Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya guna menghadapi persaingan global. Daerah Istimewa Yogyakarta DIY adalah provinsi yang mempunyai keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keistimewaan ini adalah keistimewaan kedudukan hukum yang dimiliki oleh DIY berdasarkan sejarah dan hak asal-usul menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk mengatur dan mengurus kewenangan istimewa. Kewenangan istimewa ini merupakan wewenang tambahan tertentu yang dimiliki oleh DIY selain wewenang yang telah ditentukan dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah http:yogyakarta.bpk.go.id : 2015 Kewenangan DIY sebagai daerah otonom mencakup kewenangan dalam urusan Pemerintah Daerah DIY sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tentang pemerintah daerah dan kewenangan urusan Keistimewaan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012. Kewenangan dalam urusan Keistimewaan tersebut meliputi: a. Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur b. Kelembagaan Pemerintah Daerah DIY c. Kebudayaan d. Pertanahan e. Tata ruang 6 Pengaturan kewenangan dalam urusan Keistimewaan bertujuan untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis, mewujudkan kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat, mewujudkan tata pemerintahan dan tatanan sosial yang menjamin ke-bhineka-tunggal-ika-an dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, menciptakan pemerintahan yang baik, dan melembagakan peran dan tanggung jawab Kasultanan dan Kadipaten dalam menjaga dan mengembangkan budaya Yogyakarta yang merupakan warisan budaya http:yogyakarta.bpk.go.id : 2015 Peran pendidikan dalam mengenakan budaya lokal kepada masyarakat melalui lembaga PKBM menjadi hal perlu dilakukan dalam lembaga pendidikan. Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian budaya lokal yaitu melalui pembelajaran berbasis budaya lokal. Kebudayaan daerah merupakan dasar perkembangan identitas suatu bangsa Tilaar, 2002:5, sehingga perlu adanya pembinaan dan pengenalan budaya bangsa kepada generasi muda, dan masyarakat luas agar dapat melestarikan budaya bangsa ini. Dalam sejarah dunia, bangsa besar yaitu bangsa yang menghargai kebudayaan sendiri, tidak meninggalkan budaya yang menjadi identitas bangsa. Bangsa Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan sopan oleh bangsa lain. Sikap saling menghormati, tepo seliro, gotong royong dan suka bermusyawarah kini semakin langka. Melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, kebudayaan yang dimiliki negeri ini telah ditinggalkan oleh masyarakat. Misal budaya yang mulai ditinggalkan yaitu tepo seliro, rasa saling menghormati, gotong royong dan penggunaan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari. 7 Selain itu, dengan adanya klaim beberapa budaya yang dimiliki Indonesia diakui oleh bangsa lain karena tidak dilestarikan dan tidak dijaga, menunjukkan bahwa masyarakat saat ini lebih cenderung menyukai budaya bangsa lain, yang mana jika dicermati budaya tersebut belum tentu sesuai dengan budaya bangsa Indonesia, dan kelunturan budaya mulai terjadi karena lebih cenderung mengadopsi budaya dari luar daripada melestarikan budaya yang kita miiki sendiri. Dengan demikian, perlu adanya upaya mengembalikan posisi pendidikan sebagai proses pembudayaan untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang beradab civilized human being, sesuai dengan konteks sosial dan budayanya. Lembaga pendidikan nonformal seperti PKBM merupakan salah satu tempat untuk dapat mengenalkan budaya lokal pada masyarakat. Menurut Idi 2011:69 sekolah bisa menjadi media kontrol sosial sosial control dalam proses pelestarian nilai-nilai budaya lokal yang ada di masyarakat. Konservasi nilai-nilai budaya lokal yang dilakukan sekolah dijadikan sebagai alat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya lokal yang ada di masyarakat. PKBM berperan penting untuk masyarakat dalam mengembangkan dan melestarikan budaya yang ada di Yogyakarta bukan hanya pendidikan formal saja yang berperan untuk pelestarian budaya dalam sektor pendidikan. PKBM yang memiliki Program pendidikan berbasis budaya yaitu PKBM Wiratama, banyak PKBM yang tersebar di daerah Yogyakarta tapi jarang sekali yang memiliki program pendidikan berbasis budaya, PKBM Wiratama sendiri mengadakan 8 kegiatan pembelajaran membatik, oleh karena itu PKBM Wiratama menjadi pilihan untuk penelitian. Salah satu kendala dalam proses pembudayaan melalui pendidikan yaitu minimnya penerapan nilai-nilai kultural serta budaya lokal pada proses pembelajaran. Salah satu yang menjadi penyebabnya yaitu, pengetahuan pendidik tentang budaya lokal yang minim, serta kreativitas pendidik dalam mengolah strategi pembelajaran yang kurang. Pendidik lebih bangga dan senang jika mengajar dengan mengadopsi media dan strategi dari bangsa lain. Contohnya dengan menggunakan media komputer atau sejenisnya. Sementara menurut Dewantara 2004:242 dalam pembelajaran tidak perlu meniru bangsa lain jika bangsa ini mempunyai cara dan metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran, karena barang tiruan belum tentu sesuai dengan bangsa ini. Oleh karena itu pendidik perlu untuk memahami budaya- budaya lokal yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi peserta didik. Salah satu budaya lokal yang dapat digunakan dalam mendukung proses pembelajaran membatik, oleh karena itu perlu adanya pelestarian budaya lokal tersebut agar tidak terjadi kelunturan budaya dari masyarakat dan generasi muda. Sampai saat ini masih minim lembaga pendidikan yang memanfaatkan budaya lokal dalam pembelajaran terutama bagi pendidikan nonformal, oleh karena itu perlunya sejak dini mengenalkan budaya lokal pada masyarakat melalui proses pembelajaran. 9

