maka dalam
langkah ini menganalisis tentang : a Kesulitan belajar itu dalam bidang studi.
b Letak kesulitan dalam hal apa.
c. Diagnosis
Langkah diagnosis adalah langkah awal untuk menganalisis berbagai kemungkinan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kesulitan belajar. Untuk diagnosis diperlukan sarana seperti angket, tes, wawancara, dokumentasi, observasi, dan home visit.
d. Prognosis
Yang dimaksud dengan prognosis ialah suatu estimasi atau perkiraan apakah kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa itu masih
mungkin untuk diatasi dan kemungkinan alternatif pencegahannya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah.
1 Untuk menentukan kemungkinan yang dapat diatasi atau tidak
harus mengacu pada faktor penyebab kesulitan siswa. 2
Apabila permasalahan itu di luar kewenangan petugas bimbingan di sekolah maka dapat dilakukan upaya referal. Oleh sebab itu
sekolah harus bekerjasama dengan lembaga lain dalam upaya kegiatan layanan bimbingan secara profesional.
3 Perlu disusun atau direncanakan bentuk dan mekanisme pemberian
bantuan dalam upaya mengatasi kesulitan belajar siswa. 4
Kemungkinan alternative bentuk layanan bimbingan belajar antara lain : layanan konseling, remedial teaching, bimbingan kelompok
dan referal.
5 Case conference
Kegiatan ini dilakukan dengan sharing langsung dan tanya jawab seputar permasalahan dalam belajar yang dihadapi oleh
siswa tersebut dan dalam hal ini bersama-sama langsung menuntun siswa untuk menemukan jalan keluar permasalahan
tersebut. e.
Pemecahan Masalah treatment Pada dasarnya langkah ini ialah penerapan atau pelaksanaan
yang telah dirumuskan pada langkah prognosis. Apabila langkah prognosis telah dirancang secara jelas maka pelaksanaan langkah
pemecahan masalah akan berlangsung dengan baik. Sebaliknya apabila langkah prognosis itu masih belum jelas dan tidak benar secara
profesional maka pelaksanaan pemecahan masalah juga akan terjadi kesulitan bahkan hasilnya tidak memuaskan.
f. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Langkah ini adalah mengevaluasi hasil pemberian bantuan atau bimbingan kesulitan belajar yang telah dilakukan pada langkah
treatment. Ada beberapa kemungkinan hasil evaluasi : adanya peningkatan menjadi lebih baik artinya permasalahan teratasi, sama saja
artinya sebelum dan sesudah diberikan bimbingan tidak ada perubahan, hasilnya lebih jelek dibanding sebelum diberikan bimbingan artinya
bimbingan yang dilakukan mengalami kegagalan.
Atas dasar hasil evaluasi inilah diperlukan tindak lanjut layanan bimbingan. Tindak lanjut yang dilakukan adalah :
1 Jika ada perubahan peningkatan maka hal ini perlu dipertahankan
artinya jangan sampai kondisi mendorong timbulnya kembali permasalahan siswa.
2 Apabila hasilnya sama saja maka perlu diulang kembali kualitas
pemberian bimbingan belajar. 3
Apabila tidak berhasil maka perlu diulang kembali langkah- langkah pemberian bantuan belajar secara profesional dan perlu
dicari analisis yang tepat tentang jenis masalahnya, faktor penyebab, dan pelaksanaan pemberian bimbingan.
Abin Syamsuddin Makmun 2002:284-289 menyebutkan langkah-langkah dalam bimbingan belajar adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi Kasus
Pada langkah ini ada beberapa siswa secara sukarela datang atau bertanya kepada guru pembimbing untuk memperoleh bantuan
pemecahan masalah atau kesulitan dalam belajar yang dirasakannya, maka lebih awal program ini disosialisasikan dahulu kepada siswa
sehingga siswa mengetahui akan arti penting layanan bimbingan belajar.
b. Identifikasi Masalah
Langkah ini ditujukan kearah menjawab pertanyaan secara umum permasalahan yang dialami individu atau kelompok individu
yang menyangkut bidang pendidikan, perencanaan, karir, atau jabatan.
c. Diagnosis
Langkah diagnosis adalah langkah untuk menganalisis atau untuk memperoleh informasi atau data yang relevan mengenahi
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar. d.
Mengadakan Prognosis Suatu perkiraan yang mana masalah yang dihadapi siswa
dapat terpecahkan atau tidak dan berapa lama dan dengan cara apa masalah yang dihadapi siswa masih mungkin untuk diatasi.
e. Melakukan Tindakan Remedial
Dilakukan apabila prognosanis telah dirancang secara jelas dan masalah tidak bisa terselesaikan dengan baik maka selayaknya
guru membuat tindakan referal kepada para ahli yang kompeten dalam bidang tersebut.
f. Evaluasi dan Follow Up
Usaha bantuan remedial itu dilakukan oleh guru pembimbing yang bersangkutan hendaknya meneliti seberapa jauh
pengeruh tindakan remedial itu telah menunjukkan efek atau pengeruh yang positif bagi pemecahan masalahnya selanjutnya
dilakukan tindakan mengevaluasian dari hasil pemberian bantuan yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya.
