I.11. Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah I.2. Perumusan Masalah
I.3. Pembatasan Masalah I.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
I.4.1. Tujuan Penelitian I.4.2. Manfaat Penelitian
I.5. Kerangka Teori I.6. Kerangka Konsep
I.7. Model Teoritis I.8. Operasionalisasi Variabel
I.9. Defenisi Operasional I.10. Hipotesa
I.11. Sistematika Penulisan
BAB II URAIAN TEORITIS
II.1. Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Antar Pribadi II.1.1. Pengertian Komunikasi
II.1.2. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi II.2. Proses Komunikasi Antar Pribadi
II.3. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi II.4. Teori Self Disclosure
II.5. Pengertian
Produktivitas Kerja
Universitas Sumatera Utara
II.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Kerja
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1. Gambaran Umum Bel Mondo Cafe
III.1.2. Lokasi Penelitian III.1.3. Struktur Organisasi Bel Mondo Cafe
III.2. Metode Penelitian III.3. Populasi dan Sampel
III.4. Teknik Penarikan Sampel III.5. Teknik Pengumpulan Data
III.6. Teknik Analisa data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Analisa Tabel Sunggal IV.2. Analisa Tabel Silang
IV.3. Uji Hipotesis IV.4. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan V.2. Saran
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
BAB II Uraian Teoritis
II.1. Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Antar Pribadi
Manusia adalah makhluk sosial yang mana selalu berinteraksi dengan manusia yang lain. Karena sejarah lahirnya manusia memiliki hasrat untuk
menjadi satu dengan manusia yang lainnya. Untuk menciptakan suatu relasi manusia membutuhkan komunikasi sebagai sarana. Oleh karena itu komunikasi
merupakan dasar dari eksistensi manusia yang ingin bermasyarakat. Manusia secara sadar atau tidak di dalam kehidupannya sehari-hari
selalu menggunakan komunikasi karena merupakan bagian dari kehidupan manusia. Manusia melakukan kegiatan komunikasi sebagai bukti kesadaran akan
eksistensinya, yaitu mengadakan relasi atau respon terhadap stimulasi yang datang padanya.
Dan dengan seiring perkembangan peradapan manusia, komunikasi telah merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia dan merupakan milik
setiap orang.
II.1.1. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, “Communicatio” yang bersumber dari kata “Comunis” yang berarti sama, yakni :
sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Wilbur Schramm mengatakan :
Universitas Sumatera Utara
“Jika kita melakukan komunikasi, kita sedang berusaha mengadakan kesamaan dengan orang lain. Ini berarti kita sedang berusaha
memberikan informasi, gagasan atau sikap. Komunikasi pada hakekatnya juga membuat si penerima dan si pemberi sama-sama sesuai
untuk menerima suatu pesan” Riyono Praktikno, 1982 : 71.
Pengertian yang samapun diberikan oleh Onong U. Effendy yang mengatakan : “Komunikasi pada hakekatnya adalah membuat komunikan dan
komunikator sama-sama sesuai tuned untuk suatu pesan” Effendy, 1981 : 32.
Jadi, bila kita melihat kepada pengertian komunikasi secara etimologis, defenisi Wilbur Schramm dan Onong U. Effendy, intinya berusaha mencari dan
membentuk kesamaan makna arti terhadap pesan yang saling dilontarkan baik oleh komunikator ataupun komunikan.
Bila defenisi di atas diikuti, maka pengertian komunikasi itu begitu sederhana sekali. Dalam kenyataannya, manusia berkomunikasi itu bukan hanya
mencari kesamaan makna terhadap sesuatu yang dikomunikasikan. Agar wawasan lebih luas terhadap pengertian komunikasi, ada pengertian yang diberikan oleh
ahli-ahli yang lain yang menunjukkan pengertian komunikasi bukan hanya masalah kesamaan makna.
Harold D. Lasswell mendefenisikan komunikasi sebagai : “proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui suatu media yang menimbulkan efek” Effendy, 1968 : 69. Jelas di sini, komunikasi itu bukan hanya mencari kesamaan makna sesuatu
terhadap sesuatu, tetapi ada efek di sana, baik bagi komunikator maupun bagi komunikannya. Jadi ada kekomplekkan dalam artian Lasswell. Sedangkan Carl I.
