26
masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan
eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi
fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir
pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu
motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif
batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta. Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia Jawa yang
sampai saat ini masih ada.
4. Nilai-nilai Budaya di Yogyakarta
Nilai Nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,
pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan, bahwa dalam kehidupan
masyarakat nilai merupakan sesuatu untuk memberikan tanggapan atas perilaku, tingkah laku, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas
masyarakat baik secara kelompok maupun individu. Nilai yang muncul tersebut dapat bersifat positif apabila akan berakibat baik, namun akan
27
bersifat negatif jika berakibat buruk pada obyek yang diberikan nilai Sulaiman, 2002: 19.
Menurut Mardiatmadja 2006:105, nilai menunjuk pada sikap orang terhadap sesuatu hal yang baik. Nilai-nilai dapat saling berkaitan membentuk
suatu sistem dan antara yang satu dengan yang lain koheren dan mempengaruhi segi kehidupan manusia. Dengan demikian, nilai-nilai berarti
sesuatu yang metafisis, meskipun berkaitan dengan kenyataan konkret. Nilai tidak dapat kita lihat dalam bentuk fisik, sebab nilai adalah harga sesuatu hal
yang harus dicari dalam proses manusia menanggapi sikap manusia yang lain. Ada hubungan antara nilai dengan kebaikan menurut Merdiatmadja
2006:105, nilai berkaitan dengan kebaikan yang ada dalam inti suatu hal. Jadi nilai merupakan kadar relasi positif antara sesuatu hal dengan orang
tertentu. Antara lain, nilai praktis, nilai sosial, nilai estetis, nilai kulturalbudaya, nilai religius, nilai susilamoral.
Kedua pendapat diatas berbicara masalah kebaikan, sikap dan norma- norma yang merupakan penjabaran dari nilai, pendapat-pendapat tersebut
tidak dapat lepas dari kebudayaan seperti yang dikemukakan oleh Suminto 2005 : 5 bahwa kebudayaan sebagai suatu konsep yang luas, yang di
dalamnya tercakup adanya sistem dari pranata nilai yang berlaku termasuk tradisi yang mengisyaratkan makna pewarisan norma-norma, kaidah-kaidah,
adat istiadat dan harta-harta cultural. Kebudayaan yang di dalamnya terdapat nilai perlu upaya pelestarian. Melalui pendidikan akan menyadarkan
kepentingan dalam nilai budaya.
28
Tata nilai budaya pada umumnya meresap dan menggejala dalam ide-ide, gagasan-gagasan, bahkan keyakinan-keyakinan tertentu yang menjadi
kerangka penuntun cara berpikir sekaligus isi pikiran yang terekspresikan dalam pola perilaku dan hasil-hasil konkrit dalam kehidupan. Tata nilai
budaya Yogyakarta perlu dirumuskan dalam suatu naskah yang digunakan sebagai kiblat idealitas dalam meraih keutamaan baik bagi warga Yogyakarta
sendiri maupun para kader bangsa dari seluruh penjuru Indonesia yang sedang menuntut ilmu dan menempa kepribadian di Yogyakarta, karena pada
hakikatnya manusia itu bukan hanya produk kebudayaan, melainkan juga sekaligus pencipta kebudayaan. Manusia dapat bahkan harus merancang
suatu strategi kebudayaan bagi masa depannya, menuju kehidupan bersama yang lebih berkeadaban. http:ipabi.org
Secara mendasar, suatu tata nilai menyangkut hal-hal yang sakral dan yang profan ranah religi-spiritual, kebenaran dan ketidakbenaran ranah logika
dan ilmu pengetahuan, kebaikan dan keburukan atau kejahatan ranah etika, keindahan dan ketidakindahan ranah estetika, dan kepatutan atau kesopanan
dan ketidakpatutan atau ketidaksopanan ranah etiket http:ipabi.org Dalam tata nilai budaya Yogyakarta, nilai-nilai dasar tersebut terurai
dalam nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai aspek kehidupan, yakni 1 nilai religio-spiritual, 2 nilai moral, 3 nilai
kemasyarakatan, 4 nilai adat dan tradisi, 5 nilai pendidikan dan pengetahuan, 6 nilai teknologi, 7 nilai penataan ruang dan
arsitektur, 8 nilai mata pencaharian, 9 nilai kesenian, 10 nilai bahasa, 11 nilai benda cagar budaya dan kawasan cagar budaya, 12
nilai kepemimpinan dan pemerintahan, 13 nilai kejuangan dan kebangsaan, dan 14 nilai semangat khas keyogyakartaan
http:ipabi.org