Berdasarkan beberapa penjabaran di atas langkah-langkah dalam bimbingan belajar di atas adalah identifikasi kasus,
identifikasi masalah, diagnosis, pemecahan masalah, dan yang terakhir evaluasi dan follow up.
D. Tinjauan tentang Layanan Diskusi Kelompok
1. Pengertian Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok menurut Sudjana 2005:99 adalah pembicaraan melalui tatap muka yang direncanakan diantara 2 orang
peserta didik atau lebih tentang poko topik bahasan tertentu, dan dipimpin oleh seseorang pemimpin diskusi.
Dewa Ketut Sukardi 2008:220 mengatakan bahwa diskusi kelompok adalah suatu pertemuan dua orang atau lebih yang bertujuan
untuk saling tukar pengalaman dan pendapat dan biasanya menghasilkan suatu keputusan bersama. Jadi dalam diskusi kelompok ada unsur-unsur:
1 percakapan orang-orang yamg bertemu, 2 tujuan yang ingin dicapai, 3 proses saling tukar pengalaman dan pendapat, 4 keputusan atau
kemufakatan bersama. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
diskusi kelompok adalah suatu cara atau teknik bimbingan kelompok yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka dimana setiap
anggota kelompok akan mendapatkan kesempatan untuk menyumbangkan
pikiran masing-masing serta berbagi pengalaman atau informasi guna pemecahan suatu masalah atau pengambilan keputusan.
2. Tujuan Diskusi Kelompok
Sudjana 2005:100 mengemukakan tujuan diskusi kelompok adalah untuk tukar menukar informasi tentang topik yang dibahas
sehingga dapat dicapai kesamaan kecocokan dan kesepakatan pikiran diantara peserta didik. Kesamaan pikiran ini penting dalam menentukan
persetujuan atau kesimpulan tntang gagasan yang bisa diambil atau tindakan yang akan dilakukan yang berkenaan dengan topik yang
dibicarakan. Secara umum diskusi kelompok merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk membahas atau membantu memecahkan suatu masalah. Hal ini sependapat dengan pendapat Roestiyah N. K 2001:6 yang
menyatakan bahwa diskusi kelompok bertujuan untuk. a.
Mendorong siswa menggunakan pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang
lain. Jadi siswa dilatih untuk memecahkan masalah sendiri. b.
Melatih siswa agar mampu menyatakan pendapatnya secara lisan karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang demokratis.
c. Memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam
pembicaraan untuk memecahkan masalah bersama.
Dewa Ketut Sukardi 2008: 221-222 mengatakan bahwa tujuan diskusi kelompok adalah.
a. Siswa memperoleh informasi yang berharga dari teman diskusi dan
pembimbing diskusi. Pengalaman yang baik maupun buruk dan pendapat dari teman, banyak membantu perkembangan pribadi
siswa. b.
Membangkitkan motivasi dan semangat siswa untuk melakukan sesuatu tugas. Bila siswa mula-mula enggan mengerjakan sesuatu
tugas, misalnya membuat ringkasan tentang isi bacaan setelah diskusi tentang manfaat membuat ringkasan, maka timbul minat dan
kemauan untuk membuat ringkasan. Begitu juga terhadap hal-hal yang semula ditolak, kurang diminati, kurang dipahami, bahkan
mungkin yang semula dibenci dapat berubah untuk dicintai dan dikerjakan.
c. Mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis, mampu
melakukan analisis dan sintesis atas data atau informasi yang diterimanya. Dalam diskusi siswa memperoleh berbagai informasi
yang mungkin saling bertentangan, berhubungan, atau saling menunjang. Siswa secara bertahap akan mampu menanggapi secara
kritis dan lambat laun mampu membuat analisis serta mensistesiskan informasi yang diterimanya.
d. Mengembangkan keterampilan dan keberanian siswa untuk
mengemukakan pendapat secara jelas dan terarah. Dalam diskusi,
siswa dibimbing untuk berani dan terampil menyampaikan pengalaman dan gagasannya secara teratur, sehingga mudah
dipahami orang lain. e.
Membiasakan kerja sama di antara siswa. Diskusi pada hakikatnya kerja sama dalam mengumpulkan dan
tukar-menukar pengalaman serta gagasan. Melalui diskusi, siswa dibina memperhatikan kepentingan orang lain, menghargai pendapat
orang lain, dan menerima keputusan bersama. Penulis menyimpulkan bahwa tujuan diadakan diskusi kelompok
yaitu siswa mendapatkan informasi yang berharga dari teman dan pembimbingnya, dapat membangkitkan motivasi dan semangat
mengerjakan tugas, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mengembangkan keterampilan dan keberanian peserta diskusi kelompok
untuk mengemukakan pendapatnya, dan dapat membiasakan kerjasama diantara siswa.
3. Ciri - Ciri Diskusi Kelompok
Dewa Ketut Sukardi 2008: 228-229 menyebutkan ciri-ciri diskusi kelompok yang dilihat dari segi hasil dan prosesnya adalah :
1. Dari segi hasilnya, diskusi yang efektif ialah.
a. Masalah yang didiskusikan dapat terpecahkan.
b. Ada keputusan yang dapat direalisasikan, Makin banyak keputusan
yang dapat direalisasikan makin efektiflah diskusi itu. c.
Waktu diskusi tidak diperpanjang.