Universitas Sumatera Utara
Hovland lebih tajam lagi dalam memberikan pengertian komunikasi. Beliau mengatakan :
“komunikasi adalah suatu proses dengan mana seseorang komunikator menyampaikan stimulasi biasanya lambang kata-kata untuk
membentuk tingkah laku orang lain” Effendy, 1981 : 32. Maka bagi Hovland komunikasi itu suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang
lain, sesuai dengan tujuan dari si komunikator. Jadi komunikasi mengandung unsur tujuan bagi seseorang terhadap orang lain. Jadi baik bagi Lasswell maupun
Hovland pengertian komunikasi tidaklah hanya membentuk kesamaan makna terhadap sesuatu semata.
Dalam hal ini, kita tidak membenarkan atau menyalahkan pengertian yang telah ada di atas, hanya saja kita dapat menyimpulkan ciri-ciri tertentu dari
pengertian komunikasi, baik menurut Wilbur Schramm dan Onong U. Effendy di satu pihak ataupun Hovland dan Lasswell di pihak lain, yaitu :
- Adanya kesamaan arti atau makna terhadap sesuatu yang
dikomunikasikan. -
Adanya pesan -
Adanya efek -
dan adanya dimensi mempengaruhi
II.1.2. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikan, komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk, yaitu : a komunikasi antar pribadi, b
Universitas Sumatera Utara
komunikasi kelompok dan c komunikasi massa. Sehubungan dengan penelitian ini, maka yang dibahas hanyalah yang menyangkut komunikasi antar pribadi.
Komunikasi antar pribadi sering juga disebut Diadic Communication adalah :
“komunikasi antar dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan, bisa secara berhadapan muka face to face atau bisa
juga melalui sebuah medium, umpanya telepon” Effendy, 1981 : 48. Jadi komunikasi jenis ini selalu membutuhkan adanya seorang lain sebagai lawan
komunikasi. Ciri khas komunikasi antar pribadi ialah sifatnya dua arah atau timbal balik two way traffic of communication. Dalam komunikasi seperti komunikasi
antar pribadi, komunikator dan komunikan saling bergantian fungsi. Pada suatu ketika komunikan menjadi komunikator, demikian sebaliknya. Dalam situasi
seperti itu, maka komunikator utama adalah orang yang pertama-tama menyampaikan pesan message, sebab dialah yang memulai komunikasi, dialah
yang mempunyai tujuan tertentu dengan menggunakan komunikasi itu. Demikian seterusnya selama proses komunikasi itu berlangsung.
Jika Onong U. Effendy memberikan defenisi seperti di atas yaitu : komunikasi antar pribadi itu antara dua orang, maka William F. Gluck yang
dikutip oleh A.W. Widjaja lain lagi memberikan defenisi komunikasi antar pribadi, yaitu :
“proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antar dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia” A.W.
Widjaja, 1986 : 8.
Universitas Sumatera Utara
Jadi bagi beliau komunikasi antar pribadi itu bukan hanya ditujukan kepada dua orang saja, tetapi bisa lebih dari dua orang, yang penting dalam suatu kelompok
kecil. Hanya saja beliau tidak memberikan batasan kelompok kecil itu berapa orang.
Sedangkan bagi penulis, berhubung dihadapkan kepada dua defenisi di atas maka penulis menyimpulkan komunikasi antar pribadi itu :
- Arus pesannya cenderung dua arah secara timbal balik
- Konteks komunikasi tatap muka atau bermedia
- Feed backumpan balik bersifat langsung saat itu juga
- Adanya proses pergantian fungsi secara timbal balik antara :
komunikator komunikan.
II.2. Proses Komunikasi Antar Pribadi
Kegiatan komunikasi antar pribadi tentu terjadi tidak dengan sendirinya. Dia membutuhkan suatu rangkaian peristiwa yang berlangsung satu dengan kata
lain membutuhkan suatu proses. Sementara itu dalam lingkup ilmu komunikasi, proses yang dimaksud memuat komponen-komponen yang dibutuhkan. Sejumlah
komponen atau unsur yang dicakup yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi, maka perlu diperhatikan paradigma Lasswell yang berbunyi : “who
says what in which channel to whom with what effect atau siapa, mengatakan apa, dengan media apa, kepada siapa, dengan efek apa” Effendy, 1992:10.