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Tantangan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjadikan Yogyakarta sebagai pusat pendidikan terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2025. 2. Bukan hanya pendidikan formal tetapi pendidikan non fomal seperti PKBM berperan penting untuk menjaga dan menjaga kelestarian kebudayaan bangsa 3. Program PKBM yang belum banyak di arahkan pada pembudayaan masyarakat. Pembudayaan untuk mandiri, pembudayaan untuk belajar, dan pembudayaan terhadap nilai nilai budaya luhur yang ada di Yogyakarta. 4. Peran pendidikan dalam mengenakan budaya lokal kepada masyarakat melalui lembaga PKBM menjadi hal perlu dilakukan dalam lembaga pendidikan. 5. Implementasi pembelajaran PKBM yang mendukung pendidikan berbasis budaya di Yogyakarta.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan pengetahuan, maka penelitian ini dibatasi mengenai Program PKBM sebaiknya di arahkan pada pembudayaan masyarakat. Pembudayaan untuk mandiri, pembudayaan untuk belajar, dan pembudayaan terhadap nilai-nilai budaya luhur yang ada di Yogyakarta dan Implementasi 10 Pembelajaran PKBM Berbasis Budaya guna mendukung pelestarian budaya di PKBM Wiratama Yogyakarta. D. Rumusan Masalah Dari latar belakang dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Implementasi Pembelajaran PKBM berbasis budaya guna mendukung pelestarian budaya di PKBM Wiratama Yogyakarta? 2. Faktor pendukung dan penghambat Pembelajaran PKBM berbasis budaya guna mendukung pelestarian budaya di PKBM Wiratama Yogyakarta?

E. Tujuan Masalah

Berdasarkan pada permasalahan yang telah diungkapkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan: 1. Implementasi Pembelajaran PKBM berbasis budaya guna mendukung pelestarian budaya di PKBM Wiratama Yogyakarta 2. Faktor pendukung dan penghambat pembelajaran PKBM berbasis budaya guna mendukung pelestarian budaya di PKBM Wiratama Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan implementasi pembelajaran PKBM Berbasis Budaya pada umumnya, dapat bermanfaat bagi peneliti, pengelola, dan pendidik. Dengan demikian dapat diketahui manfaat dari hasil penelitian ini yaitu: 11 1. Secara Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan tambahan ilmu pengetahuan khususnya implementasi pembelajaran PKBM berbasis budaya. b. Memberikan masukan atau informasi tambahan bagi semua pihak yang tertarik dengan masalah yang dibahas dalam penelitian. 2. Secara Praktis a. Bagi peneliti, peneliti dapat mengetahui implementasi pembelajaran PKBM berbasis budaya di PKBM Wiratama Yogyakarta b. Bagi Pengelola, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan masukan bagi pengelola PKBM mengenai implementasi pembelajaran berbasis budaya yaitu keterampilan membatik dan pengembangan PKBM sebagai penyelenggara pembelajaran yang lebih kreatif dan dapat diterima sebagai satuan pendidikan nonformal yang bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat. c. Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan peningkatan penyelanggaran pembelajaran berbasis budaya di PKBM Wiratama. 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Implementasi Pembelajaran PKBM

1. Implementasi Pembelajaran

a. Implementasi Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Nurdin dan Usman, 2003:7 Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Browne dan Wildavsky dalam Nurdin dan Usman 2003:7 mengemukakan bahwa “implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. b. Pengertian Pembelajaran Menurut Oemar Hamalik 2003:54 pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersususn meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Menurut Akmad Rohani dan Abu Ahmadi 1991:1 pembelajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan terdapat komponen-komponen dimana masing-masing komponen pembelajaran tersebut, tidak bersifat terpisah tetapi harus berjalan secara teratur, saling tergantung, komplementer dan berkesinambungan, sedangkan pembelajaran dapat diartiksn sebagai proses belajar yang 13 memiliki aspek penting yaitu bagaimana siswa dapat aktif mempelajari materi pelajaran yang disajikan sehingga dapat dikuasai dengan baik. Proses pembelajaran merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan, sebab berhasil tidaknya pendidikan bergantung pada bagaimana proses belajar seseorang terjadi setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Sedangkan mengajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik disekolah. Belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses pengaturan yang dilakukaan oleh guru. Dengan demikiaan proses belajar mengajar dan pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain untuk membuat peserta didik aktif dalam rangka mencapai tujuan peningkatan pengetahuan dan kemampuan siswa. Tujuan pokok dalam pembelajaran di sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperolah pengetahuan, keterampilan, dan sikap berdiri sendiri. Hal-hal pokok yang seharusnya menjadi pengalaman siswa adalah berupa cara-cara penting untuk memproses atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang menjadi kebutuhannya. c. Komponen Pembelajaran Setiap proses interaksi belajar mengajar selalu ditandai dengan adanya sejumlah unsur, dan unsur dalam pembelajaran tersebut biasa disebut dengan komponen pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik