Keingintahuan mengenai “bagaimana” terjadinya suatu peristiwa ini mencakup gabungan unsur-unsur berita lainnya seperti daya tariknya, muatannya, akibat
yang ditimbulkan, kedekatan emosi, dan bahkan kehangatannya dengan pengalaman pribadi atau kelompok yang mengetahi berita yang dimaksud.
d. Struktur Teks Berita
Barus 2010: 85-86 mengungkapkan bahwa selama ini gaya penyusunan struktur berita yang paling disarankan adalah struktur piramida
terbalik inverted pyramid. Gaya penulisan piramida terbalik dinilai paling sesuai untuk menata informasi dan menyusun cerita mengenai fakta. Dapat dikatakan
bahwa metode penulisan piramida terbalik merupakan pengembangan dari formula 5W+1H. Struktur penulisan piramida terbalik yaitu suatu bentuk
penulisan yang memprioritaskan informasi yang paling penting di depan, menyusul yang penting berikutnya, dan ditutup dengan informasi yang kurang
penting di belakang. Lebih lanjut, Barus 2010: 86-87 menjelaskan bahwa informasi
terpenting dijadikan sebagai pokok berita atau bagian pembuka yang biasa disebut teras berita lead. Setelah itu, disusul dengan beberapa keterangan mengenai
teras. Selanjutnya, di bagian tubuh berita diisi dengan informasi penting yang menjelaskan detail atau rincian teras. Terakhir, ditutup dengan bagian yang
kurang penting yaitu akhir berita. MacDougall via Barus 2010: 87 menyebutkan bahwa gaya piramida terbalik sama dengan gaya spiral, yaitu tulisan yang lebar di
atas dan semakin menyempit ke bawahnya. Apabila digambarkan, struktur penulisan berita gaya piramida terbalik adalah sebagai berikut.
Gambar 1: Piramida Terbalik
Di samping itu, Kusumaningrat 2006: 126-127 menjelaskan bahwa sebuah berita dimulai dengan ringkasan atau klimaks dalam alinea pembukanya
teras berita atau lead, kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam alinea-alinea berikutnya yang disebut tubuh berita. Tubuh berita memberikan rincian cerita
secara kronologis atau dalam urutan yang semakin menurun daya tariknya. Istilah lain untuk teras berita atau lead yaitu mahkota berita, karena pada hakikatnya
bagian awal dari sebuah tulisan merupakan penggoda agar pembaca tertarik untuk membaca terus.
3. Strategi CIRC
a. Definisi Strategi CIRC
CIRC merupakan salah satu strategi kooperatif yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa Slavin,
Judul Berita
Tubuh Berita Akhir Berita
Teras Lead Sangat Penting
Penting
Kurang Penting
2005: 200. Strategi CIRC dapat digunakan pada jenjang sekolah dasar, pada tingkat yang lebih tinggi, dan juga sekolah menengah. Tujuan utama dari
pembelajaran menulis menggunakan strategi CIRC adalah untuk merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pendekatan proses pada pembelajaran
menulis yang akan banyak memanfaatkan kehadiran teman satu kelas Slavin, 2005: 204. Strategi CIRC lebih menekankan pada kerja sama tim atau kerja
kelompok selama proses pembelajaran. Strategi ini pertama kali dikembangkan oleh Stevens, dkk. pada tahun
1987 dengan alasan kekhawatiran terhadap pengajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa oleh guru yang masih dilakukan secara tradisional. Seluruh
rencana pengembangan CIRC difokuskan pada penggunaan pembelajaran kooperatif sebagai suatu kendaraan yang bisa digunakan untuk memperkenalkan
latihan pada membaca dan menulis ke dalam latihan kelas yang rutin, dan untuk menanamkan pembelajaran kooperatif di dalam susunan program membaca dan
menulis. Kegiatan menulis dalam strategi CIRC antara lain siswa merencanakan,
merevisi, dan menyunting karangan mereka dengan kolaborasi yang erat bersama teman satu tim Slavin, 2005: 204. Dengan demikian, keterlibatan teman dalam
kelompok menjadi kegiatan sentral. Pengajaran mekanik bahasa benar-benar terintegrasi dan sekaligus menjadi bagian dari pembelajaran menulis.
Pembelajaran menulis sendiri juga terintegrasi dengan pembelajaran memahami bacaan. Integrasi tersebut baik dengan keterpaduan kegiatan-kegiatan proses