Tepatnya cara menjelaskan proses komunikasi Lasswell dengan menjawab :
Universitas Sumatera Utara
- who ?
siapa : komunikator
- says what ?
mengatakan apa : pesan message
- in which channel ?
saluran apa : saluran media
- to whom ?
kepada siapa : komunikan
- with what effect ? dengan efek apa : efek yang terjadi
Maka dalam proses komunikasi baik interpersonal atau massa Lasswell menunjukkan terhadap lima unsur di dalamnya, yaitu :
1. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan.
2. Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambang verbal
ataupun non verbal. 3. Media
: sarana saluran yang mendukung pesan yang dilontarkan.
4. Komunikan : orang yang menerima pesan.
5. Efek : dampak yang ditimbulkan.
Melalui formula Lasswell ini, jalannya proses komunikasi dapat dilihat seperti di bawah ini :
PROSES KOMUNIKASI
Sumber : Effendy, 1992:12 Who
komunikator says what
pesan in which
channel media
to whom komunikan
to whom effect
efek yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Everett M. Rogers memberikan karakteristik dari komunikasi antar pribadi Edward Depari dan Collin Mc. Andrews, 1988:18.
KARAKTERISTIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
1 Arus pesan
Cenderung dua arah 2
Konteks komunikasi Tatap muka bermedia
3 Tingkat umpan balik
Tinggi 4 Tingkat
selektivias Tinggi
5 Kecepatan jangkauan terhadap audiens
Relatif lambat
Berdasarkan uraian sebelumnya tentang pengertian komunikasi antar pribadi, komponen komunikasi Lasswell serta karakteristik komunikasi antar
pribadi Everett M. Rogers, maka dapat dibuat visualisasi dari proses komunikasi antar pribadi seperti di bawah ini.
PROSES LENGKAP KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Sumber : Effendy, 1992:13 Feed back
umpan balik Penyebar
pesan komunikator
pesan Media
channel Penerima
pesan komunikan
feed back umpan balik
efek yang
terjadi
Universitas Sumatera Utara
Maka dari gambar diatas jelas proses komunikasi antar pribadi itu, adanya pihak pelaku inisiatif dan penerima pesan yang kita artikan pemberi stimulus dan
penerima stimulus dimana arus pesan itu secara timbal balik dua arah dan umpan baliknya itu segera atau langsung dengan menggunakan media tertentu,
dan yang tidak boleh diabaikan bahwa komunikator dan komunikan saling berganti peranan, satu saat sebagai komunikator saat lain jadi komunikan
berganti peran. Proses komunikasi antar pribadi dapat diuraikan sebagai berikut :
“Pertama-tama, sumber memberikan pesan atau informasi kepada komunikator apabila sumber adalah suatu kejadian, kemudian oleh komunikator pesan itu
disampaikan dengan atau tanpa media kepada komunikan. Penerimaan pesan itu oleh komunikan melalui tahapan-tahapan yang dikenal dengan sensasi, persepsi,
memori dan berpikir” Rakhmat, 1986:89. -
Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Proses itu berhubungan dengan keterlibatan alat indra.
- Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan.
- Memori adalah sistem yang bersrtuktur yang menyebabkan organisme
sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap saat stimuli mengenai indra kita,
setiap saat pula stimuli direkam secara sadar atau tidak sadar.
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan penelitian ini, maka proses lengkap dari komunikasi antar pribadi yang ingin diteliti adalah sebagai berikut :
PROSES KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM PENELITIAN YANG DIMAKSUD
Sumber : Effendy, 1992:13 Proses komunikasi antar pribadi mempergunakan lambang sebagai
media. lambang sebagai media yang terdapat dalam komunikasi antar pribadi terbagi dua, yaitu :
- Lambang Verbal
Lambang verbal artinya penggunaan bahasa sebagai media. Bahasa adalah lambang yang dapat mewakili kenyataan yang konkrit dan objektif dalam
dunia sekeliling kita, dan juga mewakili hal yang abstrak. Feed back
umpan balik
komunikator komunikan
pesan yang
dipertu- karkan
Media channel
komunikan komunika-
tor
feed back umpan balik
produkti- vitas
kerja karyawan
Bel Mondo
Universitas Sumatera Utara
- Lambang Non Verbal
Lambang non verbal berlangsung dengan gejala yang menyangkut gerak-gerik gestures, sikap pastures, ekspresi facial expression, dan lain gejala yang
sama. Dalam proses komunikasi, baik antar pribadi atau massa, lambang-
lambang yang dipergunakan harus dipahami dan dimengerti baik oleh kominukator maupun komunikan, jika lambang yang dipergunakan atau
diperlukan tidak saling dimengerti itu bukan komunikasi, hanya kontak sosial. Komunikasi lebih mudah berlangsung dan berlanjut antara orang-orang yang
sependapat tentang sesuatu masalah. Proses komunikasi antar pribadi berhasil apabila terjadi kesesuaian
antara komunikator dan komunikan dalam arti tercapainya tujuan dari komunikasi yaitu perubahan sikap.
II.3. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi
Yang dimaksud dengan efektif adalah mengenai sasaran atau mencapai tujuan sesuai dengan maksud si pembicara. Jadi, dalam komunikasi antar pribadi
apabila tujuan untuk mengubah pendapat, sifat dan tingkah laku komunikasi dapat tercapai, maka komunikasi antar pribadi itu efektif.
Efektivitas komunikasi juga tergantung pada “siapa” serta “cara” penyampaian pesan kepada komunikan. Apabila kita berbicara dengan rekan
sejawat, guru, orang tua, atau pimpinan, kita harus menentukan sikap terlebih dahulu, tempat kita berada, posisi, kemudian hal apa yang kita pesankan. Setelah
Universitas Sumatera Utara
itu kita harus mendefenisikan diri kita pada saat suatu posisi tertentu. Maka selanjutnya dapatlah kita sampaikan pesan dengan “cara” dan “sikap” yang tepat
agar dapat menjadi sasaran yang kita inginkan. Ada beberapa faktor yang menunjang agar komunikasi itu berlangsung
efektif. Wilbur Schramm menampilkan “The Condition of Succes In Communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika diinginkan agar suatu
pesan membangkitkan tanggapan yang dikehendaki. Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat
menarik perhatian komunikan. b.
Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antar komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama
mengerti. c.
Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
d. Pesan harus menyarankan satu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi
yang banyak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat itu ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Effendy, 1981:37. Demikian efektivitas komunikasi dilihat dari unsur pesan, dengan diperhatikan
syarat tersebut jelaslah mengapa para komunikator memulai dengan meneliti sedalam-dalamnya tujuan komunikasi dan mengapa “know you audience”
merupakan ketentuan utama dalam komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Ditinjau dari unsur komunikan, Chester I. Bernard menyatakan : Seseorang dapat dan akan menerima pesan hanya kalau terjadi empat kondisi :
1. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi.
2. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sama
dengan tujuannya. 3.
Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya bersangkutan bagi kepentingan pribadinya.
4. Ia mampu untuk menempatinya baik secara mental maupun fisik.
Effendy, 1981:38. Selanjutnya Cutlip dan Center didalam bukunya “Effective Public
Relations” menggunakan fakta tanda mental yang perlu diingat oleh komunikator yaitu :
1. Bahwa komunikan terdiri dari orang-orang yang hidup, bekerja dan
bermain satu sama lainnya dalam jaringan lembaga sosial. Karena itu, setiap orang adalah subjek bagi lembaga pengaruh, diantaranya adalah
pengaruh bagi komunikator. 2.
Bahwa komunikan membaca, mendengar dan menonton komunikasi yang menyajikan pandangan hubungan pribadi yang mendalam.
3. Bahwa tanggapan yang diinginkan oleh komunikator dari komunikan
harus menguntungkan bagi komunikan : kalau tidak, ia tidak akan memberikan tanggapan. Effendy, 1981:38.
Dari sudut komunikator, ada dua faktor penting dari komunikator yaitu kepercayaan pada komunikator source credibility dan daya tarik komunikator
Universitas Sumatera Utara
source attractiveness. Kedua hal ini berdasarkan posisi komunikan yang akan menerima pesan :
a. Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar. Jadi
komunikator mendapat kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai dimana ia memperoleh kepercayaan dari komunikan dan apa yang
dinyatakannya. b.
