Pelaksanaan Implementasi Pembelajaran PKBM Berbasis Budaya guna mendukung

70 Dari ungkapan diatas dapat disimpulkan bahwa waktu pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dilakukan 2 kali dalam satu bulan yaitu pada pukul 3 sampai 5 sore hari, bertempat di PKBM Wiratama.

d. Sarana dan Prasarana

Dari hasil observasi dan wawancara sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PKBM Wiratama sudah tersedia seperti tempat untuk praktik membatik dan alat alat membatik juga sudah tersedia tetapi tempat untuk pratik membatik tidak luas sehingga apabila pembelajaran dihadiri oleh warga belajar cukup banyak ruangan akan sempit dan ada alat membatik yang kurang sehingga digunakan secara bersamaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu “W” selaku pengelola PKBM Wiratama sebagai berikut: “Alhamdulilah, untuk alat dan bahan ada seperti kain, malam, canting, kompor dan wajan kecil. ruang yang digunakan layak walaupun agak sempit apabila jumlah warga belajar banyak.”CW.2.5 hal 128 Dan didukung oleh pernyataan Bapak “N” selaku pengelola PKBM yang lainnya : “Sepertinya sudah, tapi kalau alat-alat yang membuat membatik memang kurang satu digunakan bersama sama seperti kompornya itu, tapi kan yang penting ada walaupun tidak satu-satu.”CW.3.5 hal: 132 Mbak “L” selaku warga belajar juga mengatakan hal yang sama : “Sudah memadai tapi alat-alat batiknya kurang jadi kami biasanya menggunakan bersama sama.” CW.6.13 hal: 145 71 Tetapi Ibu “A” selaku warga belajar mengatakan bahwa sarana dan prasara sudah tesedia dengan baik, seperti yang beliau katakan : “Saya kira sudah sih mbak, tempat kami belajar ada, alat membatik juga disediakan.”CW.7.13 hal: 147 Dari ungkapan diatas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana untuk pembelajaran membatik sepeti kain, malam, canting, kompor dan wajan sudah ada tetapi untuk kompor untuk memasak malam tersebut terbatas sehingga digunakan secara bersama sama, walaupun ada warga belajar yang sudah merasa sarana dan prasara yang ada tidak ada kekurangan.

e. Pelaksana dalam Pembelajaran Pendidikan Berbasis Budaya

Pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan berbasis budaya yang dilaksanakan oleh PKBM Wiratama yaitu kegiatan membatik, dalam pelaksanaan tesebut terdapat beberapa orang pelaksana kegiatan yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut seperti tutor sebagai pengajar, warga belajar sebagai peserta kegiatan membatik, pengelola sebagai pembuat perencanaan dan pengelola kegiatan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “B” selaku ketua PKBM Wiratama: “Iya, tutor kami libatkan untuk berdiskusi tentang rancangan program membatik, alat dan bahan apa saja yang akan di beli dan pencocokan jadwal bersama pengelola.”CW.1.16 hal: 126 Sebagai pengelola “Ibu W” juga menambahkan bila ada kesepakatan yang di buat, berikut pernyataan beliau: 72 “Ada, kesepakatan kami buat antara pengelola sebagai penyusun kegiatan dan saya sebagai tutor yang mengajar lalu ada warga belajar sebagai peserta keterampilan membatik.”CW.2.15 hal: 129 Bapak “N” selaku pengelola juga mengatakan hal yang sama: “Iya ada, kami berdiskusi dengan pengelola yang lain dan juga tutor.” CW.3.15 hal: 133 Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan berbasis budaya adalah tutor pengelola dan warga belajar. Dalam pelaksanaannya mereka memiliki tugas dan kepentingan masing masing seperti pengelola memiliki tugas membuat dan mengelola kegiatan atau program agar dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, bila tidak ada pengelola kegiatan tidak akan terencana atau terkelola. Tutor sebagai pengajar atau pendidik suatu kegiatan apabila tidak ada tutor maka tidak ada yang mengajari atau mendidik suatu kegiatan atau pembelajaran yang sudah direncanakan, dan kegiatan tersebut akan tidak terlaksana. Warga belajar sebagai penerima pembelajaran jika tidak ada warga belajar maka tidak ada yang perlu diajari ataupun dilatih sama halnya apabila tidak ada nya tutor maka pembelajaran pun tidak akan terlaksana.

f. Media dan Sumber Belajar

Media merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran. Media yang digunakan harus disesuaikan dengan materi yang disampaikan, dimaksudkan agar warga belajar terbantu dalam memahami atau menerima materi pembelajaran yang di sampaikan oleh 73 tutor. Dalam pembelajaran pendidikan berbasis budaya di PKBM Wiratama yaitu membatik, media yang digunakan tutor adalah canting, kompor kecil, wajan kecil, malam, kain, pensil, dan buku panduan membatik yang dimiliki tutor untuk pedoman dan sumber belajar dalam pratik membatik, sumber belajar yang digunakan tutor dalam pembelajaran membatik adalah buku panduan membatik yang dimiliki tutor sendiri. Hal ini disampaikan oleh Ibu “W” selaku pengelola: “Kami menggunakan alat dan bahan sebagai media, dan tutor memiliki buku panduan sendiri, terus tutor mempraktikan pada warga belajar.”CW.2.9 hal: 128 Hal ini juga selaras dengan pernyataan dari Bapak “N” selaku pengelola kedua: “Media yang kita gunakan alat membatik sama buku pedoman membatik yang dimiliki tutor.”CW.3.9 hal: 132 Dari beberapa keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa media yang digunakan untuk mengajar pendidikan berbasis budaya adalah alat dan bahan membatik seperti canting, kompor kecil, wajan kecil, malam, kain, pensil, dan sumber belajar yang digunakan adalah dari buku panduan membatik yang dimiliki tutor.

g. Evaluasi Pembelajaran

Evalusi pembelajaran berbasis budaya dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui pemahaman warga belajar dalam mengikuti pembelajaran dan untuk mengetahui apakah perencanaan pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan harapan awal atau tidak. Evaluasi merupakan suatu proses yang penting dalam pelaksanaan