Hasrat seseorang untuk menyamakan diri dengan komunikator atau bentuk hubungan lainnya dengan komunikator yang secara emosional
memuaskan. Jadi komunikator akan sukses dalam komunikasinya, bila ia berhasil memikat perhatian komunikan. Effendy, 1981:39.
Mc Grosky, Larson dan Knapp dalam bukunya “Introduction to Interpersonal Communication” menyatakan bahwa berkomunikasi yang efektif
dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan accuracy yang paling tinggi derajatnya antar komunikator dan komunikan dalam setiap situasi. Effendy,
1981:49. Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas
komunikasi antar pribadi pada prinsipnya adalah : 1.
Kemampuan komunikator dan komunikan untuk menyesuaikan diri baik secara fisik maupun psikis. Hal ini tidak mungkin disebabkan oleh daya
arus balik langsung. 2.
Adanya keseimbangan atau keharmonisan antara komunikator dan pesan yang disampaikan.
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya respon atau tindakan nyata dari komunikan berupa perubahan
sikap, memperkuat pendapat dan sebagainya.
II.4. Teori Self Disclosure
Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft 1969 yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya,
maupun orang lain. Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan kedalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya
dengan jendela Johari Johari Window. Liliweri, 1951:53. Berikut gambar jendela Johari tentang bidang pengenalan diri dan orang lain.
Terbuka Diketahui diri sendiri dan orang lain
Buta Tidak diketahui diri sendiri dan orang
lain tahu Tersembunyi
Diketahui diri sendiri tetapi tidak diketahui orang lain
Tidak dikenal Tidak dikethui diri sendiri dan orang
lain
Gambar yang disebut Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa dalam pengembangan hubungan antar seorang dengan yang lainnya terdapat empat
kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana dikeempat bidang jendela itu.
- Bidang 1 Daerah Terbuka
Daerah terbuka open self berisikan semua informasi, prilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan sebagainya yang diketahui oleh
diri sendiri dan oleh orang lain. Daerah terbuka masing-masing individu akan
Universitas Sumatera Utara
berbeda-beda besarnya bergantung pada dengan siapa orang ini berkomunikasi. Ada orang yang membuat kita merasa nyaman dan
mendukung kita, terhadap mereka, kita membuka diri kita lebar-lebar. Terhadap orang yang lain kita lebih suka menutup sebagian besar diri kita.
Tetapi kebanyakan diantar kita, membuka diri kepada orang-orang tertentu tentang hal-hal tertentu pada waktu-waktu tertentu.
Komunikasi bergantung pada sejauh mana kita membuka diri kepada orang lain dan kepada kita sendiri. Jika kita tidak membiarkan orang lain mengenal
kita, komunikasi menjadi sangat sukar, jika malah tidak mungkin. Kita dapat berkomunikasi secara bermakna hanya bila kita saling mengenal dan juga
mengenal diri sendiri. Untuk meningkatkan komunikasi, kita terlebih dahulu harus memperbesar daerah terbuka ini.
- Bidang 2 Daerah Buta
Daerah buta blind self berisikan informasi tentang diri kita yang diketahui orang lain tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Ini dapat berupa kebiasaan-
kebiasaan kecil mengatakan “tahu kan” atau memegang-megang hidung bila marah atau hal-hal lain yang lebih berarti seperti sikap defensif, atau
pengalaman terpendam. Komunikasi menuntut keterbukaan pihak-pihak yang terlibat. Bila daerah
buta, komunikasi menjadi sulit. Tetapi, daerah seperti ini akan selalu ada pada diri kita masing-masing. Walaupun kita mungkin dapat menciutkan daerah ini,
menghilangkannya sama sekali tidaklah mungkin.
Universitas Sumatera Utara
- Bagian 3 Daerah Tersembunyi
Daerah tersembunyi hidden self mengandung semua hal yang kita ketahui tentang diri sendiri dan tentang orang lain tetapi kita simpan hanya untuk kita
sendiri. Ini adalah daerah tempat kita merahasiakan segala sesuatu tentang diri sendiri dan tentang orang lain.
- Bagian 4 Daerah Tidak Dikenal
Daerah tidak dikenal unknown self adalah bagian dari diri kita yang tidak diketahui baik oleh kita sendiri maupun oleh orang lain. Ini adalah informasi
yang tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput dari perhatian. Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi antar
pribadi khususnya di dalam sebuah perusahaan adalah bidang 1 daerah terbuka, dimana antar komunikator pimpinan dengan komunikan pegawai saling
mengetahui makna pesan yang sama. Meskipun demikian kenyataan hubungan antar pribadi tidak seideal yang diharapkan itu, ini disebabkan karena dalam
berhubungan dengan orang lain baik pimpinan dan bawahan betapa sering mempunyai peluang untuk menyembunyikan atau mengungkapkan masalah yang
dihadapinya. Menurut Luft 1969 yang dikutip oleh Deddy Mulyana 1996:19
menggambarkan beberapa ciri penyingkapan diri self disclosure yang tepat. Lima ciri terpenting adalah sebagai berikut :
1. Merupakan fungsi dari suatu hubungan sedang berlangsung
2. Dilakukan oleh kedua belah pihak.
3. Disesuaikan dengan keadaan yang berlangsung.
4. Berkaitan dengan apa yang terjadi saat ini pada dan antar orang-orang yang
terlibat.
Universitas Sumatera Utara
5. Ada peningkatan dalam penyingkapan, sedikit demi sedikit Deddy Mulyana,
1996:19.
II.5. Pengertian Produktivitas Kerja
Negara Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang besar dan jumlah tenaga kerjanya juga banyak tetapi dirasakan masih menjadi masalah yang perlu
dipecahkan, karena daya dagang ekonomi terbatas, tingkat pendidikan dan produktivitas yang masih rendah. Oleh karenanya tantangan yang dihadapi adalah
peningkatan dan pembinaan pendayagunaan tenaga kerja supaya menjadi modal dasar yang produktif dalam pembangunan.
Maka berdasarkan hal tersebut diatas pemerintah menaruh perhatian yang sangat besar untuk menyebarluaskan dan meningkatkan produktivitas. Hal
ini dapat dilihat dengan terbitnya Inpres R.I. No 15 tahun 1986 tentang peningkatan produktivitas. Disamping itu dalam pidato Bapak Presiden di depan
sidang umum DPR tanggal 15 Agustus 1986 mengatakan “Bahwa efesiensi dan produktivitas itu kita jadikan gerakan nasional yang menjadi gerakan semua
aparatur pemerintah, kalangan dunia usaha atau BUMN dan kalangan masyarakat luas lainnya”.
Istilah produktivitas muncul untuk pertama kali tahun 1996 dalam suatu masalah yang disusun oleh Sarjana Ekonomi Prancis bernama Quesnay pendiri
aliran phisiokrat. Tetapi menurut Walter Aignes dalam karyanya “Motivation and Awareness”, filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak awal
peradapan manusia karena makna produktivitas adalah keinginan The Will dan
Universitas Sumatera Utara
upaya Effort manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang.
Menurut ILO Internasional Labour Organization menyatakan bahwa “Production are produced as a result if the integration of mayor elements land,
labour and organization is a measure of the productivity”. Menurut ILO tersebut, pada prinsipnya bahwa perbandingan antara element-element produksi
dengan yang dihasilkan merupakan ukuran produktivitas. Element-element produktivitas tersebut berupa : tanah, capital, buruh dan organisasi.
Sedangkan menurut tulisan Vinay Goel yang termuat dalam “Toward Higher productivity” menyatakan bahwa “productivity is the relationship between
the output produced and the input consumedat any given point of time. Menurut Vinay Goel tersebut bahwa produktivitas adalah hubungan antara keluaran yang
dihasilkan dengan masukan yang dipakai pada waktu tertentu. Sesuai dengan laporan I Dewan Produktivitas Nasional 1983, bahwa
produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa untuk kehidupan hari ini harus lebih-lebih baik dari kemarin
dan hari esok lebih baik dari hari ini. Adapun yang berkaitan dengan sikap mental yang produktif antara lain
menyangkut sikap mental yang : a.
Motivatif b.
Disiplin c.
Kreatif d.
Inovatif
Universitas Sumatera Utara
e. Dinamis
f. Professional
g. Berjiwa kejuangan
II.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Peningkatan produktivitas mempunyai pengertian menghasilkan barang atau jasa yang lebih baik dengan biaya perunit yang lebih rendah, dari semula
dengan menggunakan masukan tertentu. Seperti diketahui produktivitas adalah ratio output dan input. Variasi perubahan output dan input tersebut akan
mempengaruhi produktivitas. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas khususnya
tenaga kerja, diantaranya sikap mental yang berupa : 1.
Keseriusan kerja Sikap untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan tidak
mengabaikan peraturan yang berlaku. Untuk itu disini diperlukan manajemen yang berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk
mengelola ataupun memimpin serta mengendalikan karyawan bawahannya. Apabila manajemen tepat maka akan menimbulkan keseriusan kerja yang
lebih tinggi sehingga dapat mendorong tenaga kerja untuk melakukan tindakan yang produktif.
Universitas Sumatera Utara
2. Disiplin kerja :
Sikap atau tingkah laku berupa kepatuhan dan ketaatan secara sadar terhadap aturan yang berlaku dalam lingkungan kerja karena adanya keyakinan bahwa
dengan adanya aturan-aturan itu tujuan perusahaan akan dapat tercapai. 3.
Partisipasi kerja : Keikutsertaan para karyawan dalam usaha menciptakan hubungan kerja yang
serasi dan dinamis sehingga tercapai tujuan yang ingin dicapai organisasi. Kalau tenaga kerja mempunyai sikap partisipasi kerja yang tinggi akan
mampu mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitasnya.
4. Semangat kerja :
Suatu gairah yang positif yang terdapat secara internal di dalam diri seseorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja. Semangat kerja juga berarti adanya
suatu dorongan kehendak yang mempengaruhi prilaku tenaga kerja untuk berusaha untuk meningkatkan produktivitas kerja karena adanya keyakinan
bahwa meningkatkan produktivitas mempunyai manfaat bagi dirinya. 5.
Mutu kerja : Suatu hasil yang diberikan oleh seseorang pekerja di dalam melakukan
aktivitas kerja sesuai dengan bidangnya. Mutu kerja seseorang tenaga kerja dapat dilihat dari keterampilan yang ia miliki. Pada aspek tertentu kalau
tenaga kerja makin terampil maka akan lebih mampu bekerja serta akan menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Tenaga kerja akan menjadi lebih
Universitas Sumatera Utara
terampil kalau mempunyai kecakapan ability dan pengalaman experiment yang cukup sehingga produktivitas kerjanya meningkat.
6. Loyalitas kerja :
Suatu kesetiaan yang diberikan oleh seseorang pada suatu organisasi dimana ia mengadakan aktivitas kerja. Faktor yang mempengaruhi loyalitas kerja
seseorang yaitu : a.
Tingkat Penghasilan Apabila tingkat penghasilan memadai dapat menimbulkan konsentrasi
kerja dan meningkatkan loyalitas kerja sehingga kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas.
b. Jaminan Sosial
Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada karyawan dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja.
Apalagi jaminan sosialnya mencukupi maka akan dapat menimbulkan kesenangan bekerja sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang
dimiliki untuk meningkatkan produktivitasnya. c.
Lingkungan dan Iklim Kerja Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong karyawan untuk
lebih betah bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan baik kearah peningkatan produktivitas.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada
suatu variabel berhubungan dengan variasi-variasi pada variabel lain Rakhmat, 2002 : 27.
Dengan metode korelasional, kita bukan hanya menghimpun data dan menyusun secara sistematis, tetapi juga meneliti hubungan diantara variabel-
variabel.
III.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Belmondo Cafe Jl. H. Zainul Arifin No.122B Medan 20152.
III.3. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda-banda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test data peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu
penelitian Nawawi, 1991 : 141.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah jumlah keseluruhan karyawan Bel Mondo Cafe yang berada pada cafe tersebut, yang sampai saat ini
berjumlah sebanyak 43 orang. 2.
Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data
sebenarnya dalam penelitian Nawawi, 1990 : 144. Berdasarkan data populasi yang ada maka untuk menghitung jumlah
sampel, digunakan rumus Arikunto. Menurut Arikunto 1997:127 apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Oleh karena itu untuk penelitian ini diambil sampel dari seluruh populasi jumlah karyawan yang ada, yaitu sebanyak 43 orang. Kemudian
sesuai dengan pembatasan masalah dalam penelitian, yaitu terhadap karyawan yang telah bekerja minimal 2 tahun, maka diperoleh sampel sebesar 30 orang atau
disebut dengan penelitian sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling.
III.4. Teknik Penarikan Sampel
Dalam penelitian ini teknik penarikan sampel dengan menggunakan : Purposive sampling, teknik ini disesuaikan dengan tujuan penelitian
dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian Rakhmat, 1998:79.
Universitas Sumatera Utara
III.5. Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian kepustakaan Library Research
Yaitu pengumpulan data dari berbagai literatur dan sumber bacaan yang relevan dan sesuai dengan penelitian ini.
2. Penelitian lapangan Field Research
Kegiatan ini merupakan kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data dari lapangan yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian.
Pengumpulan data di lapangan meliputi kegiatan : -
Kuesioner yaitu alat pengumpul data berbentuk sejumlah pertanyaan secara tertulis yang harus dijawab oleh responden Nawawi, 1995 :
117. -
Wawancara yaitu alat pengumpul data yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan pula oleh responden Nawawi, 1995:111. Dalam hal
ini peneliti akan berdialog atau mewawancarai pihak-pihak terkait dengan permasalahan yang hendak diteliti.
- Observasi yaitu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian.
III.6. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan Singarimbun, 1995 : 263. Data yang
diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisa dalam beberapa tahap analisa yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Analisa Tabel Tunggal
Merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar
frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom sejumlah frekuensi dan kolom
presentase untuk setiap kategori Singarimbun, 1995 : 226. 2.
Analisa Tabel Silang Teknik yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang satu
mempunyai hubungan dengan yang lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif Singarimbun, 1995 :
273. Selanjutnya untuk memperoleh nilai yang jelas dari variabel yang dimaksud, maka perlu terlebih dahulu ditabulasikan dalam bentuk tabel
atau penentuan skor. 3.
Uji Hipotesis Uji hipotesis adalah pengujian data dan statistik untuk mengetahui apakah
hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk mengujinya digunakan metode Korelasi Person Product Moment yaitu metode analisis
korelasi yang berguna untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel tertentu tergantung dengan
variabel lain Singarimbun, 1995:148. Untuk hipotesis yang mempunyai dua buah variabel yang masing-masing
berskala interval rasio, menghitung koefisien korelasinya digunakan rumus Pearson Product Moment Correlation Rakhmat 1985:198, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
r
xy
=
2 2
2 2
y y
n x
x n
y x
xy n
Keterangan : r
xy
= Koefisien Korelasi Product Moment n = Jumlah Sampel
x = Variabel
Bebas y = Variabel Terikat
Notasi r menunjukkan bilangan antara -1,00 hingga +1,00, jika tidak ada hubungan sama sekali diantara variabel x dan y, maka nilai r = 0. Jika tanda r
positif maka variabel–variabel dikatakan berkorelasi secara positif, secara jika r negatif, maka variabel dikatakan berkorelasi negatif.
Makna hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut : r
tabel
r
temuan
, maka tidak terdapat hubungan Ho diterima r
tabel
r
temuan
, maka terdapat hubungan Ha diterima Untuk melihat tinggi rendahnya korelasi antar X dan Y digunakan
pedoman Guilford Rakhmat, 2002 :27 sebagai berikut : kurang dari 0,20
: hubungan rendah sekali 0,20 - 0,40
: hubungan rendah tapi pasti 0,40 - 0,70
: hubungan yang cukup berarti 0,70 - 0,90
: hubungan yang tinggi kuat lebih dari 0,90
: hubungan sangat tinggi dan dapat diandalkan Untuk menguji tingkat signifikan korelasi jika n 50, digunakan rumus
t
test
dengan taraf signifikan 0,05 yaitu :
Universitas Sumatera Utara
t
test
=
2
1 2
r n
r
Keterangan : t
test
: hasil test signifikan r
:
angka indeks product moment n
: jumlah sampel Kriteria, jika :
t
hitung
t
tabel
berarti hubungan signifikan Ho ditolak dan Ha diterima t
hitung
t
tabel
berarti hubungan tidak signifikan Ho diterima dan Ha ditolak
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN